Dubes sampaikan Peran Wanita dalam Diplomasi Antar Agama di Jerman
News ID: 1576660
London (ANTARA) -
Dubes RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno mengatakan wanita saat ini memainkan peran penting dalam berbagai sektor kehidupan khususnya dalam memajukan dialog antar agama untuk perdamaian.
Hal itu disampaikan Dubes Konferensi Religions for Peace (RfP) yang berlangsung di Lindau, Jerman pada 10 – 13 November .
Pensosbud KBRI Berlin, Hannan Hadi kepada Antara London, Sabtu mengatakan konferensi tahun lalu yang juga diadakan di Lindau dihadiri sekitar 600 peserta dari berbagai negara dan agama ini diadakan secara virtual.
Konferensi tahun menandai 50 tahun berdirinya Religions for Peace. Di ulang tahun emas isu tentang Peran Wanita dalam Diplomasi dan Kerja Sama antar Agama menjadi bahasan utama konferensi, bertajuk: “Keeping Faith and Transforming Tomorrow“.
Konferensi dibuka Kanselir Jerman, Angela Merkel dan Sekjen PBB Antonio Gutteres, Indonesia menjadi pembicara dan penanggap diskusi pada Breakout Session tentang Religion and Diplomacy in South and South East Asia.
Dubes RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno bertindak sebagai pembicara, sementara sebagai penanggap diskusi dari Indonesia Direktur Wahid Institute, Yenny Wahid.
Breakout Session dimoderatori Penasihat Utama Sekretariat Jenderal RfP Asia berkedudukan di Tokyo, Jepang, Masamichi Kamiya.
Selain Dubes Oegroseno dan Yenny Wahid, sesi ini juga menghadirkan pembicara dan penanggap diskusi dari Jerman, Dubes Jerman untuk Pakistan, Bernhard Schlagheck, dan Direktur Kerja Sama Antar Agama Kemlu Jerman, Dubes Volker Berresheim.
Sebagai pembicara pertama, Dubes Oegroseno menyebutkan kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara merupakan kawasan dengan keberagaman yang cukup kompleks.
Keberagaman di kawasan ini tidak hanya dari etnis, namun juga agama, tingkat ekonomi, tingkat sosial, budaya dan juga tatanan politik (political setting) yang berbeda-beda .
Dubes Oegroseno menggarisbawahi semakin besarnya potensi dan peran kaum wanita dalam memajukan dialog antar agama untuk perdamaian ini. Disebutkan wanita saat ini memainkan peran penting dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat.
Hal serupa juga disampaikan Dubes Schlagheck. Menurutnya kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara menjadi melting pot, tempat bertemunya berbagai kebudayaan, agama dan latar belakang sosial. Bahkan daerah ini merupakan tempat muncul dan berkembangnya berbagai agama dan kepercayaan.
Sementara itu, Yenny Wahid menegaskan agama merupakan elemen penting yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. “Agama memiliki keterikatan emosional sangat erat dalam masyarakat,”ujarnya.
Saat ini sekitar 80% penduduk dunia merupakan pemeluk agama atau kepercayaan yang berbeda-beda. Agama memiliki potensi besar sebagai motor untuk menggerakkan masyarakat menuju perdamaian dan kesejahteraan. “Karena kita yakin, semua agama mengajarkan perdamaian kepada umatnya, demikian Yenny Wahid.(ZG)
Dubes RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno mengatakan wanita saat ini memainkan peran penting dalam berbagai sektor kehidupan khususnya dalam memajukan dialog antar agama untuk perdamaian.
Hal itu disampaikan Dubes Konferensi Religions for Peace (RfP) yang berlangsung di Lindau, Jerman pada 10 – 13 November .
Pensosbud KBRI Berlin, Hannan Hadi kepada Antara London, Sabtu mengatakan konferensi tahun lalu yang juga diadakan di Lindau dihadiri sekitar 600 peserta dari berbagai negara dan agama ini diadakan secara virtual.
Konferensi tahun menandai 50 tahun berdirinya Religions for Peace. Di ulang tahun emas isu tentang Peran Wanita dalam Diplomasi dan Kerja Sama antar Agama menjadi bahasan utama konferensi, bertajuk: “Keeping Faith and Transforming Tomorrow“.
Konferensi dibuka Kanselir Jerman, Angela Merkel dan Sekjen PBB Antonio Gutteres, Indonesia menjadi pembicara dan penanggap diskusi pada Breakout Session tentang Religion and Diplomacy in South and South East Asia.
Dubes RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno bertindak sebagai pembicara, sementara sebagai penanggap diskusi dari Indonesia Direktur Wahid Institute, Yenny Wahid.
Breakout Session dimoderatori Penasihat Utama Sekretariat Jenderal RfP Asia berkedudukan di Tokyo, Jepang, Masamichi Kamiya.
Selain Dubes Oegroseno dan Yenny Wahid, sesi ini juga menghadirkan pembicara dan penanggap diskusi dari Jerman, Dubes Jerman untuk Pakistan, Bernhard Schlagheck, dan Direktur Kerja Sama Antar Agama Kemlu Jerman, Dubes Volker Berresheim.
Sebagai pembicara pertama, Dubes Oegroseno menyebutkan kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara merupakan kawasan dengan keberagaman yang cukup kompleks.
Keberagaman di kawasan ini tidak hanya dari etnis, namun juga agama, tingkat ekonomi, tingkat sosial, budaya dan juga tatanan politik (political setting) yang berbeda-beda .
Dubes Oegroseno menggarisbawahi semakin besarnya potensi dan peran kaum wanita dalam memajukan dialog antar agama untuk perdamaian ini. Disebutkan wanita saat ini memainkan peran penting dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat.
Hal serupa juga disampaikan Dubes Schlagheck. Menurutnya kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara menjadi melting pot, tempat bertemunya berbagai kebudayaan, agama dan latar belakang sosial. Bahkan daerah ini merupakan tempat muncul dan berkembangnya berbagai agama dan kepercayaan.
Sementara itu, Yenny Wahid menegaskan agama merupakan elemen penting yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. “Agama memiliki keterikatan emosional sangat erat dalam masyarakat,”ujarnya.
Saat ini sekitar 80% penduduk dunia merupakan pemeluk agama atau kepercayaan yang berbeda-beda. Agama memiliki potensi besar sebagai motor untuk menggerakkan masyarakat menuju perdamaian dan kesejahteraan. “Karena kita yakin, semua agama mengajarkan perdamaian kepada umatnya, demikian Yenny Wahid.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar