MAHASISWA INDONESIA DI BELGIA TAMPILKAN HASIL RISET
London, 8/10 (Antara) - Mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan studi di Belgia mengadakan temu ilmiah dengan menampilkan hasil riset yang dilakukan di negara itu.
Acara yang berlangsung di Aula KBRI Brussel juga menjadi ajang pertemuan anggota PPI dari seluruh kota di Belgia yang tergabung dalam satu wadah, yaitu PPI Belgia yang diresmikan Dubes RI untuk Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa, Arif Havas Oegroseno pada 17 Agustus lalua, demikian Sekretaris Tiga KBRI Brusel Ernesto Simanungkalit kepada Antara London. Rabu.
Selama ini mahasiswa Indonesia aktif dalam berbagai kegiatan promosi Indonesia di Belgia dan aktivitas PPI terkonsentrasi pada kegiatan di kota masing-masing, yaitu di Brussel, Leuven, Gent, Antwerpen, Hasselt dan Liege.
Nanang Suprayogi, mahasiswa S3 dari University of Gent yang terpilih sebagai Ketua Presidium PPI Belgia, membuka acara dengan memperkenalkan susunan pengurus baru PPI Belgia serta rencana kerja PPI Belgia hingga 2015 mendatang.
Nanang menjelaskan berbagai informasi dan aktifitas yang ada di website PPI Belgia di www.ppibelgia.be.
Dalam acara ramah-tamah dan diskusi, Dubes Havas menegaskan meskipun jumlah mahasiswa Indonesia di Belgia tidak sebesar negara lain, namun mahasiswa Indonesia perlu bangga karena sebagian besar mahasiswa belajar di empat universitas yang masuk dalam daftar 200 besar perguruan tinggi terbaik di dunia.
Times Higher Education menempatkan Katholieke Universiteit Leuven (KUL) di peringkat 55, University of Gent di peringkat 90, University of Antwerp di peringkat 170, dan Université Catholique de Louvain di peringkat 171 dalam peringkat universitas terbaik di dunia.
"Hal ini berarti mahasiswa Indonesia yang belajar di Belgia adalah termasuk best of the best di Indonesia," kata Dubes Havas.
Dia juga menekankan perlunya terus berkarya dan percaya diri. Ada banyak mahasiswa Indonesia di Belgia yang berprestasi. Bahkan Roil Bilad dari KU Leuven dalam satu tahun mampu mempublikasikan 16 tulisan ilmiah di jurnal ternama di Eropa.
Dengan kemampuan dan rasa percaya diri yang tinggi, akan lebih banyak peluang yang terbuka baik akademis maupun profesional.
Acara temu ilmiah, menampilkan hasil riset yang dihasilkan pelajar Indonesia di Belgia. Diantaranya Mery Damanik, pelajar yang sedang menempuh studi S3 di bidang teknologi pangan di University of Gent menyampaikan hasil penelitian tentang kandungan karsinogen pada terasi.
Sementara itu, Trias Wahyuni Rakhmawati, mahasiswi S3 bidang biostatistik di Hasselt University menyampaikan hasil penelitian mengenai metode analisis data yang mengandung pencilan dalam bidang clinical trials.
Pemaparan ilmiah dilanjutkan dengan penyajian Lukman Hakim, mahasiswa S3 di bidang kedokteran di Katholieke University Leuven (KUL) yang menyajikan hasil penelitiannya mengenai penggunakan metode regenerative medicine untuk pengobatan kelainan dan penyakit urologi.
Temu ilmiah diakhiri dengan penyajian Imam Syafgan, mahasiswa S3 di bidang studi komunikasi di University of Antwerp, yang melakukan penelitian tentang website sebagai fakta menurunnya image suatu negara termasuk Indonesia sebagai tujuan wisata masyarakat Eropa.
Dengan status Indonesia sebagai negara demokrasi dengan pertumbuhan ekonomi yang dinilai baik, berbagai universitas di Eropa ingin melakukan kerja sama yang lebih luas dengan universitas di Indonesia, termasuk dengan institusi penyandang beasiswa.
Dubes Havas menyampaikan tolok ukur lainnya Indonesia diminta membantu penyusunan Program S2 Kajian Islam di Katholieke Universiteit Leuven (KUL), universitas tertua dan salah satu universitas terbaik di Eropa.
Program S2 Kajian Islam yang penyusunannya dibantu Prof Azyumardi Azra diharapkan menjadi yang pertama di Eropa karena disusun dari awal dengan konsep dan karakternya yang khas.
Indonesia membantu memberikan kajian dan saran serta mengkaji sumber belajar dan jaringan kerja sama, dukungan tenaga pengajar di universitas dari akademisi perguruan tinggi Islam Indonesia.
Program Kajian Islam diarahkan untuk membuka wawasan intelektual,pemahaman dan praktik keislaman yang lapang, moderat dan toleran di kalangan generasi muda di Eropa diharapkan menjadi pemimpin Eropa di masa datang. Proses pembelajarannya juga memperhatikan kontekstualisasi dan indigenisasi Islam di Eropa. ***1*** (ZG)
(T.H-ZG/C/S. Muryono/S. Muryono) 08-10-2014 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar