MENYIASATI PROMOSI FILM INDONESIA KE LUAR NEGERI SELAMA PANDEMI
News ID: 1557964
London (ANTARA) -
Pandemi Covid-19 berdampak pada berkurangnya produksi dan penayangan film-film Indonesia dan upaya promosi menjangkau mancanegara pun terkena imbasnya.
Hal inilah yang mengemuka dalam acara diskusi online “Talk on Indonesia: Indonesian Films During the Pandemic” yang diadakan oleh KBRI London (6/11).
Dalam diskusi virtual tersebut, Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru Kemdikbud RI, Ahmad Mahendra mengatakan demand akan film Indonesia tidak akan tumbuh kalau kita tidak bangun literasi.
Ahmad Mahendra, bersama dengan dua pegiat film Indonesia, Budi Irawanto dari Universitas Gadjah Mada, Asosiasi Dokumenteris Nusantara dan Ekky Imanjaya dari Universitas BINUS, berbagi pandangan dan pengalaman menggenjot kehadiran film Indonesia dalam menjangkau pasar asing.
Ahmad Mahendra mengatakan Indonesia belum memiliki skema distribusi film yang mudah diakses oleh masyarakat. “Selama ini, film Indonesia, baik yang komersial maupun independen, terbantu berkat adanya festival film di berbagai tempat,” ujarnya.
Kemdikbud RI berencana untuk mengembangkan jejaring ekshibisi dan apresiasi film di Indonesia berupa “Cultural Hub”, yaitu ruang aktivitas kebudayaan warga di lingkungan terkecil dan dimotori oleh komunitas setempat.
Ahmad memaparkan program yang diadakan Kemdikbud merespon kondisi perfilman dalam masa Covid-19, seperti kerja sama penayangan film dengan Perwakilan RI di luar negeri.
Selain program Indonesiana Films untuk peningkatan kapasitas sineas Indonesia dengan menghadirkan pengajar yang berpengalaman di Hollywood.
Sementara itu Budi Irawanto mengamati bahwa di tengah pandemi, dorongan untuk merekam hal-hal di sekitar kita senantiasa menyala di kalangan pembuat film dokumenter, untuk membangun pengetahuan kolektif.
Di tengah pandemi ketika orang-orang merasa makin terisolasi, unggahan film dokumenter di berbagai kanal publik justru menjadi ruang untuk berefleksi tentang situasi yang penuh ketidakpastian ini.
Film dokumenter dapat membantu memperkenalkan Indonesia di luar negeri kadang luput ditangkap oleh media arus utama karena film dokumenter memberi suara bagi mereka yang tidak bersuara.
“KBRI London dapat mengambil peran aktif untuk memperkenalkan film dokumenter Indonesia di Inggris melalui pemutaran di ruang terbuka atau dalam bentuk festival mini,” ujarnya.
Ekky Imanjaya menekankan perlu adanya pemetaan daftar film Indonesia yang tayang di layanan OTT (over-the-top), seperti Hulu, iFlix, dan Vidio.
Masyarakat dapat lebih mudah menonton film Indonesia di layanan resmi sambil membantu mengurangi maraknya pembajakan film.
Dimaklumi, sudah ada beberapa film Indonesia yang melakukan premiere-nya di layanan OOT, seperti film Guru-Guru Gokil di Netflix. Di masa pandemi juga tumbuh fenomena drive-in, atau menonton layar tancap dari mobil seperti tahun 80an.
KBRI London dapat membantu ‘mak comblang’ film Indonesia dengan layanan OTT di Inggris dan Eropa, ujarnya.
Selain mempertemukan produser film Indonesia dengan perusahaan distribusi film mancanegara agar warga asing lebih tertarik untuk menonton,” ujarnya.
Acara “Talk on Indonesia: Indonesian Films During the Pandemic” bagian dari program diskusi virtual Talk on Indonesiadiadakan KBRI London dalam rangka membangun strategi yang lengkap dan komprehensif untuk mendukung promosi kebudayaan Indonesia di luar negeri.
Diharapkannya , berbagai aspek kebudayaan Indonesia akan diulas di program ini, termasuk sastra Indonesia. (ZG)
Pandemi Covid-19 berdampak pada berkurangnya produksi dan penayangan film-film Indonesia dan upaya promosi menjangkau mancanegara pun terkena imbasnya.
Hal inilah yang mengemuka dalam acara diskusi online “Talk on Indonesia: Indonesian Films During the Pandemic” yang diadakan oleh KBRI London (6/11).
Dalam diskusi virtual tersebut, Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru Kemdikbud RI, Ahmad Mahendra mengatakan demand akan film Indonesia tidak akan tumbuh kalau kita tidak bangun literasi.
Ahmad Mahendra, bersama dengan dua pegiat film Indonesia, Budi Irawanto dari Universitas Gadjah Mada, Asosiasi Dokumenteris Nusantara dan Ekky Imanjaya dari Universitas BINUS, berbagi pandangan dan pengalaman menggenjot kehadiran film Indonesia dalam menjangkau pasar asing.
Ahmad Mahendra mengatakan Indonesia belum memiliki skema distribusi film yang mudah diakses oleh masyarakat. “Selama ini, film Indonesia, baik yang komersial maupun independen, terbantu berkat adanya festival film di berbagai tempat,” ujarnya.
Kemdikbud RI berencana untuk mengembangkan jejaring ekshibisi dan apresiasi film di Indonesia berupa “Cultural Hub”, yaitu ruang aktivitas kebudayaan warga di lingkungan terkecil dan dimotori oleh komunitas setempat.
Ahmad memaparkan program yang diadakan Kemdikbud merespon kondisi perfilman dalam masa Covid-19, seperti kerja sama penayangan film dengan Perwakilan RI di luar negeri.
Selain program Indonesiana Films untuk peningkatan kapasitas sineas Indonesia dengan menghadirkan pengajar yang berpengalaman di Hollywood.
Sementara itu Budi Irawanto mengamati bahwa di tengah pandemi, dorongan untuk merekam hal-hal di sekitar kita senantiasa menyala di kalangan pembuat film dokumenter, untuk membangun pengetahuan kolektif.
Di tengah pandemi ketika orang-orang merasa makin terisolasi, unggahan film dokumenter di berbagai kanal publik justru menjadi ruang untuk berefleksi tentang situasi yang penuh ketidakpastian ini.
Film dokumenter dapat membantu memperkenalkan Indonesia di luar negeri kadang luput ditangkap oleh media arus utama karena film dokumenter memberi suara bagi mereka yang tidak bersuara.
“KBRI London dapat mengambil peran aktif untuk memperkenalkan film dokumenter Indonesia di Inggris melalui pemutaran di ruang terbuka atau dalam bentuk festival mini,” ujarnya.
Ekky Imanjaya menekankan perlu adanya pemetaan daftar film Indonesia yang tayang di layanan OTT (over-the-top), seperti Hulu, iFlix, dan Vidio.
Masyarakat dapat lebih mudah menonton film Indonesia di layanan resmi sambil membantu mengurangi maraknya pembajakan film.
Dimaklumi, sudah ada beberapa film Indonesia yang melakukan premiere-nya di layanan OOT, seperti film Guru-Guru Gokil di Netflix. Di masa pandemi juga tumbuh fenomena drive-in, atau menonton layar tancap dari mobil seperti tahun 80an.
KBRI London dapat membantu ‘mak comblang’ film Indonesia dengan layanan OTT di Inggris dan Eropa, ujarnya.
Selain mempertemukan produser film Indonesia dengan perusahaan distribusi film mancanegara agar warga asing lebih tertarik untuk menonton,” ujarnya.
Acara “Talk on Indonesia: Indonesian Films During the Pandemic” bagian dari program diskusi virtual Talk on Indonesiadiadakan KBRI London dalam rangka membangun strategi yang lengkap dan komprehensif untuk mendukung promosi kebudayaan Indonesia di luar negeri.
Diharapkannya , berbagai aspek kebudayaan Indonesia akan diulas di program ini, termasuk sastra Indonesia. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar