Selasa, 23 Desember 2014

STUNAMI

TELEVISI SPANYOL PAMERKAN FOTO PERINGATI TSUNAMI ACEH
Oleh Zeynita G
London, 20/12 (Antara) - Televisi Spanyol (Television Espanola/TVE) menggelar pameran foto karya fotografer senior stasiun televisi itu, Francisco Magallon di Museum Nasional Antropologi Madrid mulai 17 Desember 2014 hingga 8 Maret 2015 untuk memperingati 10 tahun tsunami Aceh.

Sekretaris Tiga KBRI Madrid, Nona Siska Noviyanti kepada Antara London, Sabtu, mengatakan pameran foto itu terselenggara atas kerja sama TVE dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Olahraga Spanyol, Palang Merah Spanyol dan KBRI Madrid.

Pameran foto berjudul "La Ola Negra: El Tsunami 10 Anos Despues. Indonesia: Zona Cero" (Ombak Hitam: Setelah 10 Tahun Tsunami. Indonesia: Titik Nol) tersebut dibuka oleh Dirjen Seni, Aset Budaya, Arsip dan Perpustakaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Olahraga Spanyol, Miguel Ángle Recio.

Hadir dalam acara pembukaan pameran itu Wakil Ketua Palang Merah Spanyol, Manuela Cabero Moran, Direktur Museo Nacional de Antropología, Fernando Saez Lara dan Dubes RI di Madrid, Yuli Mumpuni Widarso serta undangan dari berbagai kalangan di Madrid, termasuk staf KBRI dan masyarakat Indonesia di Madrid.

Fotografer Francisco Magallon menyatakan bahwa dirinya menjadi relawan di Aceh pada tahun 2005 dan terlibat langsung dalam kegiatan tanggap darurat di Aceh.

Kenangan mengenai Aceh sangat membekas di benaknya. Hatinya sangat dekat dengan Aceh. Setelah meninggalkan Aceh pada tahun 2006, dia selalu mengikuti berita tentang perkembangan Aceh.

Sebagai fotografer, dia selalu mencari kesempatan untuk dapat kembali ke Aceh dan pada Juni 2014 dia mendapat tugas jurnalistik ke Aceh, membuat film dokumenter 10 tahun perkembangan Aceh.

Mendokumentasikan Aceh sejak terjadinya musibah tsunami 26 Desember 2004 hingga 26 Desember 2014 yang akan ditayangkan di TVE pada 26 Desember 2014 dan pameran foto tersebut. Foto-foto keadaan Aceh pada awal 2005 hingga akhir 2006 dan 2014 merupakan hasil karyanya yang diambil langsung di Aceh, terakhir pada November 2014.
TVE ingin seluruh masyarakat dunia, khususnya para sahabat dan relawan yang dulu berpartisipasi dalam aksi kemanusiaan di Aceh, yang belum berkesempatan kembali ke Aceh, dapat mengetahui mengenai perkembangan di Aceh setelah 10 tahun tsunami. Menurut dia, perkembangan di Aceh sangat mengagumkan.

Sementara itu, Wakil Ketua Palang Merah Spanyol (Cruz Roja Espanol), Manuela Cabero Moran menyatakan bahwa dirinya masih ingat betul saat-saat menegangkan ketika Palang Merah Spanyol menerima berita tentang terjadinya bencana dahsyat tsunami di Aceh yang disebabkan oleh gempa bumi di tengah laut yang membawa korban ribuan penduduk dan harta benda.

Palang Merah Spanyol segera membentuk tim tanggap darurat dan mengajak berbagai instansi di Spanyol, baik pemerintah maupun swasta, untuk membantu warga Aceh.

Palang Merah Spanyol sangat berterima kasih kepada kalangan media Spanyol yang telah memberitakan tentang terjadinya bencana alam di Aceh dan rencana operasi tanggap darurat Palang Merah Spanyol bagi Aceh, sehingga dalam waktu singkat dapat terkumpul bantuan dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk para relawan dan tenaga medis.

Palang Merah Spanyol dan mungkin Palang Merah di negara lain, belum pernah menghadapi bencana alam seberat dan sebesar Tsunami di Aceh. Namun berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk dari otoritas Indonesia, khususnya Palang Merah Indonesia, maka operasi kemanusiaan pada tahap tanggap darurat yang kondisinya sangat sulit, dapat dilaksanakan.

Setelah tahap tanggap darurat, Palang Merah Spanyol tetap menempatkan tenaga medis dan relawan di Aceh. Menyaksikan perkembangan di Aceh setelah 10 tahun bencana tsunami, Palang Merah Spanyol sangat gembira dengan hasil upaya pemulihan di Aceh.
Menyambut kedua pernyataan tersebut, Dubes RI di Madrid, Yuli Mumpuni Widarso menyatakan bahwa pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia sangat berterima kasih kepada semua pihak di Spanyol yang telah berpartisipasi dalam kegiatan tanggap darurat dan rekonstruksi di Aceh, sejak awal 2005 hingga 2014.

Saat itu Pemerintah Spanyol telah mengirimkan Kapal Galicia yang mengangkut bantuan kemanusiaan, obat-obatan, Tentara AL Kerajaan Spanyol, tim medis dan relawan yang jumlahnya lebih dari 500 orang untuk membantu Indonesia pada masa sulit.

Bahkan Ratu Sofia telah berkunjung ke Aceh dan Sumatera Utara pada 2007 untuk melihat secara langsung kemajuan kegiatan rekonstruksi yang didanai oleh Pemerintah dan masyarakat Spanyol.
Mengenai perkembangan di Aceh, Duta Besar Yuli Mumpuni menyampaikan bahwa setelah 10 tahun kegiatan rekonstruksi, keadaan di Aceh saat ini sangat baik.

Pemerintah Daerah Aceh telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan masyarakat Aceh sudah dapat kembali menjalani kehidupan normal. Sektor pariwisata juga dibangun dan pada tahun 2013 Pemerintah menyatakan Aceh sebagai daerah kunjungan wisata.

Hal itu menunjukan bahwa saat ini Aceh benar-benar telah siap untuk menerima kunjungan wisatawan. Aceh menunggu kembalinya para sahabat, para relawan, untuk menikmati keindahan pantainya yang berpasir putih, kulinernya yang sangat khas dan kopinya yang sangat terkenal.

"Para relawan harus mengunjungi Museum Tsunami yang dibangun di Banda Aceh, agar kita selalu mengenang semangat solidaritas sesama warga masyarakat internasional yang harus saling membantu dalam menghadapi bencana," kata Yuli Mumpuni.

Menurut dia, jika para relawan ke Aceh, tidak perlu mengkhawatirkan soal akomodasi karena di Banda Aceh telah berdiri beberapa hotel berbintang.

Untuk melepas rindu pada kopi Aceh, lanjutnya, di sudut-sudut kota juga telah banyak bermunculan kafe yang menyajikan kopi Aceh yang terkenal dengan aroma yang menyengat.
Sementara itu Dirjen Miguel Ángle Recio yang membuka secara resmi pameran foto tersebut menyatakan bahwa penyelenggaraan pameran foto itu merupakan wujud solidaritas kemanusiaan Spanyol terhadap masyarakat Aceh yang terus berlanjut, setelah Spanyol berpartisipasi dalam operasi kemanusiaan tanggap darurat Tsunami Aceh hingga saat ini.

Menurutnya, setelah 10 tahun tsunami, terjadi perubahan yang sangat menggembirakan di Aceh. Spanyol bangga dengan partisipasinya dalam seluruh proses pemulihan di Aceh.
Dirjen Recio juga ingin suatu saat dapat berkunjung ke Aceh dan mengajak para relawan Spanyol untuk kembali ke Aceh, menikmati aroma kopi Aceh dan keindahan alamnya.
Foto-foto yang ditampilkan dalam pameran itu dibagi dalam tiga segmen yakni kondisi Aceh yang hancur karena Tsunami, kemudian perkembangan pada saat proses rekonstruksi dan kemajuan setelah 10 tahun rekonstruksi.

Selain foto, ditampilkan pula video dokumenter koleksi Palang Merah Spanyol dan TVE tentang kondisi Aceh pada saat Tsunami dan pada periode tanggap darurat.


TVE akan menayangkan film dokumenter berjudul sama dengan tema Pameran Foto, "La Ola Negra: El Tsunami 10 Anos Despues. Indonesia: Zona Cero" pada 26 Desember 2014, tepat 10 tahun setelah Tsunami di Aceh. ***3***(ZG) (T.H-ZG/B/A. Salim/A. Salim) 20-12-2014 23:22:58

Tidak ada komentar: