WAYANG
KULIT "MUNYUK KOBONG" PUKAU PENONTON LONDON
Oleh
Zeynita Gibbons
London, 15/12 (Antara) - Wayang
kulit dengan lakon "Munyuk Kobong" atau "Hanoman
Terbakar", dengan diiringi gamelan Southbank London memukau
ratusan penonton sebagian besar masyarakat Inggris di Southbank Hall
Festival London, akhir pekan.
"Keren bisa nonton wayang
di London," ujar Al Hanif, mahasiswa Indonesia yang tengah
belajar Human Right di Oriental and African Studies University of
London kepada Antara London, Minggu.
Pagelaran Wayang Kulit dan
Tarian Jawa yang digagas oleh Kelompok Gamelan di Southbank Centre
tersebut, berhasil menarik perhatian ratusan orang yang datang, tidak
hanya orang tua melainkan juga remaja dan anak-anak.
Acara yang dimulai sejak jam 1
siang sampai jam 7 malam waktu London itu, juga menampilkan Tarian
Jawa yang dibawakan penari yang tergabung dalam Lila Bhawa, dengan
penari Ni Made Pujawati bersama lima anggota Lila Bhawa di antaranya
penari-penari bule yang berkolaborasi dengan warga negara Indonesia
yang berdomisili di London.
Meskipun gerakan mereka tidak
seluwes penari profesional, namun ratusan penonton yang hadir sangat
antusias menikmati tarian yang dipadu dengan alunan musik gamelan.
Setelah pagelaran tari selesai
dilanjutkan dengan pertunjukan wayang kulit dengan lakon Hanoman
Terbakar, dengan dalang Sujarwo serta musisi dari ISI Surakarta yang
ikut membantu penampilan gamelan Southbank.
Menurut Al Hanif, uniknya jika
biasanya pertunjukan wayang kulit dilakukan semalam suntuk, kali ini
cuma dilakukan selama dua jam mulai pukul lima sampai tujuh malam.
Selain itu, dialog juga
disampaikan dalam dua bahasa, yakni bahasa Jawa dan bahasa Inggris.
Sesekali penonton tertawa karena dalang membuat lelucon dalam bahasa
Inggris.
"Sayangnya, tidak ada
narasi dari pembawa acara mengenai lakon Hanoman Terbakar," ujar
Al Hanif yang juga dosen di Universitas Jember .
Selain itu, juga tidak ada
naskah maupun selebaran tertulis yang menarasikan alur cerita
kepahlawanan Si Kera Putih dalam membumihanguskan Alengka yang
menjadi Kerajaan Rahwana, ujarnya.
Menurut Hanif, penonton
sebenarnya lebih menikmati alunan gamelan daripada melihat keahlian
dalang dalam memainkan wayangnya.
Bahkan, dua mahasiswi dari
Universitas Brighton yang duduk di bagian kursi paling depan sangat
antusias mengikuti pertujukan wayang itu, namun sempat bertanya
kepada Hanif dari mana musik gamelan yang menurut mereka sangat unik.
Hanif pun menjelaskan bahwa
gamelan adalah musik tradisional dari Indonesia.
Lalu Pafa, salah satu mahasiswi
tersebut berkata, "Aku sangat ingin pergi ke sana secepatnya
untuk belajar bermain alat musik itu. I really want to visit this
country so badly after listening to this music (gamelan),"
ujarnya.
Hanif yang juga mengelola Wisma
Merdeka bagi pelajar Indonesia yang menginap di London, menerangkan
tentang peluang untuk belajar gamelan di Indonesia yang ditawarkan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui skema Beasiswa
Darmasiswa.
Pafa
menyatakan sangat antusias untuk mendaftar, agar bisa mewujudkan
impiannya belajar Gamelan dan melihat keindahan ragam budaya
Indonesia.***3***
Budisantoso
Budiman
(T.ZG)(T.H-ZG/B/B.
Budiman/B. Budiman) 15-12-2014 05:55:23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar