Capaian Dubes Bagas Hapsoro di Swedia
News ID: 1152872
London (ANTARA) -
Banyak keberhasilan yang dicapai Dutabesar Bagas Hapsoro di akhir karirnya sebagai Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Kerajaan Swedia dan Republik Latvia diantaranya adanya apresiasi dari Swedia akan penggunaan minyak sawit Indonesia untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Selain itu Dubes Bagas yang pernah bertugas sebagai Dubes di Libanon juga berhasil dalam meningkatkan jumlah wisatawan Swedia berlibur ke Indonesia dan investasi Swedia di Indonesia pun mengalami kenaikan yang signifikan sejak 2016.
Dubes Bagas Hapsoro mengatakan menurut data dari BKPM, investasi Swedia di Indonesia mengalami fluktuasi, dan kecenderungan meningkat, dalam semester pertama tahun 2019 mengalami kenaikan, mencapai USD 21,8 juta.
Sedangkan di akhir tahun 2018 tercatat investasi Swedia sebesar USD 16,8 juta, ujar pria kelahiran Yogyakarta kepada koresponden Antara London, Rabu.
Apalagi pada tahun 2020 ini Indonesia dan Swedia merayakan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
“Kita harus menyesuaikan diri dengan situasi pandemi melanda ke semua negara dan segala segi kehidupan, ekonomi dan politik, ujar Bagas yang belajar Ilmu Hukum di Universitas Indonesia dan mengambil Master Degree di St. John University, New York.
Untuk itu Dubes Bagas yang pernah menjabat jabatan bervariasi di Kemlu mengharapkan setelah vaksin ditemukan nanti bisa merencanakan berbagai kegiatan dengan lebih baik untuk merayakan 70 tahun hubungan kedua negara.
Dubes mengakui Pemerintah Swedia mengapresiasi penggunaan minyak sawit Indonesia untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Begitu tertariknya Swedia kepada Sustainable Development Goals (SDGs) 2030,ujar Bagas yang pernah menjadi Staf Ahli Menteri Luar Negeri urusan Manajemen dari 2014 – 2015.
Pemerintah Swedia memdanai riset yang dilakukan oleh Royal Institute of Technology, Universitas di Stockholm, yang melakukan kajian mengenai studi pemanfaatan bio-energi untuk pembangunan, ujar Bagas Hapsoro pada awal karirnya ditempatkan di Perwakilan Tetap RI di New York pada tahun 1987 – 1991
Dikatakan bahkan seorang Ahli Indonesia Dr. Fumi Harahap dipercaya untuk mengemban studi pemanfaatan bio-energi untuk pembangunan di Royal Institute of Technology, Universitas di Stockholm.
Pada Maret lalu delegasi KTH dan Swedish Energy Agency menjadi peserta aktif dalam Seminar yang diadakan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri.
Pada Seminar yang dibuka Wamen Mahendra Siregar, Kepala BPPK Dr. Siswo Pramono membuat Analisa menarik mengenai kaitan CPO dan bio-energi.
Dubes Bagas yang pernah menjabat jabatan yang bervariasi di Kementerian Luar Negeri mengatakan dalam upaya meningkatkan jumlah wisatawan Swedia, KBRI Stockholm mengelar serangkaian kegiatan Business to Business Meeting di bidang pariwisata, untuk mempertemukan pelaku usaha travel agent, tour operator wisata dari Swedia dan Indonesia.
Tidak heran bila jumlah wisatawan asal Swedia dari tahun ke tahun terus meningkat. Sampai Desember 2019 sekitar 56.380 turis Swedia berkunjung ke Indonesia, ujar Bagas yang pernah menjadi Konsul Ekonomi di KJRI Houston 1994-1995.
Menurut statistik Kementerian Pariwisata Oktober tahun lalu jumlah wisatawan Swedia berlibur ke Indonesia selama kurun waktu 2015-2018 mengalami peningkatan.
Pada tahun 2015 jumlah wisatawan Swedia berlibur ke Indonesia sebanyak 37.555 meningkat menjadi 54.262 pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 sempat turun menjadi 51.423 namun pada 2019 naik menjadi 56.000 tahun 2019, namun sempat turun di tahun 2018 sebesar 50.380.
Menurut Dubes Bagas yang pernah bertugas di PTRI Jenewa dari tahun 2002 sampai 2004, bangsa Swedia senang berlibur ke daerah yang beriklim hangat dan kaya akan budaya dimana setiap tahun rata-rata setiap orang Swedia berlibur dua kali ke luar negeri dalam satu tahun.
Pada tahun 2019 jumlah outbound tourist Swedia berjumlah lebih dari 18 juta jiwa atau hampir dua kali jumlah penduduk Swedia.
Selain itu, masa cuti tahunan orang Swedia selama enam minggu. Sehingga mereka tidak segan-segan berpergian ke tempat yang jauh mengingat memiliki masa liburan yang panjang. Terlebih lagi, mereka daya belinya tinggi dengan rata-rata spending per visit (7 hari) sekitar USD 1.400.
Keberhasilan Dubes Bagas Hapsoro yang penunjukan sebagai Duta Besar di Swedia merangkap Latvia adalah penugasan kedua sebagai Kepala Perwakilan. Pada tahun 2007 – 2010 menjadi Duta Besar untuk Republik Lebanon itu merasa puas dengan apa yang dicapainya meskipun dalam sisa karirnya dunia mengalami pendemi Covid-19.
Ketika Covid-19 menyerang Eropa, Swedia dianggap “nyeleneh”. Tidak menerapkan kebijakan lockdown seperti negara Eropa lainnya. Bahkan orang bertanya apakah Swedia mulai menerapkan kebijakan herd immunity (kekebalan tubuh).
“Saya sering mendengar pembicaraan diantara para diplomat asing. Mengapa Swedia menjadi satu-satunya negara di Skandinavia malah memilih tidak menerapkan kebijakan karantina wilayah/lockdown sejak awal? Apa alasannya pemerintah tak memberlakukan lockdown?
Pemerintah Swedia melancarkan strategi untuk mengendalikan Covid-19 dan minta warganya mengubah perilaku, dan tidak perlu se-ekstrim negara lainnya dengan menutup kegiatan ekonomi.
Meskipun banyak restoran buka dan anak-anak juga masih tetap ke sekolah namun pemerintah Swedia, menganjurkan warga tidak melakukan aktivitas yang tidak penting di luar dan bekerja dari rumah lebih diutamakan.
Jumlah penderita Covid-19 hingga Senin (8/6), Public Health Agency Swedia mengkonfirmasi sebanyak 44.730 orang pengidap Coronavirus dan sebanyak 4.659 korban meninggal dan sebanyak 4.971 orang yang sembuh.
Pemerintah Swedia melakukan pendekatan ilmiah, dalam upaya menanggulangi pandemi bukan perdebatan politik meskipun jumlah penderita corona di Swedia cukup tinggi ketimbang negara Skandinavia lainnya.
Pemerintah Swedia berpandangan bahwa semua harus mengacu kepada Konstitusi Swedia yang memberikan kewenangan kepada Badan Kesehatan Masyarakat (Swedish Public Health Agency) Swedia mengeluarkan peraturan dan protokol kesehatan atas dasar rekomendasi para pakar dan ilmuwan.
Menurut Bagas yang pernah menjadi Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN terdapat kepercayaan yang tinggi masyarakat Swedia terhadap pemerintah mereka. “Itulah yang diyakini mendorong mereka secara sukarela menjalankan anjuran otoritas,” ujar Bagas yang penugasan di Kementerian Luar Negeri terakhir adalah Staf Ahli Menteri Luar Negeri urusan Manajemen dari 2014 – 2015.
Menurut Bagas, membiarkan warga menjaga kesehatan mental dan fisik meyakinkan pemerintah Swedia menghindari peraturan yang memaksa warga mereka terkurung di rumah, demikian Dubes yang pernah menjadi Direktur Kerjasama Mitra Wicara ASEAN dan Sekretaris Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN dari tahun 2005-2007 dan menjadi Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN dari tahun 2010 – 2013.
Bagas Hapsoro yang mengawali karir sebagai diplomat pada Perwakilan Tetap RI di New York pada tahun 1987 – 1991 menyebutkan alasan pemerintah Swedia tidak memberlakukan lockdown, apalagi media dan parpol Swedia tidak “ribut-ribut ”menyampaikan kebijakan no lockdown.
Pihak berwenang Swedia belum secara resmi menyatakan rencana mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity, yang diyakini sebagian besar ilmuwan tercapai ketika lebih dari 60 persen populasi telah terinfeksi oleh virus. Tetapi menambah kekebalan tidak diragukan lagi adalah bagian dari strategi pemerintah yang lebih luas, ujarnya.
Kepala ahli epidemiologi di Badan Kesehatan Masyarakat Swedia, Anders Tegnell memproyeksikan kota Stockholm dapat mencapai herd immunity pada awal Juni, demikian Dubes Bagas Hapsoro yang pernah bertugas di PTRI Jenewa. (ZG)
Banyak keberhasilan yang dicapai Dutabesar Bagas Hapsoro di akhir karirnya sebagai Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Kerajaan Swedia dan Republik Latvia diantaranya adanya apresiasi dari Swedia akan penggunaan minyak sawit Indonesia untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Selain itu Dubes Bagas yang pernah bertugas sebagai Dubes di Libanon juga berhasil dalam meningkatkan jumlah wisatawan Swedia berlibur ke Indonesia dan investasi Swedia di Indonesia pun mengalami kenaikan yang signifikan sejak 2016.
Dubes Bagas Hapsoro mengatakan menurut data dari BKPM, investasi Swedia di Indonesia mengalami fluktuasi, dan kecenderungan meningkat, dalam semester pertama tahun 2019 mengalami kenaikan, mencapai USD 21,8 juta.
Sedangkan di akhir tahun 2018 tercatat investasi Swedia sebesar USD 16,8 juta, ujar pria kelahiran Yogyakarta kepada koresponden Antara London, Rabu.
Apalagi pada tahun 2020 ini Indonesia dan Swedia merayakan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
“Kita harus menyesuaikan diri dengan situasi pandemi melanda ke semua negara dan segala segi kehidupan, ekonomi dan politik, ujar Bagas yang belajar Ilmu Hukum di Universitas Indonesia dan mengambil Master Degree di St. John University, New York.
Untuk itu Dubes Bagas yang pernah menjabat jabatan bervariasi di Kemlu mengharapkan setelah vaksin ditemukan nanti bisa merencanakan berbagai kegiatan dengan lebih baik untuk merayakan 70 tahun hubungan kedua negara.
Dubes mengakui Pemerintah Swedia mengapresiasi penggunaan minyak sawit Indonesia untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Begitu tertariknya Swedia kepada Sustainable Development Goals (SDGs) 2030,ujar Bagas yang pernah menjadi Staf Ahli Menteri Luar Negeri urusan Manajemen dari 2014 – 2015.
Pemerintah Swedia memdanai riset yang dilakukan oleh Royal Institute of Technology, Universitas di Stockholm, yang melakukan kajian mengenai studi pemanfaatan bio-energi untuk pembangunan, ujar Bagas Hapsoro pada awal karirnya ditempatkan di Perwakilan Tetap RI di New York pada tahun 1987 – 1991
Dikatakan bahkan seorang Ahli Indonesia Dr. Fumi Harahap dipercaya untuk mengemban studi pemanfaatan bio-energi untuk pembangunan di Royal Institute of Technology, Universitas di Stockholm.
Pada Maret lalu delegasi KTH dan Swedish Energy Agency menjadi peserta aktif dalam Seminar yang diadakan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri.
Pada Seminar yang dibuka Wamen Mahendra Siregar, Kepala BPPK Dr. Siswo Pramono membuat Analisa menarik mengenai kaitan CPO dan bio-energi.
Dubes Bagas yang pernah menjabat jabatan yang bervariasi di Kementerian Luar Negeri mengatakan dalam upaya meningkatkan jumlah wisatawan Swedia, KBRI Stockholm mengelar serangkaian kegiatan Business to Business Meeting di bidang pariwisata, untuk mempertemukan pelaku usaha travel agent, tour operator wisata dari Swedia dan Indonesia.
Tidak heran bila jumlah wisatawan asal Swedia dari tahun ke tahun terus meningkat. Sampai Desember 2019 sekitar 56.380 turis Swedia berkunjung ke Indonesia, ujar Bagas yang pernah menjadi Konsul Ekonomi di KJRI Houston 1994-1995.
Menurut statistik Kementerian Pariwisata Oktober tahun lalu jumlah wisatawan Swedia berlibur ke Indonesia selama kurun waktu 2015-2018 mengalami peningkatan.
Pada tahun 2015 jumlah wisatawan Swedia berlibur ke Indonesia sebanyak 37.555 meningkat menjadi 54.262 pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 sempat turun menjadi 51.423 namun pada 2019 naik menjadi 56.000 tahun 2019, namun sempat turun di tahun 2018 sebesar 50.380.
Menurut Dubes Bagas yang pernah bertugas di PTRI Jenewa dari tahun 2002 sampai 2004, bangsa Swedia senang berlibur ke daerah yang beriklim hangat dan kaya akan budaya dimana setiap tahun rata-rata setiap orang Swedia berlibur dua kali ke luar negeri dalam satu tahun.
Pada tahun 2019 jumlah outbound tourist Swedia berjumlah lebih dari 18 juta jiwa atau hampir dua kali jumlah penduduk Swedia.
Selain itu, masa cuti tahunan orang Swedia selama enam minggu. Sehingga mereka tidak segan-segan berpergian ke tempat yang jauh mengingat memiliki masa liburan yang panjang. Terlebih lagi, mereka daya belinya tinggi dengan rata-rata spending per visit (7 hari) sekitar USD 1.400.
Keberhasilan Dubes Bagas Hapsoro yang penunjukan sebagai Duta Besar di Swedia merangkap Latvia adalah penugasan kedua sebagai Kepala Perwakilan. Pada tahun 2007 – 2010 menjadi Duta Besar untuk Republik Lebanon itu merasa puas dengan apa yang dicapainya meskipun dalam sisa karirnya dunia mengalami pendemi Covid-19.
Ketika Covid-19 menyerang Eropa, Swedia dianggap “nyeleneh”. Tidak menerapkan kebijakan lockdown seperti negara Eropa lainnya. Bahkan orang bertanya apakah Swedia mulai menerapkan kebijakan herd immunity (kekebalan tubuh).
“Saya sering mendengar pembicaraan diantara para diplomat asing. Mengapa Swedia menjadi satu-satunya negara di Skandinavia malah memilih tidak menerapkan kebijakan karantina wilayah/lockdown sejak awal? Apa alasannya pemerintah tak memberlakukan lockdown?
Pemerintah Swedia melancarkan strategi untuk mengendalikan Covid-19 dan minta warganya mengubah perilaku, dan tidak perlu se-ekstrim negara lainnya dengan menutup kegiatan ekonomi.
Meskipun banyak restoran buka dan anak-anak juga masih tetap ke sekolah namun pemerintah Swedia, menganjurkan warga tidak melakukan aktivitas yang tidak penting di luar dan bekerja dari rumah lebih diutamakan.
Jumlah penderita Covid-19 hingga Senin (8/6), Public Health Agency Swedia mengkonfirmasi sebanyak 44.730 orang pengidap Coronavirus dan sebanyak 4.659 korban meninggal dan sebanyak 4.971 orang yang sembuh.
Pemerintah Swedia melakukan pendekatan ilmiah, dalam upaya menanggulangi pandemi bukan perdebatan politik meskipun jumlah penderita corona di Swedia cukup tinggi ketimbang negara Skandinavia lainnya.
Pemerintah Swedia berpandangan bahwa semua harus mengacu kepada Konstitusi Swedia yang memberikan kewenangan kepada Badan Kesehatan Masyarakat (Swedish Public Health Agency) Swedia mengeluarkan peraturan dan protokol kesehatan atas dasar rekomendasi para pakar dan ilmuwan.
Menurut Bagas yang pernah menjadi Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN terdapat kepercayaan yang tinggi masyarakat Swedia terhadap pemerintah mereka. “Itulah yang diyakini mendorong mereka secara sukarela menjalankan anjuran otoritas,” ujar Bagas yang penugasan di Kementerian Luar Negeri terakhir adalah Staf Ahli Menteri Luar Negeri urusan Manajemen dari 2014 – 2015.
Menurut Bagas, membiarkan warga menjaga kesehatan mental dan fisik meyakinkan pemerintah Swedia menghindari peraturan yang memaksa warga mereka terkurung di rumah, demikian Dubes yang pernah menjadi Direktur Kerjasama Mitra Wicara ASEAN dan Sekretaris Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN dari tahun 2005-2007 dan menjadi Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN dari tahun 2010 – 2013.
Bagas Hapsoro yang mengawali karir sebagai diplomat pada Perwakilan Tetap RI di New York pada tahun 1987 – 1991 menyebutkan alasan pemerintah Swedia tidak memberlakukan lockdown, apalagi media dan parpol Swedia tidak “ribut-ribut ”menyampaikan kebijakan no lockdown.
Pihak berwenang Swedia belum secara resmi menyatakan rencana mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity, yang diyakini sebagian besar ilmuwan tercapai ketika lebih dari 60 persen populasi telah terinfeksi oleh virus. Tetapi menambah kekebalan tidak diragukan lagi adalah bagian dari strategi pemerintah yang lebih luas, ujarnya.
Kepala ahli epidemiologi di Badan Kesehatan Masyarakat Swedia, Anders Tegnell memproyeksikan kota Stockholm dapat mencapai herd immunity pada awal Juni, demikian Dubes Bagas Hapsoro yang pernah bertugas di PTRI Jenewa. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar