Sineas muda Norwegia lahirkan Film Dokumenter Mentawai ‘Newtopia’
News ID: 832842
London (ANTARA) -
Film dokumenter “Newtopia” karya sineas muda asal Norwegia, yang diproduksi UpNorth Film for VG TV and NHK merangkum perjalanan Audun Amundsen menelusuri kehidupan tradisional Suku Mentawai dan keindahan alam kepulauan yang terletak di sisi paling barat Provinsi Sumatra Barat .
Lewat film Newtopia, Audun Amundsen menampilkan fragmen demi fragmen upaya masyarakat Mentawai dalam mempertahankan budaya mereka dengan keanekaragaman kehidupan dan ekosistem yang ada.
Film yang berdurasi kurang dari satu jam itu diputar di Wisma Indonesia, Oslo, Norwegia dihadiri Duta Besar Todung Mulya Lubis beserta Ibu Damiyati Lubis, Sutradara Audun Amundsen dan istri, dalam acara nonton bareng bersama friends of Indonesia, demikian Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Oslo, Nina Evayanti kepada Antara London, Jumat.
Para undangan antusias dengan pemutaran film dokumenter perdana besutan sineas muda asal Norwegia . Backpacker muda dan berjiwa petualang, Audun Amundsen terpesona dengan kehidupan kesukuan yang murni dan alami di pedalaman hutan Indonesia. “Masyarakat Mentawai sangat erat dan kuat dengan tradisi dan adat istiadat yang mereka miliki secara turun temurun. Alam mereka indah dengan hutan dan laut yang menyediakan segala keperluan,” ujar Audun.
Demi membuat film ini, Audun tinggal menetap di lingkungan Suku Mentawai sejak tahun 2004, di tengah keluarga seorang dukun Mentawai bernama Aman Paksa. Saat tinggal di hutan, ikatan kuat tumbuh antara Audun dan keluarga Aman Paksa. Salah satunya ditandai dengan mampunya Audun berkomunikasi tidak saja dalam bahasa Indonesia, tapi juga Bahasa asli Mentawai, dalam waktu yang relatit singkat, enam bulan.
Konflik mulai muncul ketika masyarakat pedalaman Mentawai diperkenalkan dengan modernisasi yang cepat. Tradisi Mentawai yang selama ini melalui upacara adat istiadat yang telah turun temurun mampu membekali anak-anak mereka dengan keterampilan dan kemampuan berkembang selaras dengan hutan dan mengatur generasi penerus, perlahan terbentur dengan nilai-nilai moderen yang sarat akan kapitalisasi dan kompetisi.
Aman Paksa terbelah antara dua dunia yang tampaknya mustahil untuk dipersatukan. Dia sangat membutuhkan modernitas dan merindukan kehidupan yang lebih aman, lebih sederhana untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Namun, mengakses modernitas yang saat ini tersedia baginya berarti mengikis cara hidup tradisional orang Mentawai. Menciptakan generasi baru tanpa pengetahuan budaya dan kepercayaan asli mereka.
Audun yang secara emosional terlanjur terikat akhirnya memilih untuk membantu Aman Paksa mencicip modernitas. Pengalaman demi pengalaman, termasuk pertama kalinya membeli motor listrik untuk perahu hingga terbang naik pesawat ke Ibu Kota Jakarta, dilalui Aman Paksa bersama sahabat kulit putihnya itu.
Sebuah kisah menyentuh tentang persahabatan dua manusia beda dunia yang akhirnya berhulu pada keputusan Aman Paksa hijrah kembali ke kehidupan tradisionalnya di hutan Mentawai. “Saya belajar banyak. Saya belajar betapa hanya sedikit yang diperlukan untuk berbahagia. Jelas bukan berasal dari materi. Benar-benar dari dalam diri sendiri dan hubungan kita dengan keluarga dan teman,” ujar Audun.
Duta Besar Todung Mulya Lubis dalam memberikan apresiasi dirilisnya film dokumenter yang memiliki kesan personal dan obyektif terhadap kehidupan masyarakat di pedalaman Mentawai. “Newtopia lebih dari sekadar film tentang budaya eksotis kuno yang indah, tetapi sebuah kisah epik tentang persahabatan dan sifat manusia,” ujar Todung.
Dikatakan Indonesia patut berbangga dengan keberagaman suku dan budaya, salah satunya Suku Mentawai, kebudayaan asli yang bisa bertahan selama puluhan ribu tahun. (ZG)
Film dokumenter “Newtopia” karya sineas muda asal Norwegia, yang diproduksi UpNorth Film for VG TV and NHK merangkum perjalanan Audun Amundsen menelusuri kehidupan tradisional Suku Mentawai dan keindahan alam kepulauan yang terletak di sisi paling barat Provinsi Sumatra Barat .
Lewat film Newtopia, Audun Amundsen menampilkan fragmen demi fragmen upaya masyarakat Mentawai dalam mempertahankan budaya mereka dengan keanekaragaman kehidupan dan ekosistem yang ada.
Film yang berdurasi kurang dari satu jam itu diputar di Wisma Indonesia, Oslo, Norwegia dihadiri Duta Besar Todung Mulya Lubis beserta Ibu Damiyati Lubis, Sutradara Audun Amundsen dan istri, dalam acara nonton bareng bersama friends of Indonesia, demikian Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Oslo, Nina Evayanti kepada Antara London, Jumat.
Para undangan antusias dengan pemutaran film dokumenter perdana besutan sineas muda asal Norwegia . Backpacker muda dan berjiwa petualang, Audun Amundsen terpesona dengan kehidupan kesukuan yang murni dan alami di pedalaman hutan Indonesia. “Masyarakat Mentawai sangat erat dan kuat dengan tradisi dan adat istiadat yang mereka miliki secara turun temurun. Alam mereka indah dengan hutan dan laut yang menyediakan segala keperluan,” ujar Audun.
Demi membuat film ini, Audun tinggal menetap di lingkungan Suku Mentawai sejak tahun 2004, di tengah keluarga seorang dukun Mentawai bernama Aman Paksa. Saat tinggal di hutan, ikatan kuat tumbuh antara Audun dan keluarga Aman Paksa. Salah satunya ditandai dengan mampunya Audun berkomunikasi tidak saja dalam bahasa Indonesia, tapi juga Bahasa asli Mentawai, dalam waktu yang relatit singkat, enam bulan.
Konflik mulai muncul ketika masyarakat pedalaman Mentawai diperkenalkan dengan modernisasi yang cepat. Tradisi Mentawai yang selama ini melalui upacara adat istiadat yang telah turun temurun mampu membekali anak-anak mereka dengan keterampilan dan kemampuan berkembang selaras dengan hutan dan mengatur generasi penerus, perlahan terbentur dengan nilai-nilai moderen yang sarat akan kapitalisasi dan kompetisi.
Aman Paksa terbelah antara dua dunia yang tampaknya mustahil untuk dipersatukan. Dia sangat membutuhkan modernitas dan merindukan kehidupan yang lebih aman, lebih sederhana untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Namun, mengakses modernitas yang saat ini tersedia baginya berarti mengikis cara hidup tradisional orang Mentawai. Menciptakan generasi baru tanpa pengetahuan budaya dan kepercayaan asli mereka.
Audun yang secara emosional terlanjur terikat akhirnya memilih untuk membantu Aman Paksa mencicip modernitas. Pengalaman demi pengalaman, termasuk pertama kalinya membeli motor listrik untuk perahu hingga terbang naik pesawat ke Ibu Kota Jakarta, dilalui Aman Paksa bersama sahabat kulit putihnya itu.
Sebuah kisah menyentuh tentang persahabatan dua manusia beda dunia yang akhirnya berhulu pada keputusan Aman Paksa hijrah kembali ke kehidupan tradisionalnya di hutan Mentawai. “Saya belajar banyak. Saya belajar betapa hanya sedikit yang diperlukan untuk berbahagia. Jelas bukan berasal dari materi. Benar-benar dari dalam diri sendiri dan hubungan kita dengan keluarga dan teman,” ujar Audun.
Duta Besar Todung Mulya Lubis dalam memberikan apresiasi dirilisnya film dokumenter yang memiliki kesan personal dan obyektif terhadap kehidupan masyarakat di pedalaman Mentawai. “Newtopia lebih dari sekadar film tentang budaya eksotis kuno yang indah, tetapi sebuah kisah epik tentang persahabatan dan sifat manusia,” ujar Todung.
Dikatakan Indonesia patut berbangga dengan keberagaman suku dan budaya, salah satunya Suku Mentawai, kebudayaan asli yang bisa bertahan selama puluhan ribu tahun. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar