Diaspora Indonesia lancarkan Sain diplomasi
News ID: 1494325
London (ANTARA) -
Diaspora Indonesia yang ada di Inggris menyampaikan gagasan pentingnya mengembangkan science diplomacy atau sain diplomasi karena banyaknya hasil riset dan inovasi para ilmuwan yang membawa dampak bagi masyarakat dan juga dapat menjawab tantangan bangsa ke depan.
Hal itu terungkap dalam pertemuan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir serta Sekjen Kemenkes dengan Koordinator UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS), DR. Bagus Muljadi, Kandidat Ph.D pada Imperial College London, Dr. Eric Daniel Tenda dan Indra Rudiansyah, peneliti vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford mewakili diaspora ilmuwan di UK.
Counsellor Pensosbud KBRI London, Hartyo Harkomoyo kepada Antara London mengatakan pertemuan yang diadakan di KBRI London, Selasa sore waktu Inggris (13/10) bertujuan untuk membahas kontribusi diaspora baik dalam upaya penanganan Covid-19 maupun menjawab tantangan bangsa ke depan.
Dalam diplomasi ilmuwan diharapkan dapat memberikan rekomendasi sebagai materi bagi para pengambil kebijakan mengenai berbagai aspek inovasi dan teknologi yang dapat memperkaya upaya diplomasi.
Koordinator UKICIS, DR. Bagus Muljadi kepada Antara London, usai pertemuan mengatakan dalam pertemuan diaspora Indonesia menyampaikan gagasan mengenai pentingnya mengembangkan science diplomacy atau diplomasi sain.
Dikatakannya dalam pertemuan dengan Menlu Retno, Diaspora Indonesia menyampaikan beberapa hal diantaranya terkait potensi kerjasama teknologi seperti Covid-19 dan juga hal lain yaitu peran diaspora membawa teknologi dari Inggris yang dapat di aplikasikan di Indonesia.
“Indonesia tidak saja dikenal dengan tari-tarian yang indah dan makanan enak tapi juga gudang ilmu pengetahuan baru,” ujar Bagus Muljadi yang juga dosen di Universitas Nottingham.
Untuk itu ia berharap adanya kerjasama dari perwakilan Indonesia di Inggris apalagi Menlu Retno sangat tertarik dengan apa yang disebut dengan diplomasi sain ini.
Sementara itu Dr. Eric Daniel Tenda mengatakan dalam pertemuan itu ada tiga hal yang disampaikan yaitu sebagai mahasiswa Indonesia mendapat beasiswa dari Pemerintah ada hasil positif diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi berbagai hal tidak saja masalah Covid-19.
“Saya berharap akan banyak lagi pelajar Indonesia yang mendapat kesempatan untuk menimbah ilmu di Inggris,” ujar Dr Eric Daniel Tenda, Senior Clinical Research Fellow di Chelsea and Westminster Hospital.
Untuk itu dia mendorong pemerintah untuk memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi. Selain perkambangan di bidang ilmu kedokteran tidak terbatas Covid -19 bisa menjadi alternatif solusi yang ditawarkan bisa membantu pemerintah dalam berbagai hal.
Hasil riset dan inovasi dari para ilmuwan diharapkan dapat membawa impak yang nyata bagi masyarakat dan dalam menjawab tantangan-tantangan bangsa ke depan.
Dalam diplomasi ilmuwan diharapkan dapat memberikan rekomendasi sebagai materi bagi para pengambil kebijakan kebijakan mengenai berbagai aspek inovasi dan teknologi yang dapat memperkaya upaya diplomasi.
Para diaspora juga menyampaikan kesungguhan untuk terus mendukung upaya pemerintah dalam menghadapi wabah Covid-19, pengembangan tekonologi beyond Covid-19 maupun upaya memajukan kerja sama RI-Inggris di berbagai bidang
Di Inggris terdapat sekitar 10.000 ribu diaspora dimana lebih dari separuhnya adalah para ilmuwan, baik yang berprofesi sebagai mahasiswa, tenaga pengajar maupun profesional. KBRI London memandang aspek penting diplomasi bersinergi dengan para ilmuwan.
Peran para ilmuwan sangat besar untuk mendorong berbagai kerja sama. Di masa pandemi Covid-19, para ilmuwan di bidang kedokteran bekerja sama dengan KBRI dalam membentuk Satgas Covid-19 membantu WNI.
Para ilmuwan tersebut juga secara aktif memberikan rekomendasi berbagai perkembangan teknologi yang dapat mendukung Pemerintah dalam upaya menghadapi Covid-19.
KBRI London dan diaspora akademisi Indonesia, Agustus lalu membentuk UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS). Anggota pendiri UKICIS terdiri dari perwakilan universitas terkemuka baik dari Indonesia maupun Inggris, yaitu University of Nottingham, Coventry University, Warwick University, IPB, ITB, dan UGM.
Melalui UKICIS, universitas yang berpartisipasi berkomitmen untuk memberdayakan kolaborasi dalam menjawab tantangan global yang muncul. Dalam 25 tahun ke depan, Konsorsium bertujuan menjadi mercusuar bagi pertukaran pengetahuan dan transfer teknologi antara kedua negara.(ZG)
Diaspora Indonesia yang ada di Inggris menyampaikan gagasan pentingnya mengembangkan science diplomacy atau sain diplomasi karena banyaknya hasil riset dan inovasi para ilmuwan yang membawa dampak bagi masyarakat dan juga dapat menjawab tantangan bangsa ke depan.
Hal itu terungkap dalam pertemuan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir serta Sekjen Kemenkes dengan Koordinator UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS), DR. Bagus Muljadi, Kandidat Ph.D pada Imperial College London, Dr. Eric Daniel Tenda dan Indra Rudiansyah, peneliti vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford mewakili diaspora ilmuwan di UK.
Counsellor Pensosbud KBRI London, Hartyo Harkomoyo kepada Antara London mengatakan pertemuan yang diadakan di KBRI London, Selasa sore waktu Inggris (13/10) bertujuan untuk membahas kontribusi diaspora baik dalam upaya penanganan Covid-19 maupun menjawab tantangan bangsa ke depan.
Dalam diplomasi ilmuwan diharapkan dapat memberikan rekomendasi sebagai materi bagi para pengambil kebijakan mengenai berbagai aspek inovasi dan teknologi yang dapat memperkaya upaya diplomasi.
Koordinator UKICIS, DR. Bagus Muljadi kepada Antara London, usai pertemuan mengatakan dalam pertemuan diaspora Indonesia menyampaikan gagasan mengenai pentingnya mengembangkan science diplomacy atau diplomasi sain.
Dikatakannya dalam pertemuan dengan Menlu Retno, Diaspora Indonesia menyampaikan beberapa hal diantaranya terkait potensi kerjasama teknologi seperti Covid-19 dan juga hal lain yaitu peran diaspora membawa teknologi dari Inggris yang dapat di aplikasikan di Indonesia.
“Indonesia tidak saja dikenal dengan tari-tarian yang indah dan makanan enak tapi juga gudang ilmu pengetahuan baru,” ujar Bagus Muljadi yang juga dosen di Universitas Nottingham.
Untuk itu ia berharap adanya kerjasama dari perwakilan Indonesia di Inggris apalagi Menlu Retno sangat tertarik dengan apa yang disebut dengan diplomasi sain ini.
Sementara itu Dr. Eric Daniel Tenda mengatakan dalam pertemuan itu ada tiga hal yang disampaikan yaitu sebagai mahasiswa Indonesia mendapat beasiswa dari Pemerintah ada hasil positif diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi berbagai hal tidak saja masalah Covid-19.
“Saya berharap akan banyak lagi pelajar Indonesia yang mendapat kesempatan untuk menimbah ilmu di Inggris,” ujar Dr Eric Daniel Tenda, Senior Clinical Research Fellow di Chelsea and Westminster Hospital.
Untuk itu dia mendorong pemerintah untuk memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi. Selain perkambangan di bidang ilmu kedokteran tidak terbatas Covid -19 bisa menjadi alternatif solusi yang ditawarkan bisa membantu pemerintah dalam berbagai hal.
Hasil riset dan inovasi dari para ilmuwan diharapkan dapat membawa impak yang nyata bagi masyarakat dan dalam menjawab tantangan-tantangan bangsa ke depan.
Dalam diplomasi ilmuwan diharapkan dapat memberikan rekomendasi sebagai materi bagi para pengambil kebijakan kebijakan mengenai berbagai aspek inovasi dan teknologi yang dapat memperkaya upaya diplomasi.
Para diaspora juga menyampaikan kesungguhan untuk terus mendukung upaya pemerintah dalam menghadapi wabah Covid-19, pengembangan tekonologi beyond Covid-19 maupun upaya memajukan kerja sama RI-Inggris di berbagai bidang
Di Inggris terdapat sekitar 10.000 ribu diaspora dimana lebih dari separuhnya adalah para ilmuwan, baik yang berprofesi sebagai mahasiswa, tenaga pengajar maupun profesional. KBRI London memandang aspek penting diplomasi bersinergi dengan para ilmuwan.
Peran para ilmuwan sangat besar untuk mendorong berbagai kerja sama. Di masa pandemi Covid-19, para ilmuwan di bidang kedokteran bekerja sama dengan KBRI dalam membentuk Satgas Covid-19 membantu WNI.
Para ilmuwan tersebut juga secara aktif memberikan rekomendasi berbagai perkembangan teknologi yang dapat mendukung Pemerintah dalam upaya menghadapi Covid-19.
KBRI London dan diaspora akademisi Indonesia, Agustus lalu membentuk UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS). Anggota pendiri UKICIS terdiri dari perwakilan universitas terkemuka baik dari Indonesia maupun Inggris, yaitu University of Nottingham, Coventry University, Warwick University, IPB, ITB, dan UGM.
Melalui UKICIS, universitas yang berpartisipasi berkomitmen untuk memberdayakan kolaborasi dalam menjawab tantangan global yang muncul. Dalam 25 tahun ke depan, Konsorsium bertujuan menjadi mercusuar bagi pertukaran pengetahuan dan transfer teknologi antara kedua negara.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar