Diaspora Indonesia punya peluang ekspor makanan ke Kanada
News ID: 1200722
London (ANTARA) -
Potensi ekspor produk-produk makanan Indonesia ke Kanada masih sangat besar dan diaspora dapat mengisi peluang tersebut.
Hal itu mengemuka dalam dialog Konsul Jenderal RI Toronto, Leonard F. Hutabarat, dengan Diaspora Indonesia guna lebih meningkatkan ekspor produk makanan Indonesia di Wilayah Kerja KJRI Toronto.
Acara bincang-bincang dengan Konsul Jenderal RI dengan Joe Oey ini, bertepatan dengan hari UMKM Internasional yang ditetapkan PBB pada tanggal 27 Juli, demikian konsul Ekonomi KJRI Toronto Dina Martina kepada Antara London, Senin.
Konsul Jenderal RI Toronto, Leonard F. Hutabarat, mengatakan
KJRI terus berupaya mengenalkan potensi ekspor produk makanan Indonesia ke pasar yang memiliki jumlah penduduk sangat signifikan untuk consumer goods products.
Dikatakannya Toronto merupakan ibukota Provinsi Ontario di Kanada, bersama Provinsi Manitoba, Saskatchewan dan Nunavut, juga merupakan provinsi utama tujuan ekspor dari 54% produk Indonesia pada tahun 2019 dan 53% impor Indonesia dari Kanada.
Dengan lebih dari 37,7 juta populasi Kanada, 81% merupakan urban population dan terkonsentrasi di atas 40% berada di Provinsi Ontario.
Sementara, Joe Oey, dengan Oey Trading menjalankan usaha sebagai importir produk makanan Indonesia di Toronto, Kanada selama 32 tahun. Berdasarkan pengalaman nya ia menekankan perlunya eksportir makanan Indonesia khususnya UMKM memperhatikan regulasi mengenai food safety di Kanada sebelum melakukan ekspor.
Meski dalam 10 tahun terakhir peraturan mengenai food safety di Kanada semakin ketat, namun masih sangat mungkin untuk dipenuhi oleh produsen makanan di Indonesia, ujarnya.
Misalnya, produsen harus menyebutkan jika produknya mengandung dairy products atau tidak dan apakah proses produksinya bercampur atau tidak dengan produksi makanan lain yang mengandung peanut, mengingat banyak masyarakat Kanada yang alergi dengan peanut.
Selain food safety, eksportir juga sudah harus mengantongi lisensi dan traceability sesuai regulasi untuk memberi jaminan produk makanan tersebut aman untuk dikonsumsi.
Packaging produk juga perlu dibuat dalam dua Bahasa, yaitu Bahasa Inggris dan Perancis.
Masyarakat Kanada tergolong adventurous dalam hal makanan. Mereka tidak segan-segan mencoba makanan dari berbagai latar budaya, sepanjang memperhatikan aspek-aspek yang menjadi perhatian utama mereka, seperti kandungan, fakta nutrisi, sampai aspek lingkungan.
Sementara Konjen mengatakan saat ini ada pergeseran konsumsi masyarakat Kanada dari banyak mengkonsumsi daging merah ke arah konsumen seafood dan produk organik yang lebih sehat.
Di sisi lain, produk makanan di Ontario, khususnya di Toronto juga sangat beragam, salah satunya karena banyaknya pendatang.
Sensus 2016 menyebutkan, tidak kurang dari 35% warga Toronto adalah pendatang dari berbagai negara, seperti India, RRT, Italia, dan Filipina. Hal ini membuat produk makanan asing lebih mudah diterima, ujarnya.
Dikatakannya situasi the new normal mempunyai karakteristik tertentu mengharuskan supply terus berjalan khususnya untuk makanan sehingga perlu protocol baru bagi industri.
Marketing digital atau e-commerce merupakan salah satu cara yang paling aman untuk berbisnis di saat pandemi Covid-19. Hal lainnya yang perlu diperhatikan pelaku bisnis adalah perlunya sample product dan sutainability atau kapasitas produksi.
Pada tahun 2018, defisit perdagangan Indonesia dengan Wilayah Kerja KJRI Toronto sekitar USD 102 juta turun menjadi skitar USD 16 juta di tahun 2019.
Di saat pandemi Covid -19 dengan dukungan pelaku usaha khususnya diaspora Indonesia seperti Oey Trading diharapkan defisit perdagangan Indonesia dengan Wilayah Kerja semakin berkurang.
UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di banyak negara berkembang, namun juga 90 persen perusahaan di dunia didukung oleh UMKM, termasuk 70 persen employment berada di sektor UMKM dan kontribusi UMKM pada 50 persen GDP dunia.
Dialog menarik antara Konjen RI Toronto dan diaspora Indonesia ini dalam waktu dekat akan ditampilkan di kanal youtube KJRI Toronto.
Program dialog dengan diaspora di Wilayah Kerja KJRI Toronto akan diupayakan untuk terus dilakukan dengan menghadirkan narasumber yang bergerak di berbagai bidang di wilayah Ontario dan sekitarnya guna mendapatkan informasi kredible secara langsung dari pelaku bisnis.(ZG)
Potensi ekspor produk-produk makanan Indonesia ke Kanada masih sangat besar dan diaspora dapat mengisi peluang tersebut.
Hal itu mengemuka dalam dialog Konsul Jenderal RI Toronto, Leonard F. Hutabarat, dengan Diaspora Indonesia guna lebih meningkatkan ekspor produk makanan Indonesia di Wilayah Kerja KJRI Toronto.
Acara bincang-bincang dengan Konsul Jenderal RI dengan Joe Oey ini, bertepatan dengan hari UMKM Internasional yang ditetapkan PBB pada tanggal 27 Juli, demikian konsul Ekonomi KJRI Toronto Dina Martina kepada Antara London, Senin.
Konsul Jenderal RI Toronto, Leonard F. Hutabarat, mengatakan
KJRI terus berupaya mengenalkan potensi ekspor produk makanan Indonesia ke pasar yang memiliki jumlah penduduk sangat signifikan untuk consumer goods products.
Dikatakannya Toronto merupakan ibukota Provinsi Ontario di Kanada, bersama Provinsi Manitoba, Saskatchewan dan Nunavut, juga merupakan provinsi utama tujuan ekspor dari 54% produk Indonesia pada tahun 2019 dan 53% impor Indonesia dari Kanada.
Dengan lebih dari 37,7 juta populasi Kanada, 81% merupakan urban population dan terkonsentrasi di atas 40% berada di Provinsi Ontario.
Sementara, Joe Oey, dengan Oey Trading menjalankan usaha sebagai importir produk makanan Indonesia di Toronto, Kanada selama 32 tahun. Berdasarkan pengalaman nya ia menekankan perlunya eksportir makanan Indonesia khususnya UMKM memperhatikan regulasi mengenai food safety di Kanada sebelum melakukan ekspor.
Meski dalam 10 tahun terakhir peraturan mengenai food safety di Kanada semakin ketat, namun masih sangat mungkin untuk dipenuhi oleh produsen makanan di Indonesia, ujarnya.
Misalnya, produsen harus menyebutkan jika produknya mengandung dairy products atau tidak dan apakah proses produksinya bercampur atau tidak dengan produksi makanan lain yang mengandung peanut, mengingat banyak masyarakat Kanada yang alergi dengan peanut.
Selain food safety, eksportir juga sudah harus mengantongi lisensi dan traceability sesuai regulasi untuk memberi jaminan produk makanan tersebut aman untuk dikonsumsi.
Packaging produk juga perlu dibuat dalam dua Bahasa, yaitu Bahasa Inggris dan Perancis.
Masyarakat Kanada tergolong adventurous dalam hal makanan. Mereka tidak segan-segan mencoba makanan dari berbagai latar budaya, sepanjang memperhatikan aspek-aspek yang menjadi perhatian utama mereka, seperti kandungan, fakta nutrisi, sampai aspek lingkungan.
Sementara Konjen mengatakan saat ini ada pergeseran konsumsi masyarakat Kanada dari banyak mengkonsumsi daging merah ke arah konsumen seafood dan produk organik yang lebih sehat.
Di sisi lain, produk makanan di Ontario, khususnya di Toronto juga sangat beragam, salah satunya karena banyaknya pendatang.
Sensus 2016 menyebutkan, tidak kurang dari 35% warga Toronto adalah pendatang dari berbagai negara, seperti India, RRT, Italia, dan Filipina. Hal ini membuat produk makanan asing lebih mudah diterima, ujarnya.
Dikatakannya situasi the new normal mempunyai karakteristik tertentu mengharuskan supply terus berjalan khususnya untuk makanan sehingga perlu protocol baru bagi industri.
Marketing digital atau e-commerce merupakan salah satu cara yang paling aman untuk berbisnis di saat pandemi Covid-19. Hal lainnya yang perlu diperhatikan pelaku bisnis adalah perlunya sample product dan sutainability atau kapasitas produksi.
Pada tahun 2018, defisit perdagangan Indonesia dengan Wilayah Kerja KJRI Toronto sekitar USD 102 juta turun menjadi skitar USD 16 juta di tahun 2019.
Di saat pandemi Covid -19 dengan dukungan pelaku usaha khususnya diaspora Indonesia seperti Oey Trading diharapkan defisit perdagangan Indonesia dengan Wilayah Kerja semakin berkurang.
UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di banyak negara berkembang, namun juga 90 persen perusahaan di dunia didukung oleh UMKM, termasuk 70 persen employment berada di sektor UMKM dan kontribusi UMKM pada 50 persen GDP dunia.
Dialog menarik antara Konjen RI Toronto dan diaspora Indonesia ini dalam waktu dekat akan ditampilkan di kanal youtube KJRI Toronto.
Program dialog dengan diaspora di Wilayah Kerja KJRI Toronto akan diupayakan untuk terus dilakukan dengan menghadirkan narasumber yang bergerak di berbagai bidang di wilayah Ontario dan sekitarnya guna mendapatkan informasi kredible secara langsung dari pelaku bisnis.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar