DUBES
DESRA PERCAYA DAPAT DOKTOR UNIVERSITAS
BIRMINGHAM
Oleh
Zeynita Gibbons
London, 19/12 (Antara) - Kepala
Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Perserikatan Bangsa
Bangsa New York, Desra Percaya, mendapat gelar doktor Honoris Causa
dari Universitas Birmingham sebagai pengakuan atas kontribusinya di
bidang diplomasi.
"Saya terharu mendapat
kehormatan dari almamater," ujar Duta Besar Desra Percaya yang
sebelumnya meraih gelar master di Birmingham University, kepada
Antara London usai sholat Jumat (19,12).
Upacara pemberian gelar doktor
kehormatan (HC) itu dilakukan di tempat bersejarah Great Hall di
Birmingham, disaksikan ratusan wisudawan lainnya dan keluarga.
Desra Percaya yang sangat konsen
dengan pendidikan dalam pidato pengkuhannya dalam suatu sidang yang
digelar Kamis (18/12), mengakui bahwa ia teringat akan pesan sang
bunda yang mengatakan, "jika kamu ingin maju, harus melalui
pendidikan".
Diplomat karier kelahiran
Malang, Jawa Timur, itu pun mengutip ucapan Nelson Mandela yang
pernah berkata "Pendidikan adalah senjata paling ampuh di mana
Anda dapat mengubah dunia".
Diakuinya melalui pendidikan,
ketidaktahuan bisa dikalahkan. Perdamaian, kemajuan dan transformasi
dapat dicapai. "Itulah sebabnya kita tidak boleh berhenti
belajar serta berbagi pengetahuan," ucap Desra.
"Tidak peduli apa bidang
anda, pendidikan memungkinkan anda untuk mempertajam analisis dan
mengembangkan solusi dengan keyakinan tak tertandingi," demikian
Desra Percaya yang menjabat Dubes RI untuk PBB sejak Februari 2012.
Sebelumnya Desra menjabat Deputi
Dubes RI untuk PBB di Jenewa, Swiss, sekaligus menjabat sebagai
perwakilan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan organisasi
international lainnya yang berpusat di Jenewa.
Di awal sambutan pengkukuhannya
Dubes Desra mengakui bahwa ia sangat tersanjung dan terhormat
menerima doktor kehormatan ini. "Saya berterima kasih kepada
Prof Dr David Dunn sebagai mentor yang mencalonkannya".
Ayah tiga anak, Asetya, Aditya
dan Maudy dari hasil perkawinannya dengan Sari itu juga mengucapkan
terima kasih yang mendalam kepada Wakil Rektor Universitas Birmingham
Prof Sir David Eastwood, dan mengakui sangat beruntung diajar oleh
profesor yang sangat kompeten dan inspirasi, seperti Prof Dr David
Dunn dan Prof Dr David Armstrong.
Menurut mantan Jubir Kemlu tahun
2006 - 2008 itu, studinya di Universitas Brimingham dan berinteraksi
di Departemen Politik serta di luar dengan fakultas lain terbukti
sangat berdampak dalam membentuk jalur kariernya sebagai diplomat.
Lembaga yang indah ini yang
membuka pintu untuk karier dan mengarah ke posisinya saat ini,
sebagai Duta Besar Indonesia untuk PBB di New York, ujar Desra yang
meraih gelar Sarjana Sosial dan Politik dari Universitas Airlangga,
Surabaya.
Dalam pidato pengukuhannya Desra
Percaya mengatakan 20 tahun sejak pertama kali meletakkan kaki di
West Midlands. Birmingham membawa kenangan tersendiri antara lain
band abadi - Duran Duran dan tim sepak bola - Aston Villa serta
Birmingham City dan kemegahan kota.
Pertama kali mengijakkan kaki di
Central Station Birmingham Agustus 1994, Desra berkeyakinan ia
berbicara bahasa Inggris. "Tapi segera kepercayaan diri
menguap," ujarnya disambut gelak gemuruh karena lanjutnya setiap
orang yang dihampirnya tidak mengerti apa yang diucapkan. "Rupanya,
orang di Birmingham tidak berbicara bahasa Inggris. Mereka berbicara
Brummese, terutama di Bullring Market.
Desra mengakui gelar kehormatan
doktor yang diberikan berkaitan dengan pekerjaannya dalam diplomasi.
Melihat seluruh dunia saat ini, ada begitu banyak perkembangan
mengecewakan, ujarnya.
Konflik, kebencian,
radikalisasi, terorisme dan pertumpahan darah berlanjut terjadi di
banyak tempat. Secara ekonomi, meskipun keuntungan dalam perdagangan
global dan kekayaan, masih banyak masalah yang signifikan, tidak
sedikit kesenjangan, kemiskinan, pemanasan global dan penyakit
seperti Ebola.
Sementara sejumlah negara yang
telah berkembang, penolakan demokrasi dan HAM serta hukum
internasional. Hal ini berdampak suram. Beberapa pakar memprediksi
kembalinya perang dingin dengan pemotongan multilateralisme dan
kemanjuran PBB.
Desra menyimpulkan bahwa kita
ditetapkan untuk hidup dalam ketidakharmonisan yang sempurna dan hal
ini tentu menjadi tantangan.
Diplomasi adalah seni
kemungkinan dan non-penggunaan kekuatan.
Ini adalah tentang menarik yang
menjadi harapan dan kebaikan pada semua orang, dan berkeyakinkan
memiliki kepentingan dalam dialog saling menghormati. Tidak ada satu
negara yang dapat mengatasi tantangan internasional saat ini.
Kompleksitas dan
antar-ketergantungan memaksa diplomasi multilateral yang kuat untuk
itu dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi secara signifikan dalam
menanggulanginya, demikian Desra yang bergabung dengan Kementerian
Luar Negeri RI 1986 silam.
Desra yang terlibat dalam banyak
agenda penting luar negeri mulai dari diplomasi hak asasi manusia,
perlucutan senjata hingga ekonomi pembangunan. Ia juga terlibat dalam
penyelesaian berbagai isu seperti ikut mengatasi perompak Somalia,
suaka politik 43 warga Papua ke Australia hingga karikatur Nabi
Muhammad di Denmark. ***3***
(T.H-ZG/B/T.
Susilo/T. Susilo) 20-12-2014 06:29:12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar