Minggu, 09 Agustus 2015

BATIK

VIDEO MAPPING MUSEUM BATIK PEKALONGAN PUKAU MASYARAKAT

          Jakarta, 9/8 (Antara) - Pertunjukkan karya video mapping gedung museum Batik Pekalongan dengan keindahan pola dan kain batik berinteraksi dengan fasad gedung membangun efek ilusi dengan berbagai  adegan,  berhasil memukau tidak saja masyarakat kota Pekalongan tetapi juga wisatawan mancanegara.

         Pertunjukan karya video mapping dengan membawakan tema perjalanan pengukuhan Kota Pekalongan sebagai bagian dari UNESCO Creative Cities Network merupakan karya  oleh seniman dari Sembilan Matahari.

         CEO Sembilan Matahari Adi Panuntun kepada Antara, Minggu menyebutkan video mapping gedung museum Batik Pekalongan merupakan kelanjutan dari runutan jejak rekam yang dimulai sejak Kota Pekalongan menyatakan dirinya sebagai Kota Batik Dunia, yang sangat serius dan fokus menjadikan bidang batik sebagai tulang punggung kota.

         Pekalongan turut andil bersama pemerintah pusat Republik Indonesia memperjuangkan batik ke level internasional yang membuat UNESCO kemudian meresmikan batik sebagai warisan asli budaya Indonesia, ujarnya.

         UNESCO pada Desember 2014 lalu menetapkan Kota Pekalongan sebagai Creative Cities Network pada kategori City of Crafts and Folk Arts  karena mayoritas masyarakat Kota Pekalongan  berhasil hidup dari batik,  dinilai dunia sebagai kota dengan warga dan pemerintah mengembangkan tradisi budaya asli bangsanya.

         Pekalongan  secara nyata mengembangkan tradisi budaya bangsa,  menjadi kota batik yang menumbuhkan perekonomian kota serta menginpirasi warga dan anak-anak mudanya untuk berperan.

         Banyak contoh yang sudah terwujud, beberapa diantaranya adalah pemberlakuan kurikulum batik di sekolah dan perguruan tinggi, hingga dikembangkannya sebuah kawasan pelestarian budaya seperti Kampung Canting.

         Bersama  Walikota yang inspiratif yang  memulai perjalanannya sejak tahun 2005 lalu, dari Pekalongan yang tidak punya apa-apa setelah terkena imbas krisis ekonomi di tahun 1998 diputuskan agar seluruh unsur  memfokus kepada pengembangan batik.

         Bahkan Pekalongan  yang pernah dikenal sebagai pusat kekuatan nelayan, kini seolah menjadi tinggal sejarah. Dulunya, yang punya usaha batik hanya anak cucu saudagar batik "tempoe doeloe", namun sekarang ibu hingga anak-anak pun sudah mengikuti kursus, pelatihan, diajarkan di sekolah dan tumbuh pesat berwirausaha.

         Serupa dengan sifat dari kreasi batik itu sendiri, karya dari Sembilan Matahari senantiasa berkembang seiring dengan bertumbuh pesatnya dunia teknologi dan multimedia.

         Banyak adegan di dalam video mapping kali ini yang akan memanjakan mata penonton akan keindahan pola dan kain batik berinteraksi dengan fasad gedung membangun efek ilusi menakjubkan.

         Ribuan warga hadir berkumpul dan merekam pertunjukkan melalui kamera telepon genggam mereka di depan Museum Batik yang terletak di depan Lapangan Jetayu Kota Pekalongan.

         Sembilan Matahari menyadari kepentingan acara ini bukan hanya sebagai hiburan yang inspiratif bagi masyarakat akan tetapi juga perannya sebagai medium penyampai pesan dan nilai-nilai persatuan yang diharapkan akan dapat menggerakan perubahan.

         Sembilan Matahari telah sukses membuat gedung-gedung bersejarah di Indonesia menjadi âhidupâ dan âberceritaâ melalui karya video mapping, beberapa diantaranya adalah Museum Fatahillah, Gedung Sate, Museum Batik Pekalongan, dan Museum Nasional.

         Sembilan Matahari adalah studio kreatif lintas disiplin yang berbasis di kota Bandung, dikenal melalui karya-karya yang memadukan kreativitas teknologi, estetika, dan keunikan teknik penceritaan. Pengakuan publik nasional dan internasional diterima oleh Sembilan Matahari ketika mengharumkan nama Indonesia melalui keikutsertaannya dalam ajang festival-festival bergengsi dunia.

         Penghargaan erima Sembilan Matahari diantaranya, Official Selection di Mapping Festival Geneva 2013, 1st winner di Zushi Media Art Festival Jepang 2013, 1st winner di Moscow International Festival Circle of Light 2014, dan Bronze medal di Citra Pariwara 2014 untuk kategori non-conventional media., semikian Adi Panuntun.

    (ZG)
***4***
(T.H-ZG/B/M. Yusuf/M. Yusuf) 09-08-2015 05:21:31

Tidak ada komentar: