Kasus meningkat di Gelombang kedua Inggris kembali terapkan lockdown
News ID: 1551324
London (ANTARA) -
Sejauh ini kasus warga di Inggris yang penderita positif covid19 memasuki gelombang kedua jauh lebih besar dibanding saat awal pandemi berlangsung.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan karantina nasional kedua di Inggris mulai Kamis (05/11) dan berakhir 2 Desember, di tengah kasus positif virus corona mencapai lebih dari satu juta.
“Sejauh ini gelombang kedua sudah jauh lebih besar dibanding yang pertama berdasarkan angka kasus positif, ujar dokter Ardito Widjono kepada Antara London, Rabu.
Dokter Ardito Widjono yang biasa disapa Dito, putra pertama pasangan Argo Onny Widjono dan Endang Nurdin bekerja di BBC Indonesia, mengatakan Lockdown kedua yang akan mulai hari Kamis adalah untuk menekan kenaikan angka kasus positif.
Menurut Dito yang saat ini bertugas di Royal Shrewsbury Hospital selama dua bulan sejak Agustus lalu, keputusan pemeringah Inggris menerapkan Lockdown merupakan hal yang tepat untuk menekan kenaikan angka kasus positif.
Dito yang pada awal pandemi Covid-19 bertugas di rumah sakit Barnet di London utara, salah satu rumah sakit yang khusus merawat pasien corona sejak akhir Maret lalu.
Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan langkah karantina ini penting untuk mencegah "bencana medis dan moral" dengan jasa kesehatan Inggris, National Health Service, NHS, bisa kewalahan.
Restoran, pub akan ditutup sementara sekolah-sekolah dan perguruan tinggi diizinkan untuk tetap buka.
Dokter Dito mengatakan meskipun sebagian karena lebih banyak test yang dilakukan, hampir semua perkiraan dari badan badan riset mengatakan bahwa jumlah orang meninggal akan lebih tinggi di banding gelombang pertama.
“Lockdown kedua yang akan mulai hari Kamis ini menurut saya tepat untuk menekan kenaikan angka kasus positif,” ujarnya.
Menurut Dito, rumah sakit di seluruh UK, mulai sibuk per pagi ini ada 11,000 orang yang kondisinya parah akibat covid dan dirawat di rumah sakit.
Namun, badan kesehatan Inggris, NHS lebih siap dari sisi perlengkapan dan pengetahuan, ujar Dito yang sejak Agustus lalu, ia boleh memilih rumah sakit tempat bertugas.
Alasannya adalah karena saya ingin mendapat pengalaman bertugas di sejumlah rumah sakit daerah , tidak hanya di London, khususnya di UGD, ujar Dito yang berhasil menyelesaikan pendidikan pada 2017 di program studi kedokteran King's College London.
Rumah sakit di sini menerima pasien dari banyak daerah lain termasuk dari Wales.
Dengan bertugas di daerah, saya merasa lebih aman karena saya menjauh dari keluarga – untuk mengurangi kemungkinan penularan ke mereka selama lockdown kedua ini.
Sejauh ini lebih tenang kerja di sini dibanding London yang jauh lebih banyak pasien yang harus saya tangani. Tapi untuk pasien covid hampir sama dan juga ada peningkatan, demikian Dito.
Sementara itu Counsellor Pensosbud KBRI London Hartyo Harkomoyo kepada Antara London, Rabu mengatakan KBRI London terus melakukan langkah-langkah antisipasi untuk perlindungan WNI. “Satgas Covid-19 KBRI London terus bekerja memantau dan memberikan layanan informasi serta logistik bagi warga yang memerlukan bantuan,” ujarnya.
KBRI London bekerja sama dengan diaspora dokter Indonesia dan mahasiswa PPI memperkuat program bantuan dan konsultasi dokter terhadap warga yang sedang menderita Covid-19.
Dikatakannya KBRI London tengah menggiatkan kembali beberapa kegiatan dialog virtual untuk menemani warga pada masa-masa lockdown. KBRI London terus mengimbau kepada WNI untuk mematuhi protokol kesehatan dan aturan-aturan pada second lockdown.
Pada 31 Oktober lalu PM Inggris Boris Johnson mengumumkan kebijakan lockdown selama 4 minggu yang berlaku secara nasional di England. Kebijakan agar warga di Inggris untuk “Stay at home,” kecuali pendidikan, pekerjaan yang tidak dapat dilakukan di rumah, olah raga, berobat, berbelanja kebutuhan pokok, merawat orang lain dan kunjungan dalam support bubble.
Sektor manufaktur dan konstruksi tetap buka, namun tempat peribadatan diminta ditutup, kecuali untuk pemakaman, peribadatan secara virtual dan layanan kemanusiaan.
Upacara pernikahan diharapkan untuk ditiadakan sementara dan pemakaman hanya boleh dihadiri maksimum 30 orang.
Hindari perjalanan non-essential baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Pubs dan restoran tutup, kecuali layanan pesan antar. Toko non-essential tutup, namun layanan click-and-collect diperbolehkan buka.
Larangan untuk bermalam dan berlibur, baik di dalam maupun ke luar negeri. Support bubble untuk orang yang tinggal sendiri dan rumah tangga yang terdiri atau single parents dan anak-anak masih diberbolehkan.
Sementara Sekolah dan universitas tetap buka. Fasilitas indoor dan outdoor seperti gym, kolam renang, dan salon tutup.
Kasus positif Covid-19 di Inggris telah menembus angka di atas 1 juta dengan tingkat kematian lebih dari 47.000.
WNI di Inggris secara umum dalam kondisi baik. Dibandingkan dengan angka kasus di Inggris, jumlah penderita dari WNI masih kecil, saat ini adalah 2 kasus positif. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran Kesehatan yang tinggi dan kepatuhan terhadap ketentuan pemerintah dari masyarakat Indonesia, demikian Hartyo Harkomoyo. (ZG)
Sejauh ini kasus warga di Inggris yang penderita positif covid19 memasuki gelombang kedua jauh lebih besar dibanding saat awal pandemi berlangsung.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan karantina nasional kedua di Inggris mulai Kamis (05/11) dan berakhir 2 Desember, di tengah kasus positif virus corona mencapai lebih dari satu juta.
“Sejauh ini gelombang kedua sudah jauh lebih besar dibanding yang pertama berdasarkan angka kasus positif, ujar dokter Ardito Widjono kepada Antara London, Rabu.
Dokter Ardito Widjono yang biasa disapa Dito, putra pertama pasangan Argo Onny Widjono dan Endang Nurdin bekerja di BBC Indonesia, mengatakan Lockdown kedua yang akan mulai hari Kamis adalah untuk menekan kenaikan angka kasus positif.
Menurut Dito yang saat ini bertugas di Royal Shrewsbury Hospital selama dua bulan sejak Agustus lalu, keputusan pemeringah Inggris menerapkan Lockdown merupakan hal yang tepat untuk menekan kenaikan angka kasus positif.
Dito yang pada awal pandemi Covid-19 bertugas di rumah sakit Barnet di London utara, salah satu rumah sakit yang khusus merawat pasien corona sejak akhir Maret lalu.
Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan langkah karantina ini penting untuk mencegah "bencana medis dan moral" dengan jasa kesehatan Inggris, National Health Service, NHS, bisa kewalahan.
Restoran, pub akan ditutup sementara sekolah-sekolah dan perguruan tinggi diizinkan untuk tetap buka.
Dokter Dito mengatakan meskipun sebagian karena lebih banyak test yang dilakukan, hampir semua perkiraan dari badan badan riset mengatakan bahwa jumlah orang meninggal akan lebih tinggi di banding gelombang pertama.
“Lockdown kedua yang akan mulai hari Kamis ini menurut saya tepat untuk menekan kenaikan angka kasus positif,” ujarnya.
Menurut Dito, rumah sakit di seluruh UK, mulai sibuk per pagi ini ada 11,000 orang yang kondisinya parah akibat covid dan dirawat di rumah sakit.
Namun, badan kesehatan Inggris, NHS lebih siap dari sisi perlengkapan dan pengetahuan, ujar Dito yang sejak Agustus lalu, ia boleh memilih rumah sakit tempat bertugas.
Alasannya adalah karena saya ingin mendapat pengalaman bertugas di sejumlah rumah sakit daerah , tidak hanya di London, khususnya di UGD, ujar Dito yang berhasil menyelesaikan pendidikan pada 2017 di program studi kedokteran King's College London.
Rumah sakit di sini menerima pasien dari banyak daerah lain termasuk dari Wales.
Dengan bertugas di daerah, saya merasa lebih aman karena saya menjauh dari keluarga – untuk mengurangi kemungkinan penularan ke mereka selama lockdown kedua ini.
Sejauh ini lebih tenang kerja di sini dibanding London yang jauh lebih banyak pasien yang harus saya tangani. Tapi untuk pasien covid hampir sama dan juga ada peningkatan, demikian Dito.
Sementara itu Counsellor Pensosbud KBRI London Hartyo Harkomoyo kepada Antara London, Rabu mengatakan KBRI London terus melakukan langkah-langkah antisipasi untuk perlindungan WNI. “Satgas Covid-19 KBRI London terus bekerja memantau dan memberikan layanan informasi serta logistik bagi warga yang memerlukan bantuan,” ujarnya.
KBRI London bekerja sama dengan diaspora dokter Indonesia dan mahasiswa PPI memperkuat program bantuan dan konsultasi dokter terhadap warga yang sedang menderita Covid-19.
Dikatakannya KBRI London tengah menggiatkan kembali beberapa kegiatan dialog virtual untuk menemani warga pada masa-masa lockdown. KBRI London terus mengimbau kepada WNI untuk mematuhi protokol kesehatan dan aturan-aturan pada second lockdown.
Pada 31 Oktober lalu PM Inggris Boris Johnson mengumumkan kebijakan lockdown selama 4 minggu yang berlaku secara nasional di England. Kebijakan agar warga di Inggris untuk “Stay at home,” kecuali pendidikan, pekerjaan yang tidak dapat dilakukan di rumah, olah raga, berobat, berbelanja kebutuhan pokok, merawat orang lain dan kunjungan dalam support bubble.
Sektor manufaktur dan konstruksi tetap buka, namun tempat peribadatan diminta ditutup, kecuali untuk pemakaman, peribadatan secara virtual dan layanan kemanusiaan.
Upacara pernikahan diharapkan untuk ditiadakan sementara dan pemakaman hanya boleh dihadiri maksimum 30 orang.
Hindari perjalanan non-essential baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Pubs dan restoran tutup, kecuali layanan pesan antar. Toko non-essential tutup, namun layanan click-and-collect diperbolehkan buka.
Larangan untuk bermalam dan berlibur, baik di dalam maupun ke luar negeri. Support bubble untuk orang yang tinggal sendiri dan rumah tangga yang terdiri atau single parents dan anak-anak masih diberbolehkan.
Sementara Sekolah dan universitas tetap buka. Fasilitas indoor dan outdoor seperti gym, kolam renang, dan salon tutup.
Kasus positif Covid-19 di Inggris telah menembus angka di atas 1 juta dengan tingkat kematian lebih dari 47.000.
WNI di Inggris secara umum dalam kondisi baik. Dibandingkan dengan angka kasus di Inggris, jumlah penderita dari WNI masih kecil, saat ini adalah 2 kasus positif. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran Kesehatan yang tinggi dan kepatuhan terhadap ketentuan pemerintah dari masyarakat Indonesia, demikian Hartyo Harkomoyo. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar