KH. MAIMOEN ZUBAIR: MUSLIM INDONESIA MENCINTAI MAROKO
London, 16/9 (ANTARA) - Pimpinan Ponpes Al-Anwar Sarang, KH. Maimoen Zubair menyampaikan masyarakat muslim Indonesia sejak dahulu kala sangat mencintai Maroko secara zohir dan batin dan bahkan mengenal Maroko sejak Ibn Batutah, pengelana muslim termasyhur menginjakkan kaki di Nusantara.
Hal itu disampaikan KH. Maimoen Zubair, dalam ceramahnya di Fakultas Sastra dan Humaniora, Universitas Ibnu Tofail (UIT), Kenitra sekitar 30 km dari Rabat, Maroko, demikian keterangan pers KBRI Rabat dalam keterangannya yang diterima Antara London, Jumat.
Forum yang diadakan KBRI Rabat kerjasama dengan UIT dihadiri Dubes RI untuk Kerajaan Maroko Tosari Widjaja dan Ibu Mahsusoh Ujiati, Rektor UIT Prof. Abderrahmane Tenkoul, Dekan Fakultas Sastra & Humaniora Prof. Dr. Abdelhanine Belhaj, Ketua Program Studi Islam Prof. Dr. Salam Abrich, para staf KBRI Rabat, dosen, mahasiswa dari berbagai fakultas di UIT serta Pehimpunan Pelajar Indonesia di Maroko.
Ulama kharismatis yang akrab disapa dengan panggilan Mbah Maimoen, dengan penuh semangat di usianya yang tidak muda lagi memberikan ceramah yang berjudul "Perkembangan dan Kemajuan Islam di Indonesia".
Dalam ceramah yang menggunakan bahasa Arab, Mbah Maimoen menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia sejak awal hingga saat ini serta peran ulama Timur Tengah terutama Maroko dalam menyebarkan dakwah Islam di Indonesia.
Hingga saat ini kitab-kitab ulama Maroko menjadi pelajaran wajib di pesantren di Indonesia seperti kitab dasar Nahwu (gramatikal) bahasa Arab Al Ajurrumiyah karya Imam Sonhaji dan kitab amalan harian Dalalil Al Khairat karya Imam Jazuli dipakai mayoritas muslim di Indonesia.
"Hubungan Indonesia-Maroko sesungguhnya seperti hubungan murid dan guru," ungkapnya.
Pada sesi tanya jawab, para hadirin mengungkapkan kekaguman mereka terhadap islam di Indonesia yang menjadi contoh nyata Islam yang moderat dan mampu berdialog dengan kemajuan zaman serta berhasil membangun teknologi dan menjadi kekuatan ekonomi dunia yang diperhitungkan.
Acara dimulai dengan pembukaan yang disampaikan Dr. Maryam Eit Ahmad, yang mengatakan bahwa hubungan antara Indonesia dan Maroko terjalin sejak dulu dimulai dengan datangnya Ibnu Bathutah ke Indonesia kemudian diiringi kontribusi Soekarno dalam mendukung kemerdekaan Maroko di Kongres Asia-Afrika di Bandung dan dilanjutkan dengan kunjungan beberapa tokoh penting Indonesia ke Maroko.
Mbah Kyai mengatakan bahwa dalam proses belajar yang dijalaninya tidak lepas dari masjid.
"Dulu ketika masih diasuh oleh ayah saya ikut ngaji di masjid, kemudian ketika mondok di Lirboyo juga ngaji di masjid dan akhirnya ketika di Makkah ngaji bersama Syeikh Amin Qutbi, dan Syeikh Alawi Almaliki juga di masjid, jadi bagi saya masjid mempunyai keistimewaan tersendiri yaitu tempat yang istimewa untuk ilmu dan ibadah," tegasnya.
Mbah Maimoen mengatakan Indonesia dan Maroko bagaikan masyrik dan maghrib, masyrik dan maghrib adalah dua hal yang menyatu, persatuan antara keduanya itulah bukti dari kejayaan islam. "Bagi Indonesia Maroko adalah markas Islam, karena Islam di Indonesia dikenalkan oleh Ibnu Bathutah dan Ibnu Bathutah orang Maroko," ujar mbah kyai yang membuat hadirin tersenyum.
Di akhir forum Mbah Maimoen menerima cinderamata penghargaan dari Dr. Ahmed El Mahmoudi berupa kitab Tasawuf Al Durroh Al Kharidah Syarh Al Yaqutah Al Faridah karangan ulama Maroko Muhammad Abdul Wahid As Sousi.
Dalam kunjungannya bersama rombongan, Mbah Maimoen, berziarah ke beberapa makam ulama besar Maroko yang berjasa bagi penyebaran Agama Islam di Indonesia, diantaranya Dharih (istilah makam dalam bahasa Maroko - red), makam Syeikh Tijani pendiri tariqat Tijaniah di Kota Fes, Syeikh Imam Jazuli pengarang buku Dalailul Khairat di Fes, Ibnu Ajrum Ashanhaji pengarang buku Nahwu Ajrumiah dan Ibnu Bathuthah di Kota Tangier.
Selain itu Mbah Maimoen, bertemu Sekjen Majli Ilmy (Majlis Ulama) Maroko Prof. Dr. Ahmed Yesif, Mursyid Agung Toriqoh Tijaniyah Syekh Syarif Mohamed Al Kabir Al Tijani, kunjungan ke Kampus Taklim Al Atiq Imam Nafi di kota Tanger serta mengadakan diskusi dengan sejumlah ulama Maroko lainnya.
Koordinator Dept. Media dan Informasi PPI Maroko, Burhan Ali mengatakan pada akhir acara memimpin doa dan seluruh hadirin ikut mengamini dengan khusyuk dan seksama dan dilanjutkan dengan photo bersama dengan undangan dan mahasiswa sebagai bukti kenang-kenangan ikut ngaji bersamaKiyai Maimoen Zubair.***4***(ZG)
(T.H-ZG/C/E001/E001) 16-09-2011 05:38:27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar