Erick Thohir siap bersinergi dengan akademisi
News ID: 1498025
London (ANTARA) -
Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan kesiapan BUMN bersinergi dengan komunitas riset dan akademisi di tanah air dan di manca negara dan akan mendukung produksi/hilirisasi hasil riset tersebut sehingga menjadi barang jadi yang bisa membawa manfaat untuk rakyat.
Kesangupan Erick Thohir disampaikan pada pertemuan dengan diaspora ilmuwan Indonesia yang ada di Inggris disela-sela kunjungan kerjanya bersama Menlu Retno Marsudi dari tanggal 12 hingga 15 Oktober.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir serta Sekjen Kemenkes secara khusus bertemu dengan Ia adalah direktur Kemitraan Pelatihan Doktor Indonesia dan koordinator Konsorsium Inggris-Indonesia untuk Ilmu Interdisipliner (UKICIS, DR. Bagus Muljadi, serta Kandidat Ph.D pada Imperial College London, Dr. Eric Daniel Tenda dan Indra Rudiansyah, peneliti vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford mewakili diaspora ilmuwan di UK di KBRI London, Selasa sore.
“Kami sampaikan kepada Menteri BUMN tentang hasil riset dikembangkan diaspora Indonesia di UK dan oleh institusi dimana diaspora berkarya, sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia,” ujar DR. Bagus Muljadi, kepada Antara London, Rabu.
Bagus Mulyadi yang menjadi Asisten Profesor Teknik Kimia dan Lingkungan Universitas Nottingham berharap jika teknologi terbaru tentang pengadaan vaksin masa depan bisa dikembangkan, maka Indonesia akan memegang lisensi untuk memproduksinya.
“Kita bisa dan harus berdikari dalam bidang farmasi,” ujar DR Bagus yang sejak 2017, juga menjadi asisten Profesor di Virginia Tech, Amerika Serikat, merasa bersyukur, Menteri BUMN, Erick Thohir menanggapi positif hal ini.
“Apalagi BUMN siap bersinergi dengan komunitas riset dan akademisi di tanah air dan di manca negara dan mendukung produksi/hilirisasi hasil riset tersebut sehingga menjadi barang jadi yang bisa membawa manfaat untuk rakyat, ujarnya.
Dikatakannya, walaupun impak menjadi tujuan akhir, namun Menteri Erick Thohir mengatakan program BUMN yang mendukung riset harus turut kepada peraturan berlaku dan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
“Saya bersyukur Badan Pemeriksa Keuangan sudah sangat terbuka dan transparan dalam melaksanakan pemeriksaan instansi pemerintah yang menangani COVID-19 di Indonesia,” ujarnya.
Bagus, sebelum bergabung dengan Universitas Nottingham, adalah rekan peneliti di Ilmu dan Teknik Bumi, Imperial College London, mengatakan dalam webinar yang diadakan University of Nottingham dengan anggota III BPK Achsanul Qosasi pada Agustus lalu disampaikan kinerja pemeriksaan COVID19 oleh BPK, berikut implementasi, mitigasi & pengendalian resiko dari kebijakan pemerintah melawan pandemi Covid-19.
“Disinilah juga perlu kami highlight, peran dari akademisi Indonesia - untuk turut menjembatani dialog dan sinergi antara instansi pemerintah dalam menangani Covid-19,” ujar Bagus, penerima gelar MSc dan PhD dalam Mekanika Terapan dari National Taiwan University tahun 2008, dan 2012.
Dikatakannya Ilmuwan harus dapat mengkomunikasikan secara efektif hasil risetnya kepada pemangku kebijakan dan kepentingan yang lebih luas agar tidak sekedar menjadi bagian dari journal ilmiah, namun membawa perubahan lewat kebijakan baru yang membawa manfaat nyata bagi rakyat.
Bagus yang pada tahun 2006 menerima gelar sarjana Teknik Mesin dari Institut Teknologi Bandung, Indonesia memiliki keahlian dalam multidisiplin menghasilkan publikasi dan hibah berdampak tinggi di bidang ilmu bumi, matematika terapan, bioteknologi, dan ilmu komputer.
Dia ikut mengelola lebih dari £ 10 juta dana penelitian dan membimbing dua peneliti postdoctoral dan lima mahasiswa PhD dan pada 2019, ia diakui sebagai akademisi internasional dengan kontribusi luar biasa
Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan kesiapan BUMN bersinergi dengan komunitas riset dan akademisi di tanah air dan di manca negara dan akan mendukung produksi/hilirisasi hasil riset tersebut sehingga menjadi barang jadi yang bisa membawa manfaat untuk rakyat.
Kesangupan Erick Thohir disampaikan pada pertemuan dengan diaspora ilmuwan Indonesia yang ada di Inggris disela-sela kunjungan kerjanya bersama Menlu Retno Marsudi dari tanggal 12 hingga 15 Oktober.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir serta Sekjen Kemenkes secara khusus bertemu dengan Ia adalah direktur Kemitraan Pelatihan Doktor Indonesia dan koordinator Konsorsium Inggris-Indonesia untuk Ilmu Interdisipliner (UKICIS, DR. Bagus Muljadi, serta Kandidat Ph.D pada Imperial College London, Dr. Eric Daniel Tenda dan Indra Rudiansyah, peneliti vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford mewakili diaspora ilmuwan di UK di KBRI London, Selasa sore.
“Kami sampaikan kepada Menteri BUMN tentang hasil riset dikembangkan diaspora Indonesia di UK dan oleh institusi dimana diaspora berkarya, sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia,” ujar DR. Bagus Muljadi, kepada Antara London, Rabu.
Bagus Mulyadi yang menjadi Asisten Profesor Teknik Kimia dan Lingkungan Universitas Nottingham berharap jika teknologi terbaru tentang pengadaan vaksin masa depan bisa dikembangkan, maka Indonesia akan memegang lisensi untuk memproduksinya.
“Kita bisa dan harus berdikari dalam bidang farmasi,” ujar DR Bagus yang sejak 2017, juga menjadi asisten Profesor di Virginia Tech, Amerika Serikat, merasa bersyukur, Menteri BUMN, Erick Thohir menanggapi positif hal ini.
“Apalagi BUMN siap bersinergi dengan komunitas riset dan akademisi di tanah air dan di manca negara dan mendukung produksi/hilirisasi hasil riset tersebut sehingga menjadi barang jadi yang bisa membawa manfaat untuk rakyat, ujarnya.
Dikatakannya, walaupun impak menjadi tujuan akhir, namun Menteri Erick Thohir mengatakan program BUMN yang mendukung riset harus turut kepada peraturan berlaku dan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
“Saya bersyukur Badan Pemeriksa Keuangan sudah sangat terbuka dan transparan dalam melaksanakan pemeriksaan instansi pemerintah yang menangani COVID-19 di Indonesia,” ujarnya.
Bagus, sebelum bergabung dengan Universitas Nottingham, adalah rekan peneliti di Ilmu dan Teknik Bumi, Imperial College London, mengatakan dalam webinar yang diadakan University of Nottingham dengan anggota III BPK Achsanul Qosasi pada Agustus lalu disampaikan kinerja pemeriksaan COVID19 oleh BPK, berikut implementasi, mitigasi & pengendalian resiko dari kebijakan pemerintah melawan pandemi Covid-19.
“Disinilah juga perlu kami highlight, peran dari akademisi Indonesia - untuk turut menjembatani dialog dan sinergi antara instansi pemerintah dalam menangani Covid-19,” ujar Bagus, penerima gelar MSc dan PhD dalam Mekanika Terapan dari National Taiwan University tahun 2008, dan 2012.
Dikatakannya Ilmuwan harus dapat mengkomunikasikan secara efektif hasil risetnya kepada pemangku kebijakan dan kepentingan yang lebih luas agar tidak sekedar menjadi bagian dari journal ilmiah, namun membawa perubahan lewat kebijakan baru yang membawa manfaat nyata bagi rakyat.
Bagus yang pada tahun 2006 menerima gelar sarjana Teknik Mesin dari Institut Teknologi Bandung, Indonesia memiliki keahlian dalam multidisiplin menghasilkan publikasi dan hibah berdampak tinggi di bidang ilmu bumi, matematika terapan, bioteknologi, dan ilmu komputer.
Dia ikut mengelola lebih dari £ 10 juta dana penelitian dan membimbing dua peneliti postdoctoral dan lima mahasiswa PhD dan pada 2019, ia diakui sebagai akademisi internasional dengan kontribusi luar biasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar