Kamis, 15 Maret 2012

PPI AUSTRIA

PPI AUSTRIA DAN I-4 PERTEMUKAN PAKAR DALAM KETAHANAN BUMI London, 15/3 (ANTARA) - Perhimpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia di Austria (PPI Austria) bekerja sama dengan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4), KBRI Wina, mempertemukan pakar-pakar dari Austria dan Indonesia dalam Seminar Ketahanan Bumi (Earth Resilience Symposium). Dalam seminar tersebut dibicarakan tiga aspek ketahanan bumi, yaitu keberlangsungan energi (energy sustainability), ketahanan terhadap bencana (disaster resilience), dan keamanan pangan (food security), kata Ketua Panitia Pelaksana Wikan Danar Sunindyo kepada ANTARA London, Kamis. Seminar yang mendapat dukungan dari Universitas Teknologi Wina (Vienna University of Technology) diadakan di Kantor Badan Kerjasama Internasional untuk Pendidikan dan Riset Austria (OeAD Haus), ia menjelaskan. Dalam kesempatan itu, Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Prof. Dr. Gusti Muhammad Hatta menyambut gembira gagasan yang dilakukan PPI Austria untuk menyelenggarakan seminar ketahanan bumi yang berkaitan dengan tujuh prioritas area penelitian yang digagas kementerian riset dan teknologi yaitu, pangan dan pertanian, kesehatan dan obat-obatan, energi, teknologi informasi dan komunikasi, transportasi, ketahanan, dan teknologi maju lain seperti nano teknologi. Menristek memohon maaf karena situasi dan kondisi internal di Indonesia tidak dapat hadir secara langsung di Wina, namun dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, memungkinkan untuk penyampaian pidato melalui fasilitas video conference, ujar Wikan Danar Sunindyo. Hal yang senada juga disampaikan Direktur Badan Kerjasama Internasional untuk Pendidikan dan Riset Austria (OeAD), Prof. Hubert Duerrstein yang memandang pentingnya peneliti muda untuk terus mengembangkan diri dan berinisiatif dalam melakukan terobosan dan pemecahan-pemecahan masalah dunia di masa kini dan yang akan datang. Saat ini, OeAD memfasilitasi pertukaran mahasiswa dan peneliti dari berbagai negara di dunia termasuk Indonesia ke Austria. OeAD juga memfasilitasi berbagai riset dan pengembangan teknologi dalam hal penyelamatan bumi dari bahaya-bahaya yang mengancam ketahanannya. Dalam sesi pertama mengenai penggunaan teknologi informasi untuk ketahanan bumi, Prof. Nakicenovic Nebojsa, deputi direktur IIASA (International Institute for Applied Systems Analysis) menyampaikan perlunya perubahan/transformasi penggunaan energi secara global untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya minyak dan menggantikannya dengan sumber energi yang terbarukan. Direktur Sophisystems Austria, Dr. Alexander Schatten, menyampaikan tentang peranan teknologi informasi dan komunikasi dalam ketahanan bumi yaitu sebagai fasilitator dan faktor yang memungkinkan dan mempermudah terdistribusinya informasi dan pengetahuan dari pakar-pakar dengan latar belakang yang berbeda dalam upaya penyelamatan bumi. Sementara itu Dr. Stefan Fenz dari Secure Business Austria menambahkan perlunya analisa resiko dalam upaya penanggulangan bencana untuk mengurangi kerusakan dan kerugian yang timbul akibat bencana alam. Pada akhir sesi pertama, Dr. Johny Setiawan, pakar astronomi yang saat ini mengabdikan diri di KBRI Jerman menambahkan perlunya penggunaan teknologi-teknologi canggih termasuk yang digunakan di luar angkasa untuk meminimasi dampak bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia. Di sesi kedua mengenai penggunaan sains dan rekayasa dalam ketahanan bumi, Achmad Adhitya, peneliti di NIOO-KNAW Belanda menyampaikan temuannya dalam upaya penyelamatan ekosistem penyu di Kepulauan Derawan, dalam kaitannya dengan ketahanan bumi. Peneliti senior di IIASA, Dr. Michael Obersteiner, menyampaikan perlunya pencadangan bahan pangan dan diversikasi pangan untuk menghindarkan dunia dari bahaya kelaparan dan kekurangan pangan akibat perubahan iklim global, bencana alam dan kegagalan panen yang terjadi belakangan ini. Sedangkan guru besar arsitektur di Universitas Teknologi Wina, Prof. Erich Lehner, menyampaikan observasi dan hasil projek pembangunan kembali daerah yang tertimpa bencana alam di Nias dan Yogyakarta. Sebagai penutup sesi kedua, Prof. Alfred Pitterle dari Universitas Sumber Daya Alam dan Biologi (BOKU) Wina menyampaikan pentingnya manusia untuk hidup bersama alam dan menyodorkan alternatif untuk mulai memperhitungkan faktor alam dalam biaya produksi ekonomi. Ketua panitia seminar, Wikan Danar Sunindyo menyampaikan apresiasi kepada para pembicara dan peserta yang telah berkenan hadir dalam acara ini. Dalam seminar sehari ini, hadir 50 peserta dari berbagai latar belakang dan negara. Salah seorang peserta dari Ethiopia menyampaikan kepuasannya pada kinerja panitia dan topik yang dibahas relevan dengan apa yang terjadi di dunia saat ini dan termasuk juga di negaranya. Ketua PPI Austria, Hary Febriansyah menambahkan acara ini terselenggara berkat kerjasama dari berbagai pihak. Teknologi informasi yang berkembang pesat juga memungkinkan terdistribusinya acara ini dengan direlay secara langsung melalui Radio PPI Dunia dan didengarkan oleh pendengarnya di berbagai belahan dunia. Dalam akhir acara, Duta Besar Republik Indonesia untuk Austria dan Slovenia, I Gusti Agung Wesaka Puja, berkenan untuk memberikan kenang-kenangan kepada pembicara seminar dan berpesan mengenai perlunya melihat kembali kearifan lokal untuk mendukung pemanfaatan ilmu dan teknologi dalam upaya pelestarian ketahanan bumi, demikian Wikan Danar Sunindyo.***3*** (T.H-ZG/C/E001/E001) 15-03-2012 11:57:00

Tidak ada komentar: