GURU
AGAMA ISLAM TUNTUT ILMU DI KERAJAAN INGGRIS
Oleh
Zeynita Gibbons
London, 17/12 (Antara) - Pepatah
kuno "tuntutlah ilmu sampai ke negeri China" tidak berlaku
bagi guru agama Islam dari seluruh Indonesia, karena mereka justru
belajar sampai ke Inggris, di Kerajaan Elizabreth, tepatnya di kota
Oxford, yang dikenal sebagai kota pelajar bergensi di Inggris,
berjarak satu jam dari London.
Selama seminggu sebanyak 30 guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) saringan dari 405 orang pelamar,
mengikuti program Pelatihan Pengayaan Teknik dan Metode Pengajaran
Pendidikan Agama Islam diadakan University of Oxford, Inggris bersama
10 perwakilan dari Kantor Wilayah Kementerian Agama dari Propinsi
Aceh, Sumut, DKI Jakarta, Jabar, Jateng dan Jawa Timur serta Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Utara.
Pelatihan yang berlangsung dari
8 sampai 12 Desember ini merupakan awal dari rangkaian Studi
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, sebuah program kerjasama
Kementerian Agama (Kemenag) yang bekerja sama dengan program
Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) dan
dilaksanakan Oxford Policy Management Limited (OPML).
"Saya senang bisa ikut
dalam pelatihan yang diselenggarakan tim pengajar dari MSc in
Learning and Training (MLT) di Departemen Pendidikan, University of
Oxford," ujar Siti Naila Butsiani, guru agama di SMK N2 Cilaku
Cianjur Jawa Barat.
Kesenangan Siti Naila Butsiani
memang patut disyukurinya karena begitu banyak guru agama Islam di
Indonesia yang ingin mengikuti program pelatihan yang ternyata cukup
melelahkan, namun hanya sedikit yang bisa mengikutinya di Oxford yang
dikenal dengan kamus Inggris-nya.
Bagaimana tidak usai belajar di
ruang rapat Hotel Holiday Inn yang berada dipinggiran kota Oxford,
para guru diminta untuk membuat laporan. "Kami diminta langsung
membuat laporan paling tidak 15 halaman," ujar Siti Naila
Butsiani.
Banyak ilmu yang kami dapatkan,
ujar Ina, demikian Siti Naila Butsiani menambahkan. "Kesannya
luas biasa, Dr Nigel Fancout yang menjadi tutor selama pelatihan
tentang introduction to reflective practice juga tentang observing
and reflecting, cara menyampaikan sangat jelas dan kita langsung
diminta mempraktekan begitu juga aplikasinya," katanya.
Rekan sekamar Ina, guru SMP I
Purworejo Jawa Tengah, Tati Pudjiani juga merasa beruntung bisa ikut
dalam pelatihan yang sangat menarik baik dari segi pengajaran maupun
materi yang menginspirasi untuk diterapkan di Indonesia.
Pelatihan disampaikan tidak saja
ceramah kelas, observasi ajaran pendidikan agama di sekolah-sekolah
di sekitar Oxford, kunjungan ke tempat-tempat ibadah dan pertemuan
dengan narasumber, termasuk Ofsted dan Asosiasi Sekolah Muslim
Inggris.
Sementara itu Akhmad Khusaeri,
guru di SD Islam Terpadu Nur Al-Rahman Kota Cimahi Jawa Barat,
mengatakan metodologi pembelajaran pendidikan agama yang disampaikan
sangat reflektif, aktif, kreatif, efektif yang menyenangkan, serta
metodologi pendidikan agama berwawasan multikultural dan demokratis.
"Kami menemukan sesuatu
yang baru," ujarnya namun juga apakah bisa cocok diterapkan di
Indonesia.
"Sesi yang paling menarik
adalah Reflective Practice, dimana instrukturnya, Nigel Fancourt,
sangat membantu untuk merefleksikan proses belajar mengajar kita
selama ini," ujar Hery Nugroho, pengajar di SMA Negeri 3
Semarang.
Ia menambahkan metodenya juga
menarik karena merangsang kita untuk berpikir dan menganalisis secara
aktif.
Menurut Hery, pada sesi menyusun
metode pengajaran yang diberikan oleh salah satu guru Pendidikan
Agama di tingkat SMP dan SMA di Oxford dalam pelatihan ini telah
membantunya untuk merancang metode mengajar dengan lebih efektif.
"Ternyata tabel rencana
pembelajaran bisa dibuat ringkas. Biasanya tabel yang dibuatnya cukup
rumit, jadi perlu waktu lebih lama untuk menyusunnya," ujar Hery
yang memenangkan penghargaan Guru Berprestasi Tingkat Kota Semarang
pada tahun 2011 lalu.
Menurut Dr Nigel Fancout,
program yang sangat menarik. "Saya memberikan materi sesuai
dengan apa yang mereka butuhkan," ujarnya menambahkan ketimbang
apa yang ingin disampaikannya.
Selain berdiskusi di dalam
ruangan, peserta pelatihan melakukan kunjungan ke sekolah seperti
Lord William School, St Gregory the Great School, Caterton Community
College, Matthew Arnold School, Chipping Norton School, Cheney School
untuk tingkat SMP dan SMA serta Church Cowley St James dan John
Henry Academy untuk tingkat SD dan TK.
Disiplin dan kesantunan para
murid-murid yang dikunjungi memberikan kesan yang mendalam kepada
para peserta. "Disiplin dan kesantunan para murid-murid yang
kami kunjungi patut dicontoh," ujar Mudzakkir, guru pendidikan
agama Islam SDN Manunggal 601 Surabaya.
Mudzakkir mengakui pengalaman
yang baik dan ilmu baru yang sangat sederhana yang dapat diterapkan
di Indonesia diantaranya mengajak anak untuk lebih aktif dan
berdiskusi di dalam kelas.
Dalam kunjungannya ke sekolah
Church Cowley St James, Mudzakkir sangat takjub dengan sikap para
murid yang sangat disiplin dan teratur yang sejak kecil anak anak
murid sudah mempunyai sikap dan berdisiplin serta tahat peraturan.
"Mereka angkat tangan baru dipersilahkan bicara dengan santun,"
ujar Mudzakkir yang mengakui beda dengan anak anak di Indonesia yang
semua berteriak satu sama lain.
Hal yang sama juga diakui guru
SMKN 1 Salatiga, Untoro. Sikap sosial masyarakat Inggris yang
tercermin dari sikap siswa yang lebih baik dan pentingnya arti
disiplin serta kebersihan. Padahal disiplin dan kebersihan adalah
sesuai dengan ajaran Islam.
Sepertinya masyarakat Inggris
lebih Islami dari orang Indonesia yang sebagian besar beragama Islam.
Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China seperti yang terdapat dalam
hadis patut dicari latarbelakangnya.
Tidak salah program yang
dirancang Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof. Dr. Phil.
Kamaruddin Amin untuk guru Pendidikan Agama Islam setelah melalui
proses seleksi yang ketat berasal dari Jakarta, Jawa Barat, Banten,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, and South Sulawesi dapat
ditularkan kepada guru lainnya.
Sekembalinya dari Inggris, para
guru akan kembali berkumpul untuk berbagi ilmu yang baru didapatkan
selama pelatihan, mengkonsolidasikan hasil pembelajaran, dan
mengembangkan rencana pembelajaran di kelas yang relevan dan efektif
sesuai dengan karakter sekolah masing-masing.
Studi ini juga akan
memfasilitasi guru mengembangkan materi pengajaran yang baru serta
manual pelatihan yang akan diujicobakan dengan mengajak guru untuk
langsung mengamati beberapa praktek pengajaran di Oxford serta
terlibat dalam kegiatan tindaklanjutnya,
Diharapkan program ini bisa
membantu memperkaya Pendidikan Agama Islam di Indonesia agar bisa
menanamkan sifat saling menghormati dan toleransi antar masyarakat
dengan latar belakang ras dan agama yang berbeda-beda.***3***
(ZG)
(T.H-ZG/B/E.S.
Syafei/E.S. Syafei) 17-12-2014 12:56:36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar