INSINYUR INDONESIA Di INGGRIS SIAP BANTU PENANGANAN COVID TANAH AIR
News ID: 1535717
London (ANTARA) -
Sekelompok insinyur muda dan mahasiswa teknik Indonesia di Inggris berkomitmen untuk membantu dan penanganan Covid-19 di tanah air dengan mengunakan teknologi dan bekerja sama dalam penanganan Covid-19.
Komitmen ini dituangkan dalam acara peluncuran Indonesia Engineering Association (IEA) yang bertajuk “what engineers can do to tackle COVID-19?” di London, Rabu.
“Kami bangga diaspora Indonesia di Inggris, melalui IEA, bersemangat untuk sumbang pemikiran kepada Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi pandemi Covid-19”, ujar Kuasa Usaha Ad Interim KBRI London, Duta Besar Adam M. Tugio.
Dalam semangat Sumpah Pemuda, bela negara perlu diinterpretasikan secara lebih luas, yakni gotong royong untuk membantu pembangunan di tanah air”, ujarnya.
Dubes Adam menyatakan KBRI London siap membantu menghubungkan diaspora dengan pemerintah pusat di Jakarta, seraya mengharapkan diaspora Indonesia di luar negeri dapat mengidentifikasi teknologi untuk kerja sama penanganan Covid-19.
Dalam acara yang diikuti lebih dari 70 mahasiswa, akademisi, dan pegiat keinsinyuran Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Dr. Heru Dewanto dan Koordinator UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS) Dr. Bagus Muljadi sebagai narasumber berbagi pandangan dan pengalaman mereka.
Senada dengan Dubes Adam, Dr. Heru dan Dr. Adam turut mengapresiasi upaya IEA memberikan sumbangsih bagi Indonesia.
Dr. Heru Dewanto mengatakan melalui UU 11/2014 tentang Keinsinyuran, PII diberi mandat untuk mengembangkan standar layanan insinyur dan Program Profesi Insinyur.
PII membentuk learning center untuk berbagi pengetahuan antar insinyur dan innovator, khususnya dalam aspek terkait dengan penanganan Covid-19.
Heru mengindikasikan bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi produksi masker dan ventilator buatan anak bangsa.
Sementara itu Ketua UKICIS
Dr. Bagus Muljadi mengingatkan bahwa penanggulangan Covid-19 merupakan permasalahan interdisipliner, akademisi lintas disiplin perlu bahu membahu dalam mengembangkan solusi yang efektif.
Dikatakannya UKICIS, sebagai wadah kerja sama diaspora akademisi Indonesia di Inggris, berupaya untuk kontribusi terhadap pembangunan di tanah air melalui sumbang saran kebijakan.
Tidak hanya untuk menyesuaikan dengan tantangan ketahanan di masa depan, UKICIS juga siap berkolaborasi dengan IEA untuk menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam upaya mitigasi tantangan global, termasuk Covid-19, ujarnya.
Kedua narasumber mengharapkan agar ilmu keinsinyuran yang diemban teman-teman IEA dapat dibawa ke tanah air untuk mendukung peralihan Indonesia dari ekonomi berbasis sumber daya menjadi ekonomi berbasis inovasi.
Counsellor Pensosbud KBRI London Hartyo Harkomoyo mengatakan pada 14 Oktober lalu, IEA bertemu dengan Sekjen Kementerian Kesehatan dan delegasi, tergabung dalam delegasi kunjungan Menlu Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir ke London.
Pada pertemuan , IEA menyampaikan potensi kerja sama inovasi pengembangan alat bantu pernapasan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP).
IEA dibentuk pada Agustus 2020, dimotori mahasiswa Indonesia tengah berkuliah di jurusan teknik di Inggris seperti University of Birmingham, University College London, dan Imperial College London.
Para calon insinyur muda ingin IEA menjadi wadah bangun jejaring antar mahasiswa teknik dan insinyur Indonesia di Inggris, serta membantu kemajuan karir dan perkuliahan bagi sesama mahasiswa. (ZG)
Sekelompok insinyur muda dan mahasiswa teknik Indonesia di Inggris berkomitmen untuk membantu dan penanganan Covid-19 di tanah air dengan mengunakan teknologi dan bekerja sama dalam penanganan Covid-19.
Komitmen ini dituangkan dalam acara peluncuran Indonesia Engineering Association (IEA) yang bertajuk “what engineers can do to tackle COVID-19?” di London, Rabu.
“Kami bangga diaspora Indonesia di Inggris, melalui IEA, bersemangat untuk sumbang pemikiran kepada Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi pandemi Covid-19”, ujar Kuasa Usaha Ad Interim KBRI London, Duta Besar Adam M. Tugio.
Dalam semangat Sumpah Pemuda, bela negara perlu diinterpretasikan secara lebih luas, yakni gotong royong untuk membantu pembangunan di tanah air”, ujarnya.
Dubes Adam menyatakan KBRI London siap membantu menghubungkan diaspora dengan pemerintah pusat di Jakarta, seraya mengharapkan diaspora Indonesia di luar negeri dapat mengidentifikasi teknologi untuk kerja sama penanganan Covid-19.
Dalam acara yang diikuti lebih dari 70 mahasiswa, akademisi, dan pegiat keinsinyuran Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Dr. Heru Dewanto dan Koordinator UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS) Dr. Bagus Muljadi sebagai narasumber berbagi pandangan dan pengalaman mereka.
Senada dengan Dubes Adam, Dr. Heru dan Dr. Adam turut mengapresiasi upaya IEA memberikan sumbangsih bagi Indonesia.
Dr. Heru Dewanto mengatakan melalui UU 11/2014 tentang Keinsinyuran, PII diberi mandat untuk mengembangkan standar layanan insinyur dan Program Profesi Insinyur.
PII membentuk learning center untuk berbagi pengetahuan antar insinyur dan innovator, khususnya dalam aspek terkait dengan penanganan Covid-19.
Heru mengindikasikan bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi produksi masker dan ventilator buatan anak bangsa.
Sementara itu Ketua UKICIS
Dr. Bagus Muljadi mengingatkan bahwa penanggulangan Covid-19 merupakan permasalahan interdisipliner, akademisi lintas disiplin perlu bahu membahu dalam mengembangkan solusi yang efektif.
Dikatakannya UKICIS, sebagai wadah kerja sama diaspora akademisi Indonesia di Inggris, berupaya untuk kontribusi terhadap pembangunan di tanah air melalui sumbang saran kebijakan.
Tidak hanya untuk menyesuaikan dengan tantangan ketahanan di masa depan, UKICIS juga siap berkolaborasi dengan IEA untuk menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam upaya mitigasi tantangan global, termasuk Covid-19, ujarnya.
Kedua narasumber mengharapkan agar ilmu keinsinyuran yang diemban teman-teman IEA dapat dibawa ke tanah air untuk mendukung peralihan Indonesia dari ekonomi berbasis sumber daya menjadi ekonomi berbasis inovasi.
Counsellor Pensosbud KBRI London Hartyo Harkomoyo mengatakan pada 14 Oktober lalu, IEA bertemu dengan Sekjen Kementerian Kesehatan dan delegasi, tergabung dalam delegasi kunjungan Menlu Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir ke London.
Pada pertemuan , IEA menyampaikan potensi kerja sama inovasi pengembangan alat bantu pernapasan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP).
IEA dibentuk pada Agustus 2020, dimotori mahasiswa Indonesia tengah berkuliah di jurusan teknik di Inggris seperti University of Birmingham, University College London, dan Imperial College London.
Para calon insinyur muda ingin IEA menjadi wadah bangun jejaring antar mahasiswa teknik dan insinyur Indonesia di Inggris, serta membantu kemajuan karir dan perkuliahan bagi sesama mahasiswa. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar