Jumat, 28 Oktober 2011

KONFERENSI PKS

PKS SELENGGARAKAN KONFERENSI TENTANG HARMONISASI PERADABAN

London, 24/10 (ANTARA) - Pusat Informasi dan Pelayanan (PIP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Belanda, menyelenggarakan konferensi internasional tentang "Harmonisasi Peradaban Islam dan Barat menuju Era Baru", di Leiden, Belanda, baru-baru ini.

Ketua PIP PKS Belanda, Deden S. Permana yang dihubungi ANTARA dari London Senin mengatakan konferensi itu membawa pesan perdamaian dan dialog.

Selain itu juga, katanya, PKS berniat berkontribusi dalam proses transformasi peradaban dunia menuju keadaan yang lebih baik dan era baru yang penuh dengan kedamaian, keadilan dan kesejahteraan untuk semua.

Konferensi itu diikuti antara lain oleh mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Dr. Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI, Anis Matta, mantan anggota parlemen Inggris George Galloway dan Presiden Akademi Studi Islam Eropa di Inggris Syeikh Ahmed Amir Ali.

Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, dalam sambutannya yang dibacakan Ketua Fraksi PKS di DPR RI, Mustafa Kamal, mengatakan tidak ada satupun negara termasuk juga Indonesia, yang bebas dari masalah, baik itu dalam hal ekonomi, sosial-politik dan sosial-budaya.
Oleh karena itu, katanya, setiap negara, bahkan setiap peradaban memerlukan pembelajaran dari praktek-praktek terbaik yang dijalankan oleh negara atau peradaban lainnya.

Kebutuhan untuk saling memahami dan bekerja sama pada tingkat internasional menjadi tidak terelakkan, ujarnya.

Dalam paparannya Wakil Ketua DPR, Anis Matta, yang juga salah seorang kader PKS membahas dua isu yaitu adanya krisis: ekonomi dan politik melanda dunia Barat dan Islam dan solusi yang memungkinkan untuk mengatasi masalah yang ada.

Anis menyebutkan peristiwa 11 September memperburuk proses komunikasi Barat dengan Islam. Oleh karena itu perlu diingatkan kepada semua muslim akan pentingnya interaksi melalui dialog dan komunikasi dua arah yang baik.

Dikatakannya, dunia Islam harus memulai narasinya bukan dari titik dimana Barat memulainnya melainkan seharusnya dari titik ketika Barat mengakhirinya.

"Sehingga dia seharusnya merupakan kelanjutan dan bukan sebuah awal yang sama sekali baru," tambahnya.

Untuk merealisasikan gagasannya, Anis mengatakan bahwa masalah komunikasi, misalnya adanya sentimen segelintir elit di Eropa tidak menggambarkan pandangan masyarakatnya, demikian juga sebaliknya di dunia Islam.

George Galloway mengapresiasi PKS untuk kemampuannya berfikir di luar kebiasaan, dan kepeduliannya dalam permasalahan-permasalahan dunia dan sependapat dengan Anis Matta bahwa tidak semua pandangan elit mewakili masyarakatnya.

Dia mengatakan banyak warga masyarakat Inggris, dan sekitar dua juta orang pada tahun 2003, berunjuk rasa untuk menentang kebijakan perang ketika Presiden AS George W. Bush dan PM Inggris Tony Blair saat itu mengirimkan pasukan untuk menyerang Iraq.

Berdasarkan pengalaman pribadinya, dia tak pernah bertemu seorang muslimpun yang berprilaku anti-Barat seperti anti pohon Natal.

Galloway melihat bahwa yang Muslim inginkan adalah tak mendikte Barat dan tidak ingin didikte Barat.

Dalam paparannya Galloway pun mengajukan tiga syarat yang harus dipenuhi jika harmonisasi ingin dicapai yaitu kemerdekaan mutlak untuk Palestina, menghentikan perang berkepanjangan di negeri-negeri Muslim dan menghentikan penciptaan dan dukungan pemimpin dan pemerintahan boneka di negeri Muslim.

Jika hal-hal tersebut masih terjadi, maka tak akan ada hubungan yang normal antarperadaban, demokrasi harus berlaku untuk seluruh manusia dan seluruh belahan bumi, tidak boleh ada standar ganda ataupun hipokrasi yang digunakan didalam kebijakan dari pemerintahan manapun, katanya.


Tidak ada sekat
Sementara itu Dr. Nur Wahid menyimpulkan seharusnya tidak ada sekat bagi Muslim untuk belajar dari non-Muslim dan begitu pula sebaliknya.

"Baik Islam maupun Barat memainkan perannya dalam membawa kesejahteraan kepada dunia secara aktif, dan bertanggung jawab," katanya.

Menurut dia, keduanya perlu untuk menemukan pendekatan yang efektif dan metode yang tepat untuk mencapai tujuan bersama.

Syeikh Ali mengakui terjadinya kesalahpahaman dalam proses komunikasi kedua peradaban, dan kesalahpahaman tersebut disebabkan oleh kesalahan orang per orang pada kedua belah pihak.

Ia mengatakan dirinya sangat merindukan nilai nilai fundamental dari Islam dan juga sebaliknya.

Juga tampil sebagai pembicara dalam konferensi itu jurnalis dan pembawa acara dari Inggris, Laureen Booth, Ketua Organisasi Muslim dan Masjid di Jerman Dr. Ibrahim El-Zayat, Dubes RI untuk Belgia, Luxemburg dan Uni Eropa, Arif Havas Oegroseno. ***1***
(T.ZG/C/M016)

(T.H-ZG/C/M016/M016) 24-10-2011 16:05:02

Tidak ada komentar: