Peringatan Multatuli Year 2020 di Belanda
News ID: 804802
London (ANTARA) - Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti A. Wesaka Puja menghadiri acara Peresmian Monumen Peringatan Multatuli oleh Raja Belanda, Willem-Alexander, merupakan rangkaian awal dari Kegiatan Multatuli Year yang akan diadakan hingga akhir tahun 2020, di De Nieuwe Kerk, Amsterdam pada Selasa ( 17/2) .
Peresmian dilakukan Raja dengan menyingkap kain hijau yang menutupi batu Monumen dan disambut tepukan meriah hadirin. Di atas monumen terukir sepenggal kalimat yang diambil dari novel legendaris karya Multatuli, Max Havelaar “Saya adalah makelar kopi dan saya tinggal di Lauriergracht no.37”.
Dalam kesempatan tersebut, penulis dan jurnalis ternama Belanda, Arnon Grunberg menyampaikan pidato, sementara aktor Thom Hoffman berperan sebagai Multatuli, membacakan kutipan dari ‘Max Havelaar’: “Multatuli tidak ingin menulis dengan baik, namun ingin pemikirannya didengar.”
Edward Douwes Dekker atau lebih dikenal sebagai Multatuli merupakan penulis tersohor Belanda. Ia dikenal sebagai seseorang dengan pemikiran yang lebih maju di zamannya. Multatuli dilahirkan pada 02 Maret 1820 di Amsterdam. Tahun 1856 ia mulai meniti karir sebagai Asisten Residen di Lebak. Multatuli merupakan tokoh yang mempromosikan dan memperjuangkan persamaan hak, dukungan terhadap feminisme dan anti korupsi.
Multatuli Year merupakan kegiatan yang didedikasikan oleh Belanda bagi kontribusi besar Multatuli yang tahun ini tepat berusia 200 tahun. Selain merayakan kelahiran Multatuli, acara bertepatan dengan Perayaan ke-75 Multatuli Society. Komunitas Multatuli Society pada awal Maret akan meluncurkan laman resmi Multatuli online. Wadah digital memuat karya Multatuli dan ditujukan kepada semua orang yang ingin mengenal Multatuli secara lebih dekat.
Selain Multatuli Society, perayaan Multatuli Year juga dilakukan di Museum Multatuli, tempat kelahiran Edward Douwes Dekker, di Amsterdam. Museum menyuguhkan berbagai kegiatan menarik baik untuk pengunjung dewasa hingga anak-anak. Bagi Indonesia , kegiatan ini merupakan momentum yang sangat baik dalam rangka menyemarakkan rencana kunjungan Raja dan Ratu Belanda ke Indonesia pada awal Maret 2020.(ZG)
Peresmian dilakukan Raja dengan menyingkap kain hijau yang menutupi batu Monumen dan disambut tepukan meriah hadirin. Di atas monumen terukir sepenggal kalimat yang diambil dari novel legendaris karya Multatuli, Max Havelaar “Saya adalah makelar kopi dan saya tinggal di Lauriergracht no.37”.
Dalam kesempatan tersebut, penulis dan jurnalis ternama Belanda, Arnon Grunberg menyampaikan pidato, sementara aktor Thom Hoffman berperan sebagai Multatuli, membacakan kutipan dari ‘Max Havelaar’: “Multatuli tidak ingin menulis dengan baik, namun ingin pemikirannya didengar.”
Edward Douwes Dekker atau lebih dikenal sebagai Multatuli merupakan penulis tersohor Belanda. Ia dikenal sebagai seseorang dengan pemikiran yang lebih maju di zamannya. Multatuli dilahirkan pada 02 Maret 1820 di Amsterdam. Tahun 1856 ia mulai meniti karir sebagai Asisten Residen di Lebak. Multatuli merupakan tokoh yang mempromosikan dan memperjuangkan persamaan hak, dukungan terhadap feminisme dan anti korupsi.
Multatuli Year merupakan kegiatan yang didedikasikan oleh Belanda bagi kontribusi besar Multatuli yang tahun ini tepat berusia 200 tahun. Selain merayakan kelahiran Multatuli, acara bertepatan dengan Perayaan ke-75 Multatuli Society. Komunitas Multatuli Society pada awal Maret akan meluncurkan laman resmi Multatuli online. Wadah digital memuat karya Multatuli dan ditujukan kepada semua orang yang ingin mengenal Multatuli secara lebih dekat.
Selain Multatuli Society, perayaan Multatuli Year juga dilakukan di Museum Multatuli, tempat kelahiran Edward Douwes Dekker, di Amsterdam. Museum menyuguhkan berbagai kegiatan menarik baik untuk pengunjung dewasa hingga anak-anak. Bagi Indonesia , kegiatan ini merupakan momentum yang sangat baik dalam rangka menyemarakkan rencana kunjungan Raja dan Ratu Belanda ke Indonesia pada awal Maret 2020.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar