Jumat, 28 Oktober 2011

KRISIS DI EROPA

KRISIS DI EROPA TIDAK BANYAK PENGARUHI INDONESIA

London, 18/10 (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, menegaskan krisis utang di Eropa yang diawali dari Amerika tidak akan banyak berpengaruh pada perekonomian di Indonesia.

Ini terlihat dari nilai ekspor Indonesia yang jauh lebih kuat ketimbang Negara di Asia lainnya, seperti Filipina, Malaysia dan Singapura, kata Darmin Nasution, dalam pertemuan dengan kepala kantor perwakilan bank Indonesia di London, Senin malam.

Darmin berada di London disela menghadiri pertemuan G-20 di Paris, Perancis. Dia mengadakan pertemuan dengan kepala kantor perwakilan bank Indonesia di London, staff KBRI London serta pelajar yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Inggris Raya. Pertemuan ini diselenggarakan KBRI London bersma kantor perwakilan Bank Indonesia di London.

Darmin mengatakan pertemuan Menteri Keuangan anggota G-20, termasuk Gubernur Bank Central di Paris, bertujuan untuk mencari solusi krisis utang Eropa.

Dalam pertemuan dengan masyarakat Indonesia di London, Darmin mengatakan Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan dan fundamental ekonomi baik, sehingga tidak terpengaruh langsung dampak krisis di Eropa.

Dalam paparannya, Darmin Nasution memberikan gambaran secara umum tentang latar belakang krisis yang pernah dialami beberapa waktu lalu yang dikatakannya krisis yang terjadi di Asia pada tahun 1997/1998 merupakan pukulan ekonomi yang sangat berat bagi Indonesia karena pertumbuhan ekonomi anjlok menjadi -13 persen yaitu lebih berat dari apa yang terjadi di Yunani saat ini.

Banyak hal yang dilakukan Indonesia dalam mengantisipasi berbagai krisis yang terjadi, sehingga pada akhirnya Indonesia lolos dan dapat bertahan dari goncangan krisis waktu itu, ujar mantan Deputi Gubernur Senior di Bank Indonesia.

Mantan Direktur Jenderal Pajak mengatakan rasio utang Indoensia pada tahun 1999/2000 itu diatas 100 persen, seperti halnya negara-negara yang sedang dilanda krisis saat ini.

Pemerintah berusaha keras di antaranya dengan melakukan penghematan dan disiplin tinggi serta melakukan reformasi besar-besaran dalam memperbaiki kondisi perekonomian Negara, tegasnya.

Untungnya Indonesia mempunyai sumber alam dan nilai ekspor Indonesia terus bertambah, sehingga neraca pembayaran Indonesia selalu mengalami suplus.

Di sisi lain, dampak krisis utang di Eropa membuat Indonesia lambat dalam melakukan pembangunan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan dan jembatan, ujar Doktor Ekonomi dari Universitas Paris, Sorbonne, Perancis.

Darmin Nasuition yang pernah menjabat sebagai Dirjen Lembaga keuangan mengatakan bahwa Bank Indonesia adalah tandem dari pemerintah melalui Menteri Keuangan untuk mengelola kebijakan ekonomi makro. Menteri keuangan menangani kebijakan fiskal, sedang bank sentral menangani kebijakan moneter.

Selain itu, Bank Indonesia juga bertugas mengatur sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi perbankan, ujar mantan Ketua Bapepam.

Darmin Nasution juga membahas kondisi terbaru perekonomian di Indonesia khususnya peran serta Bank Indonesia sejak tahun 1999 sebagai otoritas moneter, penanggung jawab, dan pengawas perbankan, termasuk sistem pembayaran ditengah kondisi hubungan internasional yang semakin meningkat.

Sementara di sela-sela makan malam, Dian Kartika Rahajeng, mahasiswi Islamic Finance, Durham University, menyampaikan diskusi tentang peran serta dan ekspektasi Bank Indonesia terhadap perkembangan ekonomi Islam di Indonesia.

Dr. Hartadi A. Sarwono, menjelaskan pentingnya perkembangan bank syariah sebagai salah satu motor penggerak perekonomian di sisi mikro. Selain dukungan dalam bentuk regulasi, Bank Indonesia juga mendukung penuh pelaksanaan ekonomi Islam khususnya di bank-bank maupun institusi syariah.

"Kita masih perlu banyak studi dan penelitian lebih lanjut tentang ekonomi syariah ini," katanya. ***5***
(ZG/
(T.H-ZG/B/A027/A027) 18-10-2011 12:08:51

Tidak ada komentar: