Selasa, 23 Desember 2014

DESRA

DUBES DESRA PERCAYA DAPAT DOKTOR UNIVERSITAS BIRMINGHAM

Oleh Zeynita Gibbons
London, 19/12 (Antara) - Kepala Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Perserikatan Bangsa Bangsa New York, Desra Percaya, mendapat gelar doktor Honoris Causa dari Universitas Birmingham sebagai pengakuan atas kontribusinya di bidang diplomasi.

"Saya terharu mendapat kehormatan dari almamater," ujar Duta Besar Desra Percaya yang sebelumnya meraih gelar master di Birmingham University, kepada Antara London usai sholat Jumat (19,12).

Upacara pemberian gelar doktor kehormatan (HC) itu dilakukan di tempat bersejarah Great Hall di Birmingham, disaksikan ratusan wisudawan lainnya dan keluarga.

Desra Percaya yang sangat konsen dengan pendidikan dalam pidato pengkuhannya dalam suatu sidang yang digelar Kamis (18/12), mengakui bahwa ia teringat akan pesan sang bunda yang mengatakan, "jika kamu ingin maju, harus melalui pendidikan".

Diplomat karier kelahiran Malang, Jawa Timur, itu pun mengutip ucapan Nelson Mandela yang pernah berkata "Pendidikan adalah senjata paling ampuh di mana Anda dapat mengubah dunia".

Diakuinya melalui pendidikan, ketidaktahuan bisa dikalahkan. Perdamaian, kemajuan dan transformasi dapat dicapai. "Itulah sebabnya kita tidak boleh berhenti belajar serta berbagi pengetahuan," ucap Desra.

"Tidak peduli apa bidang anda, pendidikan memungkinkan anda untuk mempertajam analisis dan mengembangkan solusi dengan keyakinan tak tertandingi," demikian Desra Percaya yang menjabat Dubes RI untuk PBB sejak Februari 2012.

Sebelumnya Desra menjabat Deputi Dubes RI untuk PBB di Jenewa, Swiss, sekaligus menjabat sebagai perwakilan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan organisasi international lainnya yang berpusat di Jenewa.

Di awal sambutan pengkukuhannya Dubes Desra mengakui bahwa ia sangat tersanjung dan terhormat menerima doktor kehormatan ini. "Saya berterima kasih kepada Prof Dr David Dunn sebagai mentor yang mencalonkannya".

Ayah tiga anak, Asetya, Aditya dan Maudy dari hasil perkawinannya dengan Sari itu juga mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada Wakil Rektor Universitas Birmingham Prof Sir David Eastwood, dan mengakui sangat beruntung diajar oleh profesor yang sangat kompeten dan inspirasi, seperti Prof Dr David Dunn dan Prof Dr David Armstrong.

Menurut mantan Jubir Kemlu tahun 2006 - 2008 itu, studinya di Universitas Brimingham dan berinteraksi di Departemen Politik serta di luar dengan fakultas lain terbukti sangat berdampak dalam membentuk jalur kariernya sebagai diplomat.

Lembaga yang indah ini yang membuka pintu untuk karier dan mengarah ke posisinya saat ini, sebagai Duta Besar Indonesia untuk PBB di New York, ujar Desra yang meraih gelar Sarjana Sosial dan Politik dari Universitas Airlangga, Surabaya.

Dalam pidato pengukuhannya Desra Percaya mengatakan 20 tahun sejak pertama kali meletakkan kaki di West Midlands. Birmingham membawa kenangan tersendiri antara lain band abadi - Duran Duran dan tim sepak bola - Aston Villa serta Birmingham City dan kemegahan kota.

Pertama kali mengijakkan kaki di Central Station Birmingham Agustus 1994, Desra berkeyakinan ia berbicara bahasa Inggris. "Tapi segera kepercayaan diri menguap," ujarnya disambut gelak gemuruh karena lanjutnya setiap orang yang dihampirnya tidak mengerti apa yang diucapkan. "Rupanya, orang di Birmingham tidak berbicara bahasa Inggris. Mereka berbicara Brummese, terutama di Bullring Market.

Desra mengakui gelar kehormatan doktor yang diberikan berkaitan dengan pekerjaannya dalam diplomasi. Melihat seluruh dunia saat ini, ada begitu banyak perkembangan mengecewakan, ujarnya.

Konflik, kebencian, radikalisasi, terorisme dan pertumpahan darah berlanjut terjadi di banyak tempat. Secara ekonomi, meskipun keuntungan dalam perdagangan global dan kekayaan, masih banyak masalah yang signifikan, tidak sedikit kesenjangan, kemiskinan, pemanasan global dan penyakit seperti Ebola.

Sementara sejumlah negara yang telah berkembang, penolakan demokrasi dan HAM serta hukum internasional. Hal ini berdampak suram. Beberapa pakar memprediksi kembalinya perang dingin dengan pemotongan multilateralisme dan kemanjuran PBB.

Desra menyimpulkan bahwa kita ditetapkan untuk hidup dalam ketidakharmonisan yang sempurna dan hal ini tentu menjadi tantangan.

Diplomasi adalah seni kemungkinan dan non-penggunaan kekuatan.

Ini adalah tentang menarik yang menjadi harapan dan kebaikan pada semua orang, dan berkeyakinkan memiliki kepentingan dalam dialog saling menghormati. Tidak ada satu negara yang dapat mengatasi tantangan internasional saat ini.

Kompleksitas dan antar-ketergantungan memaksa diplomasi multilateral yang kuat untuk itu dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi secara signifikan dalam menanggulanginya, demikian Desra yang bergabung dengan Kementerian Luar Negeri RI 1986 silam.

Desra yang terlibat dalam banyak agenda penting luar negeri mulai dari diplomasi hak asasi manusia, perlucutan senjata hingga ekonomi pembangunan. Ia juga terlibat dalam penyelesaian berbagai isu seperti ikut mengatasi perompak Somalia, suaka politik 43 warga Papua ke Australia hingga karikatur Nabi Muhammad di Denmark. ***3***
(T.H-ZG/B/T. Susilo/T. Susilo) 20-12-2014 06:29:12


Tidak ada komentar: