Jumat, 31 Oktober 2014

PEWARNA

PEWARNA ALAM WUJUDKAN BATIK RAMAH LINGKUNGAN

     Oleh Zeynita Gibbons

    London, 29/10 (Antara) -  Peneliti lingkungan dari UI mengungkapkan pengunaan pewarna alami dalam industri batik yang merupakan mahakarya Indonesia dengan nilai budaya yang tinggi akan dapat mewujudkan batik ramah lingkungan yang berdampak positif pada lingkungan dan ekonomi.

         "Mengikuti Indonesian Scholars International Convention (ISIC) 2014 merupakan pengalaman yang sangat berharga dan juga pengalaman pertama dalam menulis hasil penelitihan serta mempresentasikan di Inggris," kata Peneliti dari Teknik Lingkungan UI Elzavira Felaza kepada Antara di London, Rabu.

         Ia menjelaskan pandangannya itu telah dikemukakan dalam hajatan tahunan PPI UK yang menggelar pertemuan ilmiah ISIC yang membahas kesiapan Indonesia dalam menghadapi tantangan Asean Economic Community (AEC)  di Oxford, Inggris, akhir pekan.

         Pada pertemuan ilmiah pelajar Indonesia  yang dibuka Dubes  RI untuk Kerajaan Inggris Raya dan Republik Irlandia, Hamzah Thayeb, Elzavira Felaza menyampaikan hasil penelitihannya yang berjudul "Konservasi Alam Indonesia dan Budaya melalui Pemberdayaan Teknologi Adat di UKM Industri Kreatif".

         "Alam dan budaya merupakan potensi unik yang dapat dioptimalkan oleh Indonesia  untuk menghadapi tantangan pasar global. Berdasarkan data dari BPS di tahun 2013, UKM berkontribusi 56 persen dari Gross Domestic Product (GDP) Indonesia," katanya.

         Menurut Elzavira Felaza, salah satu jenis dari UKM yang memiliki pengaruh besar di Indonesia adalah UKM industri kreatif batik. Penggunaan pewarna alami dalam industri batik membawa dampak positif, baik dari segi ekonomi maupun dari segi lingkungan.

         UKM batik ramah lingkungan yang menggunakan bahan dari pewarna alami merupakan salah satu cara untuk menjaga alam dan juga budaya. Apalagi, Indonesia dari segi keanekaragaman hayati berpeluang untuk itu, karena saat ini terdapat 150 jenis flora di Indonesia yang memiliki potensi  menjadi sumber zat pewarna alami.

         "Untuk memahami proses tradisional batik dan juga pewarna alami yang digunakan, penelitian telah dilakukan dengan studi kasus di salah satu UKM batik di Yogyakarta," ujarnya.

         Batik dengan proses pembuatan tradisional dan penggunaan pewarna alam akan menghasilkan keuntungan, yaitu nilai jual yang lebih tinggi karena keunikan budaya dan bahan yang ramah lingkungan akan lebih menarik bagi pasar global yang saat ini juga menaruh fokus pada industri ramah lingkungan.

         Untuk optimalisasi usaha ini diperlukan kolaborasi dari berbagai sektor, seperti perdagangan, pertanian serta pendidikan dan budaya. Dari sektor perdagangan dapat membuat regulasi terkait dengan pemberian label pada batik tradisional dengan pewarna alami sehingga pasar akan lebih memahaminya.

         Sektor pertanian dapat membantu penanaman dari sumber zat pewarna alami tersebut, karena usaha ini bukan tentang menghabiskan sumber daya alami Indonesia, namun mengoptimalkan penggunaannya dengan tujuan budidaya.

         Sektor pendidikan dan budaya dapat membantu dengan memberikan lebih banyak edukasi terkait dengan nilai budaya dari batik kepada masyarakat Indonesia dan juga global, sehingga masyarakat akan lebih memahami dan menghargai nilai budaya batik tersebut.

         "Dengan usaha ini maka diharapkan Indonesia dapat menjaga alam, budaya dan juga dapat bersaing dengan baik di pasar bebas ASEAN dan AEC," katanya.

         Elzavira Felaza mengakui mengikuti Indonesian Scholars International Convention 2014 merupakan pengalaman yang sangat berharga baginya.

         "Sejujurnya, ini merupakan pengalaman pertama saya dalam menulis paper, apalagi mempresentasikan paper dengan Bahasa Inggris," ujar Elzavira Felaza.

         Pada saat penelitian narasumber memberikan banyak inspirasi  dan diharapankannya hasil penelitihannya akan  terwujud dan  bisa membawa ide unik dan ramah lingkungan dari usaha yang telah dilakukan untuk dipresentasikan dalam konferensi.

         Menurut Elzavira Felaza, seluruh presenter dan juga speakers dalam conference ini  memberikan banyak inspirasi  dan diharap  output dari konferensi ini benar-benar dapat digunakan untuk membantu Indonesia menghadapi pasar global.

         "I feel honoured to be presenting my paper in Oxford and to win the best presenter, well... I didn't see it coming and I didn't even think I had it in me," ujar Elzavira Felaza yang menyampaikan kesan kesan dalam mengikuti ISIC 2014. ***3*** (ZG)
(T.H-ZG/B/E.M. Yacub/C/E.M. Yacub) 29-10-2014 09:10:07

Tidak ada komentar: