PAMERAN BUDAYA MENTAWAI DI LEIDEN
Oleh Zeynita Gibbons
London, 21/10 (Antara) - Kekayaan budaya Mentawai yang digelar dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia Arts dan Leiden Asian Year menarik perhatian pengunjung pada acara pembukaan yang berlangsung di di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda.
London, 21/10 (Antara) - Kekayaan budaya Mentawai yang digelar dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia Arts dan Leiden Asian Year menarik perhatian pengunjung pada acara pembukaan yang berlangsung di di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda.
Pada kesempatan itu ditampilkan kekayaan seni yang dimiliki suku Mentawai dengan keunikan peralatan tradisional, benda benda seni dan sejarah.
Minister Counsellor Fungsi Pensosbud KBRI Denhaag, Renata Siagian, Sabtu mengatakan, ini kesempatan yang menarik bagi para pengunjung menikmati berbagai tradisi yang telah hidup berabad-abad lamanya dan kultur kontemporer saat ini.
Pameran yang berlangsung dari 21 Oktober 2017 hingga 28 Mei 2018 di Museum Volkenkunde, Leiden, atas kerja sama dan sumbangan pemikiran dari para ahli Mentawai dan guru besar Antropologi Indonesia di Universitas Leiden, Reimar Schefold.
Museum Volkenkunde dapat memiliki koleksi khusus berupa barang-barang seni dan berbagai peralatan tradisional dari Mentawai. Pada pameran ini museum Volkenkunde juga melansir situs koleksi tematis dengan seluruh koleksi Mentawai secara lengkap dijelaskan dalam bahasa Indonesia.
Pembukaan pameran ini dihadiri Dubes Indonesia untuk Kerajaan Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja dan diawali dengan sambutan oleh Stijn Schoonderwoerd selaku Direktur Museum Volkenkunde.
Acara dilanjutkan dengan penyerahan eksemplar pertama dari publikasi "Toys for the Souls. Life and Art on the Mentawai island" kepada Juniator Tulius.
Dipandu Reimar Schefold, pengunjung dapat menyaksikan pameran koleksi Mentawai secara lengkap di lantai atas museum yang bernuansa modern menampilkan suku Mentawai yang selama berabad-abad mendiami pulau-pulau yang terletak sekitar seratus kilometer dari pantai di Sumatra Barat.
Pada abad ke-17 untuk pertama kalinya VOC melaporkan adanya populasi di kepulauan tersebut.
Pengunjung terlihat antusias saat mengamati satu persatu benda benda tradisional yang dipakai suku Mentawai dalam kehidupan mereka sehari-hari seperti alat pertanian, penangkap ikan, senjata untuk berburu bahkan perhiasan.
Pengunjung terlihat antusias saat mengamati satu persatu benda benda tradisional yang dipakai suku Mentawai dalam kehidupan mereka sehari-hari seperti alat pertanian, penangkap ikan, senjata untuk berburu bahkan perhiasan.
Gambaran tentang kehidupan nyata suku Mentawai juga diperlihatkan dalam bentuk film pendek yang mengisahkan bagaimana mereka dapat bertahan hidup dalam keterbatasan yang ada.
Pameran berfokus pada bagaimana mempertahankan nilai nilai tradisi Mentawai di zaman modern dan sampai sejauhmana penduduk kepulauan Mentawai ingin menjadi bagian dari dunia yang mengglobal.
Pemikiran religius yang sudah berabad-abad dan masih aktual sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka saat ini. Suku Mentawai percaya bahwa tidak hanya manusia dan hewan yang mempunyai jiwa, tetapi juga tumbuhan, barang-barang seni maupun peralatan tradisional lainnya.
Pemikiran religius yang sudah berabad-abad dan masih aktual sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka saat ini. Suku Mentawai percaya bahwa tidak hanya manusia dan hewan yang mempunyai jiwa, tetapi juga tumbuhan, barang-barang seni maupun peralatan tradisional lainnya.
Intinya semua yang ada didunia ini memiliki jiwa. ***4***
(T.H-ZG/C/S. Muryono/S. Muryono) 21-10-2017 21:46:07
(T.H-ZG/C/S. Muryono/S. Muryono) 21-10-2017 21:46:07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar