Mahasiswa Indonesia Suarakan Kesetaraan Gender di London
News ID: 835402
London (ANTARA) -
Lima mahasiswa Indonesia menyuarakan pentingnya kesetaraan gender dalam perencanaan keuangan keluarga pada forum Global Public Policy Network (GPPN) Conference mengenai inequality/ketimpangan yang diadakan di LSE London, Inggris selama dua hari 29 Februari hingga 1 Maret.
GPPN Conference adalah konferensi tahunan yang diikuti tujuh perguruan tinggi kebijakan publik ternama di dunia yaitu National University of Singapore, Columbia University, London School of Economics and Political Sciences, Sciences Po Paris, Hertie School Berlin, University of Tokyo, dan FGV Brasil.
Koordinator iFight Inequality, Hilda Kurniawati kepada Antara London, Sabtu mengatakan dalam konferensi dipaparkan proyek yang dinamakan, iFight Inequality (Improving Financial Literacy, Outfighting Inequality), yang memberikan pelatihan literasi keuangan berbasis kesetaraan gender (gender-neutral approach) bagi keluarga berpenghasilan rendah di Indonesia.
“Tim kami adalah satu-satunya tim yang terdiri dari mahasiswa Indonesia di konferensi ini,” ujar Hilda Kurniawati.
Dikatakannya dalam konferensi tim memaparkan proposal project untuk meningkatkan literasi keuangan di Indonesia sebagai salah satu upaya untuk mengatasi isu ketimpangan. Isu ketimpangan sendiri menjadi isu penting sejak menyentuh tingkat tertinggi sejak abad 19, ujarnya.
Menurut Hilda Kurniawati,
di Indonesia, isu ketimpangan juga terus menjadi bahasan utama. Menurut studi Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini belum cukup inklusif dan ketimpangan antarwilayah masih menjadi tantangan dalam beberapa waktu ke depan.
Hilda Kurniawati, mengatakan berbagai studi menunjukkan rendahnya tingkat literasi keuangan akan berkorelasi pada tingginya angka kesenjangan di suatu wilayah. Selain itu, kesenjangan gender juga terjadi dalam pembuatan keputusan di tingkat keluarga. Pelatihan ini akan menggunakan pendekatan gender, di mana suami dan istri memiliki kesetaraan dalam pembuatan keputusan keuangan.
Dikatakannya berbagai proposal proyek dipaparkan dengan mengambil contoh kasus dari negara maju dan berkembang, antara lain Indonesia, Amerika Serikat, Brasil, India, dan Jepang.
Sejak pertama kali GPPN didirikan pada tahun 2005, berbagai proyek dipaparkan untuk membahas solusi inovatif dalam menghadapi isu-isu kebijakan publik terkini, demikian Hilda Kurniawati.
Kelima mahasiswa yang terdiri dari Hilda Kurniawati, Arief Rizky Bakhtiar, Dimas Fauzi, Zidny Ilman, dan Rosa Vanda Melania adalah mahasiswa Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore merupakan perwakilan dari Indonesia dalam forum yang diikuti sekitar 100 dari AS, Jepang, Brazil, Perancis, Inggris, Jerman, India, China, Korea Selatan, Italia, Spanyol, Kanada, dan Meksiko.(ZG)
Lima mahasiswa Indonesia menyuarakan pentingnya kesetaraan gender dalam perencanaan keuangan keluarga pada forum Global Public Policy Network (GPPN) Conference mengenai inequality/ketimpangan yang diadakan di LSE London, Inggris selama dua hari 29 Februari hingga 1 Maret.
GPPN Conference adalah konferensi tahunan yang diikuti tujuh perguruan tinggi kebijakan publik ternama di dunia yaitu National University of Singapore, Columbia University, London School of Economics and Political Sciences, Sciences Po Paris, Hertie School Berlin, University of Tokyo, dan FGV Brasil.
Koordinator iFight Inequality, Hilda Kurniawati kepada Antara London, Sabtu mengatakan dalam konferensi dipaparkan proyek yang dinamakan, iFight Inequality (Improving Financial Literacy, Outfighting Inequality), yang memberikan pelatihan literasi keuangan berbasis kesetaraan gender (gender-neutral approach) bagi keluarga berpenghasilan rendah di Indonesia.
“Tim kami adalah satu-satunya tim yang terdiri dari mahasiswa Indonesia di konferensi ini,” ujar Hilda Kurniawati.
Dikatakannya dalam konferensi tim memaparkan proposal project untuk meningkatkan literasi keuangan di Indonesia sebagai salah satu upaya untuk mengatasi isu ketimpangan. Isu ketimpangan sendiri menjadi isu penting sejak menyentuh tingkat tertinggi sejak abad 19, ujarnya.
Menurut Hilda Kurniawati,
di Indonesia, isu ketimpangan juga terus menjadi bahasan utama. Menurut studi Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini belum cukup inklusif dan ketimpangan antarwilayah masih menjadi tantangan dalam beberapa waktu ke depan.
Hilda Kurniawati, mengatakan berbagai studi menunjukkan rendahnya tingkat literasi keuangan akan berkorelasi pada tingginya angka kesenjangan di suatu wilayah. Selain itu, kesenjangan gender juga terjadi dalam pembuatan keputusan di tingkat keluarga. Pelatihan ini akan menggunakan pendekatan gender, di mana suami dan istri memiliki kesetaraan dalam pembuatan keputusan keuangan.
Dikatakannya berbagai proposal proyek dipaparkan dengan mengambil contoh kasus dari negara maju dan berkembang, antara lain Indonesia, Amerika Serikat, Brasil, India, dan Jepang.
Sejak pertama kali GPPN didirikan pada tahun 2005, berbagai proyek dipaparkan untuk membahas solusi inovatif dalam menghadapi isu-isu kebijakan publik terkini, demikian Hilda Kurniawati.
Kelima mahasiswa yang terdiri dari Hilda Kurniawati, Arief Rizky Bakhtiar, Dimas Fauzi, Zidny Ilman, dan Rosa Vanda Melania adalah mahasiswa Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore merupakan perwakilan dari Indonesia dalam forum yang diikuti sekitar 100 dari AS, Jepang, Brazil, Perancis, Inggris, Jerman, India, China, Korea Selatan, Italia, Spanyol, Kanada, dan Meksiko.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar