Selasa, 23 Desember 2014

GURU

GURU AGAMA ISLAM TUNTUT ILMU DI KERAJAAN INGGRIS

Oleh Zeynita Gibbons
London, 17/12 (Antara) - Pepatah kuno "tuntutlah ilmu sampai ke negeri China" tidak berlaku bagi guru agama Islam dari seluruh Indonesia, karena mereka justru belajar sampai ke Inggris, di Kerajaan Elizabreth, tepatnya di kota Oxford, yang dikenal sebagai kota pelajar bergensi di Inggris, berjarak satu jam dari London.

Selama seminggu sebanyak 30 guru Pendidikan Agama Islam (PAI) saringan dari 405 orang pelamar, mengikuti program Pelatihan Pengayaan Teknik dan Metode Pengajaran Pendidikan Agama Islam diadakan University of Oxford, Inggris bersama 10 perwakilan dari Kantor Wilayah Kementerian Agama dari Propinsi Aceh, Sumut, DKI Jakarta, Jabar, Jateng dan Jawa Timur serta Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

Pelatihan yang berlangsung dari 8 sampai 12 Desember ini merupakan awal dari rangkaian Studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah, sebuah program kerjasama Kementerian Agama (Kemenag) yang bekerja sama dengan program Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) dan dilaksanakan Oxford Policy Management Limited (OPML).

"Saya senang bisa ikut dalam pelatihan yang diselenggarakan tim pengajar dari MSc in Learning and Training (MLT) di Departemen Pendidikan, University of Oxford," ujar Siti Naila Butsiani, guru agama di SMK N2 Cilaku Cianjur Jawa Barat.

Kesenangan Siti Naila Butsiani memang patut disyukurinya karena begitu banyak guru agama Islam di Indonesia yang ingin mengikuti program pelatihan yang ternyata cukup melelahkan, namun hanya sedikit yang bisa mengikutinya di Oxford yang dikenal dengan kamus Inggris-nya.

Bagaimana tidak usai belajar di ruang rapat Hotel Holiday Inn yang berada dipinggiran kota Oxford, para guru diminta untuk membuat laporan. "Kami diminta langsung membuat laporan paling tidak 15 halaman," ujar Siti Naila Butsiani.

Banyak ilmu yang kami dapatkan, ujar Ina, demikian Siti Naila Butsiani menambahkan. "Kesannya luas biasa, Dr Nigel Fancout yang menjadi tutor selama pelatihan tentang introduction to reflective practice juga tentang observing and reflecting, cara menyampaikan sangat jelas dan kita langsung diminta mempraktekan begitu juga aplikasinya," katanya.

Rekan sekamar Ina, guru SMP I Purworejo Jawa Tengah, Tati Pudjiani juga merasa beruntung bisa ikut dalam pelatihan yang sangat menarik baik dari segi pengajaran maupun materi yang menginspirasi untuk diterapkan di Indonesia.

Pelatihan disampaikan tidak saja ceramah kelas, observasi ajaran pendidikan agama di sekolah-sekolah di sekitar Oxford, kunjungan ke tempat-tempat ibadah dan pertemuan dengan narasumber, termasuk Ofsted dan Asosiasi Sekolah Muslim Inggris.

Sementara itu Akhmad Khusaeri, guru di SD Islam Terpadu Nur Al-Rahman Kota Cimahi Jawa Barat, mengatakan metodologi pembelajaran pendidikan agama yang disampaikan sangat reflektif, aktif, kreatif, efektif yang menyenangkan, serta metodologi pendidikan agama berwawasan multikultural dan demokratis.

"Kami menemukan sesuatu yang baru," ujarnya namun juga apakah bisa cocok diterapkan di Indonesia.

"Sesi yang paling menarik adalah Reflective Practice, dimana instrukturnya, Nigel Fancourt, sangat membantu untuk merefleksikan proses belajar mengajar kita selama ini," ujar Hery Nugroho, pengajar di SMA Negeri 3 Semarang.

Ia menambahkan metodenya juga menarik karena merangsang kita untuk berpikir dan menganalisis secara aktif.

Menurut Hery, pada sesi menyusun metode pengajaran yang diberikan oleh salah satu guru Pendidikan Agama di tingkat SMP dan SMA di Oxford dalam pelatihan ini telah membantunya untuk merancang metode mengajar dengan lebih efektif.

"Ternyata tabel rencana pembelajaran bisa dibuat ringkas. Biasanya tabel yang dibuatnya cukup rumit, jadi perlu waktu lebih lama untuk menyusunnya," ujar Hery yang memenangkan penghargaan Guru Berprestasi Tingkat Kota Semarang pada tahun 2011 lalu.

Menurut Dr Nigel Fancout, program yang sangat menarik. "Saya memberikan materi sesuai dengan apa yang mereka butuhkan," ujarnya menambahkan ketimbang apa yang ingin disampaikannya.

Selain berdiskusi di dalam ruangan, peserta pelatihan melakukan kunjungan ke sekolah seperti Lord William School, St Gregory the Great School, Caterton Community College, Matthew Arnold School, Chipping Norton School, Cheney School untuk tingkat SMP dan SMA serta Church Cowley St James dan John Henry Academy untuk tingkat SD dan TK.

Disiplin dan kesantunan para murid-murid yang dikunjungi memberikan kesan yang mendalam kepada para peserta. "Disiplin dan kesantunan para murid-murid yang kami kunjungi patut dicontoh," ujar Mudzakkir, guru pendidikan agama Islam SDN Manunggal 601 Surabaya.

Mudzakkir mengakui pengalaman yang baik dan ilmu baru yang sangat sederhana yang dapat diterapkan di Indonesia diantaranya mengajak anak untuk lebih aktif dan berdiskusi di dalam kelas.

Dalam kunjungannya ke sekolah Church Cowley St James, Mudzakkir sangat takjub dengan sikap para murid yang sangat disiplin dan teratur yang sejak kecil anak anak murid sudah mempunyai sikap dan berdisiplin serta tahat peraturan. "Mereka angkat tangan baru dipersilahkan bicara dengan santun," ujar Mudzakkir yang mengakui beda dengan anak anak di Indonesia yang semua berteriak satu sama lain.

Hal yang sama juga diakui guru SMKN 1 Salatiga, Untoro. Sikap sosial masyarakat Inggris yang tercermin dari sikap siswa yang lebih baik dan pentingnya arti disiplin serta kebersihan. Padahal disiplin dan kebersihan adalah sesuai dengan ajaran Islam.

Sepertinya masyarakat Inggris lebih Islami dari orang Indonesia yang sebagian besar beragama Islam. Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China seperti yang terdapat dalam hadis patut dicari latarbelakangnya.

Tidak salah program yang dirancang Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin untuk guru Pendidikan Agama Islam setelah melalui proses seleksi yang ketat berasal dari Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, and South Sulawesi dapat ditularkan kepada guru lainnya.

Sekembalinya dari Inggris, para guru akan kembali berkumpul untuk berbagi ilmu yang baru didapatkan selama pelatihan, mengkonsolidasikan hasil pembelajaran, dan mengembangkan rencana pembelajaran di kelas yang relevan dan efektif sesuai dengan karakter sekolah masing-masing.

Studi ini juga akan memfasilitasi guru mengembangkan materi pengajaran yang baru serta manual pelatihan yang akan diujicobakan dengan mengajak guru untuk langsung mengamati beberapa praktek pengajaran di Oxford serta terlibat dalam kegiatan tindaklanjutnya,
Diharapkan program ini bisa membantu memperkaya Pendidikan Agama Islam di Indonesia agar bisa menanamkan sifat saling menghormati dan toleransi antar masyarakat dengan latar belakang ras dan agama yang berbeda-beda.***3***
(ZG)
(T.H-ZG/B/E.S. Syafei/E.S. Syafei) 17-12-2014 12:56:36


Tidak ada komentar: