KBRI LONDON DORONG STARTUP INGGRIS INVESTASI DI EKONOMI DIGITAL
News ID: 1289478
London (ANTARA) -
Pertumbuhan kelas menengah yang terus bertambah, pasar e-commerce Indonesia adalah ladang bisnis yang patut diperhitungkan termasuk bagi investor di Inggris.
Hal itu disampaikan Deputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenkomarves, Odo R.M. Manuhutu dalam pidato kunci pada acara webinar Indonesia’s Digital Economy diadakan KBRI London, Rabu (29/07).
Dikatakannya dengan pertumbuhan pengguna active smartphone, internet access dan internet user yang terus meningkat, pasar digital Indonesia diramalkan akan menjadi terbesar di Asia Tenggara.
Indonesia memiliki lanskap digital yang sangat dinamis, di mana saat ini ada 175 juta orang aktif menggunakan internet dan 338 juta langganan seluler, dan pasar ekonomi digital diproyeksikan meningkat lebih dari 300% dibanding tahun 2019 yang berjumlah USD30M menjadi USD130M di tahun 2025.
Hal itu diperkuat dengan empat startup berstatus unicorn dan satu perusahaan decacorn.
Dalam Sesi panel webinar Indonesia’s Digital Economy diawali dengan paparan VP Public Policy and Government Relation GOJEK,Berni Moestafa yang menjelaskan perkembangan mulai dari awal bisnis GOJEK di tahun 2010 dengan layanan call-center, hingga meluncurkan aplikasi dengan tiga layanan, yaitu GoRide, GoSend, dan GoMart di tahun 2015.
Sejak saat itu, laju GOJEK semakin cepat hingga menjadi Decacorn di tahun 2019 yang melayani jutaan pengguna di Asia Tenggara, termasuk Singapore, Viet Nam dan Thailand, ujarnya.
Dikatakannya Physical distancing dan contactless, menjadi prinsip utama pengembangan bisnis model GOJEK ke depan.
Sementara itu VP Public Policy and Government RelationTOKOPEDIA, Astri Wahyuni, berbicara mengenai peran TOKOPEDIA dalam mengembangkan sektor ekonomi digital di Indonesia.
Selama 11 tahun keberadaannya,TOKOPEDIA menjadi ekosistem e-commerce terbesar di Indonesia. Sementara, penetrasi pasar e-commerce di Indonesia baru 5%, sehingga peluang pengembangan masih terbuka luas.
Sementara itu Steven Marcelino, ASEAN Capital Market LeadAccenture UK mengatakan saat ini adalah masa emas bagi pelaku usaha di Inggris berinvestasi di next digital economy giant, Indonesia, tercatat ranking No. 7 dengan jumlah unicorn dan decacorn terbanyak di dunia, melebihi Perancis dan Swiss.
Dikatakannya ada tiga hal penting agar investor ekonomi digital Inggris dapat masuk dan sukses di pasar Indonesia, yaitu dengan masuk langsung dari dalam, melakukan ‘lokalisasi’, dan memiliki mitra dalam negeri”, ujar Steven.
Wakil Dubes RI di London, Adam M. Tugio, mengatakan webinar ini merupakan upaya memberikan gambaran potensi Indonesia di sektor ekonomi digital dan diharapkan dapat meningkatkan appetite pelaku ekonomi digital Inggris untuk mengembangkan usahanya dan berinvestasi di pasar ekonomi digital Indonesia pasca pandemi.
Minister Counsellor Ekonomi KBRI London, Adi Winarso kepad Antara London, Rabu mengatakan acara diadakan KBRI London bekerja sama dengan UK-ASEAN Business Council(UKABC), dan Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) London dimoderatori Ms. Baroness Neville-Rolfe, Chair UKABC. Webinar diikuti 250 partisipan sebagian besar pelaku usaha ekonomi digital di Inggris, konsultan, pemerintahan, akademisi dan think tank.(ZG)
Pertumbuhan kelas menengah yang terus bertambah, pasar e-commerce Indonesia adalah ladang bisnis yang patut diperhitungkan termasuk bagi investor di Inggris.
Hal itu disampaikan Deputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenkomarves, Odo R.M. Manuhutu dalam pidato kunci pada acara webinar Indonesia’s Digital Economy diadakan KBRI London, Rabu (29/07).
Dikatakannya dengan pertumbuhan pengguna active smartphone, internet access dan internet user yang terus meningkat, pasar digital Indonesia diramalkan akan menjadi terbesar di Asia Tenggara.
Indonesia memiliki lanskap digital yang sangat dinamis, di mana saat ini ada 175 juta orang aktif menggunakan internet dan 338 juta langganan seluler, dan pasar ekonomi digital diproyeksikan meningkat lebih dari 300% dibanding tahun 2019 yang berjumlah USD30M menjadi USD130M di tahun 2025.
Hal itu diperkuat dengan empat startup berstatus unicorn dan satu perusahaan decacorn.
Dalam Sesi panel webinar Indonesia’s Digital Economy diawali dengan paparan VP Public Policy and Government Relation GOJEK,Berni Moestafa yang menjelaskan perkembangan mulai dari awal bisnis GOJEK di tahun 2010 dengan layanan call-center, hingga meluncurkan aplikasi dengan tiga layanan, yaitu GoRide, GoSend, dan GoMart di tahun 2015.
Sejak saat itu, laju GOJEK semakin cepat hingga menjadi Decacorn di tahun 2019 yang melayani jutaan pengguna di Asia Tenggara, termasuk Singapore, Viet Nam dan Thailand, ujarnya.
Dikatakannya Physical distancing dan contactless, menjadi prinsip utama pengembangan bisnis model GOJEK ke depan.
Sementara itu VP Public Policy and Government RelationTOKOPEDIA, Astri Wahyuni, berbicara mengenai peran TOKOPEDIA dalam mengembangkan sektor ekonomi digital di Indonesia.
Selama 11 tahun keberadaannya,TOKOPEDIA menjadi ekosistem e-commerce terbesar di Indonesia. Sementara, penetrasi pasar e-commerce di Indonesia baru 5%, sehingga peluang pengembangan masih terbuka luas.
Sementara itu Steven Marcelino, ASEAN Capital Market LeadAccenture UK mengatakan saat ini adalah masa emas bagi pelaku usaha di Inggris berinvestasi di next digital economy giant, Indonesia, tercatat ranking No. 7 dengan jumlah unicorn dan decacorn terbanyak di dunia, melebihi Perancis dan Swiss.
Dikatakannya ada tiga hal penting agar investor ekonomi digital Inggris dapat masuk dan sukses di pasar Indonesia, yaitu dengan masuk langsung dari dalam, melakukan ‘lokalisasi’, dan memiliki mitra dalam negeri”, ujar Steven.
Wakil Dubes RI di London, Adam M. Tugio, mengatakan webinar ini merupakan upaya memberikan gambaran potensi Indonesia di sektor ekonomi digital dan diharapkan dapat meningkatkan appetite pelaku ekonomi digital Inggris untuk mengembangkan usahanya dan berinvestasi di pasar ekonomi digital Indonesia pasca pandemi.
Minister Counsellor Ekonomi KBRI London, Adi Winarso kepad Antara London, Rabu mengatakan acara diadakan KBRI London bekerja sama dengan UK-ASEAN Business Council(UKABC), dan Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) London dimoderatori Ms. Baroness Neville-Rolfe, Chair UKABC. Webinar diikuti 250 partisipan sebagian besar pelaku usaha ekonomi digital di Inggris, konsultan, pemerintahan, akademisi dan think tank.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar