TELEVISI
SPANYOL PAMERKAN FOTO PERINGATI TSUNAMI ACEH
Oleh
Zeynita G
London, 20/12 (Antara) -
Televisi Spanyol (Television Espanola/TVE) menggelar pameran foto
karya fotografer senior stasiun televisi itu, Francisco Magallon di
Museum Nasional Antropologi Madrid mulai 17 Desember 2014 hingga 8
Maret 2015 untuk memperingati 10 tahun tsunami Aceh.
Sekretaris Tiga KBRI Madrid,
Nona Siska Noviyanti kepada Antara London, Sabtu, mengatakan pameran
foto itu terselenggara atas kerja sama TVE dengan Kementerian
Pendidikan Kebudayaan dan Olahraga Spanyol, Palang Merah Spanyol dan
KBRI Madrid.
Pameran foto berjudul "La
Ola Negra: El Tsunami 10 Anos Despues. Indonesia: Zona Cero"
(Ombak Hitam: Setelah 10 Tahun Tsunami. Indonesia: Titik Nol)
tersebut dibuka oleh Dirjen Seni, Aset Budaya, Arsip dan
Perpustakaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Olahraga
Spanyol, Miguel Ángle Recio.
Hadir dalam acara pembukaan
pameran itu Wakil Ketua Palang Merah Spanyol, Manuela Cabero Moran,
Direktur Museo Nacional de Antropología, Fernando Saez Lara dan
Dubes RI di Madrid, Yuli Mumpuni Widarso serta undangan dari berbagai
kalangan di Madrid, termasuk staf KBRI dan masyarakat Indonesia di
Madrid.
Fotografer Francisco Magallon
menyatakan bahwa dirinya menjadi relawan di Aceh pada tahun 2005 dan
terlibat langsung dalam kegiatan tanggap darurat di Aceh.
Kenangan mengenai Aceh sangat
membekas di benaknya. Hatinya sangat dekat dengan Aceh. Setelah
meninggalkan Aceh pada tahun 2006, dia selalu mengikuti berita
tentang perkembangan Aceh.
Sebagai fotografer, dia selalu
mencari kesempatan untuk dapat kembali ke Aceh dan pada Juni 2014 dia
mendapat tugas jurnalistik ke Aceh, membuat film dokumenter 10 tahun
perkembangan Aceh.
Mendokumentasikan Aceh sejak
terjadinya musibah tsunami 26 Desember 2004 hingga 26 Desember 2014
yang akan ditayangkan di TVE pada 26 Desember 2014 dan pameran foto
tersebut. Foto-foto keadaan Aceh pada awal 2005 hingga akhir 2006
dan 2014 merupakan hasil karyanya yang diambil langsung di Aceh,
terakhir pada November 2014.
TVE
ingin seluruh masyarakat dunia, khususnya para sahabat dan relawan
yang dulu berpartisipasi dalam aksi kemanusiaan di Aceh, yang belum
berkesempatan kembali ke Aceh, dapat mengetahui mengenai perkembangan
di Aceh setelah 10 tahun tsunami. Menurut dia, perkembangan di Aceh
sangat mengagumkan.
Sementara itu, Wakil Ketua
Palang Merah Spanyol (Cruz Roja Espanol), Manuela Cabero Moran
menyatakan bahwa dirinya masih ingat betul saat-saat menegangkan
ketika Palang Merah Spanyol menerima berita tentang terjadinya
bencana dahsyat tsunami di Aceh yang disebabkan oleh gempa bumi di
tengah laut yang membawa korban ribuan penduduk dan harta benda.
Palang Merah Spanyol segera
membentuk tim tanggap darurat dan mengajak berbagai instansi di
Spanyol, baik pemerintah maupun swasta, untuk membantu warga Aceh.
Palang Merah Spanyol sangat
berterima kasih kepada kalangan media Spanyol yang telah memberitakan
tentang terjadinya bencana alam di Aceh dan rencana operasi tanggap
darurat Palang Merah Spanyol bagi Aceh, sehingga dalam waktu singkat
dapat terkumpul bantuan dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk
para relawan dan tenaga medis.
Palang Merah Spanyol dan mungkin
Palang Merah di negara lain, belum pernah menghadapi bencana alam
seberat dan sebesar Tsunami di Aceh. Namun berkat bantuan dan
kerjasama dari berbagai pihak, termasuk dari otoritas Indonesia,
khususnya Palang Merah Indonesia, maka operasi kemanusiaan pada tahap
tanggap darurat yang kondisinya sangat sulit, dapat dilaksanakan.
Setelah tahap tanggap darurat,
Palang Merah Spanyol tetap menempatkan tenaga medis dan relawan di
Aceh. Menyaksikan perkembangan di Aceh setelah 10 tahun bencana
tsunami, Palang Merah Spanyol sangat gembira dengan hasil upaya
pemulihan di Aceh.
Menyambut kedua pernyataan
tersebut, Dubes RI di Madrid, Yuli Mumpuni Widarso menyatakan bahwa
pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia sangat berterima kasih
kepada semua pihak di Spanyol yang telah berpartisipasi dalam
kegiatan tanggap darurat dan rekonstruksi di Aceh, sejak awal 2005
hingga 2014.
Saat itu Pemerintah Spanyol
telah mengirimkan Kapal Galicia yang mengangkut bantuan kemanusiaan,
obat-obatan, Tentara AL Kerajaan Spanyol, tim medis dan relawan yang
jumlahnya lebih dari 500 orang untuk membantu Indonesia pada masa
sulit.
Bahkan Ratu Sofia telah
berkunjung ke Aceh dan Sumatera Utara pada 2007 untuk melihat secara
langsung kemajuan kegiatan rekonstruksi yang didanai oleh Pemerintah
dan masyarakat Spanyol.
Mengenai perkembangan di Aceh,
Duta Besar Yuli Mumpuni menyampaikan bahwa setelah 10 tahun kegiatan
rekonstruksi, keadaan di Aceh saat ini sangat baik.
Pemerintah Daerah Aceh telah
dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan masyarakat Aceh sudah
dapat kembali menjalani kehidupan normal. Sektor pariwisata juga
dibangun dan pada tahun 2013 Pemerintah menyatakan Aceh sebagai
daerah kunjungan wisata.
Hal itu menunjukan bahwa saat
ini Aceh benar-benar telah siap untuk menerima kunjungan wisatawan.
Aceh menunggu kembalinya para sahabat, para relawan, untuk menikmati
keindahan pantainya yang berpasir putih, kulinernya yang sangat khas
dan kopinya yang sangat terkenal.
"Para relawan harus
mengunjungi Museum Tsunami yang dibangun di Banda Aceh, agar kita
selalu mengenang semangat solidaritas sesama warga masyarakat
internasional yang harus saling membantu dalam menghadapi bencana,"
kata Yuli Mumpuni.
Menurut dia, jika para relawan
ke Aceh, tidak perlu mengkhawatirkan soal akomodasi karena di Banda
Aceh telah berdiri beberapa hotel berbintang.
Untuk melepas rindu pada kopi
Aceh, lanjutnya, di sudut-sudut kota juga telah banyak bermunculan
kafe yang menyajikan kopi Aceh yang terkenal dengan aroma yang
menyengat.
Sementara itu Dirjen Miguel
Ángle Recio yang membuka secara resmi pameran foto tersebut
menyatakan bahwa penyelenggaraan pameran foto itu merupakan wujud
solidaritas kemanusiaan Spanyol terhadap masyarakat Aceh yang terus
berlanjut, setelah Spanyol berpartisipasi dalam operasi kemanusiaan
tanggap darurat Tsunami Aceh hingga saat ini.
Menurutnya, setelah 10 tahun
tsunami, terjadi perubahan yang sangat menggembirakan di Aceh.
Spanyol bangga dengan partisipasinya dalam seluruh proses pemulihan
di Aceh.
Dirjen
Recio juga ingin suatu saat dapat berkunjung ke Aceh dan mengajak
para relawan Spanyol untuk kembali ke Aceh, menikmati aroma kopi Aceh
dan keindahan alamnya.
Foto-foto yang ditampilkan dalam
pameran itu dibagi dalam tiga segmen yakni kondisi Aceh yang hancur
karena Tsunami, kemudian perkembangan pada saat proses rekonstruksi
dan kemajuan setelah 10 tahun rekonstruksi.
Selain foto, ditampilkan pula
video dokumenter koleksi Palang Merah Spanyol dan TVE tentang kondisi
Aceh pada saat Tsunami dan pada periode tanggap darurat.
TVE akan menayangkan film
dokumenter berjudul sama dengan tema Pameran Foto, "La Ola
Negra: El Tsunami 10 Anos Despues. Indonesia: Zona Cero" pada 26
Desember 2014, tepat 10 tahun setelah Tsunami di Aceh. ***3***(ZG)
(T.H-ZG/B/A. Salim/A. Salim) 20-12-2014 23:22:58