Indonesia bidik niche market produk makanan ke Kanada
News ID: 1356242
London (ANTARA) -
Berbagai upaya untuk meningkatkan perdagangan Indonesia dengan Kanada dilakukan, meskipun masih terdapat sejumlah tantangan dalam menembus pasar Kanada khususnya bagi produk UMKM Indonesia.
Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi, Dubes Inna Krisnamurthi menyampaikan diplomasi ekonomi Indonesia saat ini memasuki tatanan baru tidak hanya difokuskan pada kegiatan promosi tetapi pada hasil.
Hal ini disampaikan pada pembukaan Focus Group Discussion(FDG) diadakan secara daring bertema Peluang dan Tantangan Peningkatan Ekspor Produk UMKM ke Kanada Senin,(24/8).
Pada kesempatan tersebut, Dubes RI untuk Kanada, Abdul Kadir Jailani mengatakan UMKM Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan untuk menembus pasar Kanada antara lain kapasitas dan daya saing, belum adanya Free Trade Agreement (FTA) dengan Kanada, serta pemenuhan regulasi teknis terkait health and safetyproduk makanan dan minuman.
Sementara itu, Konsul Jenderal RI Toronto, Leonard F. Hutabarat pada kesempatan yang sama menyampaikan di tengah-tengah tantangan tersebut terdapat peluang yang besar untuk produk makanan, khususnya produk perikanan dan seafood.
Peluang tersebut perlu dimanfaatkan dengan mempertimbangkan faktor populasi, sentra bisnis/perdagangan maupun potensi niche market di Kanada.
Statistik Kanada menunjukkan, pada periode Januari – Juni, 54% ekspor Indonesia ke Kanada ditujukan ke Wilayah Kerja KJRI Toronto, khususnya Provinsi Ontario. Toronto sebagai ibukota Provinsi Ontario merupakan pusat bisnis dan perekonomian Kanada, kerap disebut New York - nya Kanada.
Menurut catatan IbisWorld, Ontario merupakan salah satu provinsi dengan populasi terbesar dengan jumlah grosir produk perikanan dan seafood terbesar di Kanada. Hal ini menciptakan demand yang besar untuk produk perikanan dan seafood.
Dari sisi revenue, industri perikanan dan seafood di Kanada dalam lima tahun ke depan diperkirakan akan terus tumbuh, memberikan optimisme di kalangan bisnis terhadap profitability yang sustainable.
“Untuk di Provinsi Ontario, niche market yang bisa dibidik antara lain, crab meat dan escargot memiliki konsumen tersendiri di Kanada”, ujar Konjen Leo.
Konjen RI Toronto menggarisbawahi hal-hal yang perlu diperhatikan pelaku usaha Indonesia yang membidik pasar Kanada, termasuk pentingnya sample product dalam negosiasi bisnis. Ibaratnya “No sample no business”, ucap Konjen RI Toronto.
Selain itu, pelaku usaha Indonesia wajib memahami regulasi Kanada terkait sertifikasi (HACCP, BAP, dan Ocean Wise), kemasan dan kualitas produk, labelling (Bahasa Inggris dan Perancis), UPC code, menawarkan competitive price, term of payment, dan kapasitas untuk menjalin deal dengan pengusaha Kanada.
Sebagai dampak pandemi Covid-19, tren penggunaan platform e-commerce di Kanada meningkat secara signifikan. Menyikapi hal ini, Indonesia juga perlu mengoptimalkan penggunaan platform e-commerce untuk menembus pasar Kanada.
Hal ini disampaikan Direktur ITPC Vancouver, Robby Handoko dan Diaspora/Pelaku Bisnis Indonesia di Kanada, David Gunawan. Keduanya saat ini sedang mengkurasi sejumlah produk Indonesia untuk dipasarkan di Amazon, platform e-commerce yang popular digunakan masyarakat Kanada.
Focus Group Discussion (FDG) diadakan Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dimoderatori Zelda Kartika, Direktur Amerika I, Kementerian Luar Negeri dan dihadiri lebih dari 100 orang peserta dari kalangan UMKM.
Hadir sejumlah narasumber lainnya seperti Kepala Pusat P2K2 Amerop Kementerian Luar Negeri, Dr. Ben Perkasa Drajat; Direktur Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Vancouver, Robby Handoko. Selain itu juga diikuti Atase Perdagangan Ottawa, Iffah Sa’iddah, Ketua Komite Indonesia-Kanada KADIN Indonesia, Millie S. Lukito, Diaspora pelaku bisnis di Kanada, David Gunawan, Wakil dari GAPMMI, Handitio Juwono dan Direktur PMPU BPOM, Dewi Prawitasari. (ZG)
Berbagai upaya untuk meningkatkan perdagangan Indonesia dengan Kanada dilakukan, meskipun masih terdapat sejumlah tantangan dalam menembus pasar Kanada khususnya bagi produk UMKM Indonesia.
Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi, Dubes Inna Krisnamurthi menyampaikan diplomasi ekonomi Indonesia saat ini memasuki tatanan baru tidak hanya difokuskan pada kegiatan promosi tetapi pada hasil.
Hal ini disampaikan pada pembukaan Focus Group Discussion(FDG) diadakan secara daring bertema Peluang dan Tantangan Peningkatan Ekspor Produk UMKM ke Kanada Senin,(24/8).
Pada kesempatan tersebut, Dubes RI untuk Kanada, Abdul Kadir Jailani mengatakan UMKM Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan untuk menembus pasar Kanada antara lain kapasitas dan daya saing, belum adanya Free Trade Agreement (FTA) dengan Kanada, serta pemenuhan regulasi teknis terkait health and safetyproduk makanan dan minuman.
Sementara itu, Konsul Jenderal RI Toronto, Leonard F. Hutabarat pada kesempatan yang sama menyampaikan di tengah-tengah tantangan tersebut terdapat peluang yang besar untuk produk makanan, khususnya produk perikanan dan seafood.
Peluang tersebut perlu dimanfaatkan dengan mempertimbangkan faktor populasi, sentra bisnis/perdagangan maupun potensi niche market di Kanada.
Statistik Kanada menunjukkan, pada periode Januari – Juni, 54% ekspor Indonesia ke Kanada ditujukan ke Wilayah Kerja KJRI Toronto, khususnya Provinsi Ontario. Toronto sebagai ibukota Provinsi Ontario merupakan pusat bisnis dan perekonomian Kanada, kerap disebut New York - nya Kanada.
Menurut catatan IbisWorld, Ontario merupakan salah satu provinsi dengan populasi terbesar dengan jumlah grosir produk perikanan dan seafood terbesar di Kanada. Hal ini menciptakan demand yang besar untuk produk perikanan dan seafood.
Dari sisi revenue, industri perikanan dan seafood di Kanada dalam lima tahun ke depan diperkirakan akan terus tumbuh, memberikan optimisme di kalangan bisnis terhadap profitability yang sustainable.
“Untuk di Provinsi Ontario, niche market yang bisa dibidik antara lain, crab meat dan escargot memiliki konsumen tersendiri di Kanada”, ujar Konjen Leo.
Konjen RI Toronto menggarisbawahi hal-hal yang perlu diperhatikan pelaku usaha Indonesia yang membidik pasar Kanada, termasuk pentingnya sample product dalam negosiasi bisnis. Ibaratnya “No sample no business”, ucap Konjen RI Toronto.
Selain itu, pelaku usaha Indonesia wajib memahami regulasi Kanada terkait sertifikasi (HACCP, BAP, dan Ocean Wise), kemasan dan kualitas produk, labelling (Bahasa Inggris dan Perancis), UPC code, menawarkan competitive price, term of payment, dan kapasitas untuk menjalin deal dengan pengusaha Kanada.
Sebagai dampak pandemi Covid-19, tren penggunaan platform e-commerce di Kanada meningkat secara signifikan. Menyikapi hal ini, Indonesia juga perlu mengoptimalkan penggunaan platform e-commerce untuk menembus pasar Kanada.
Hal ini disampaikan Direktur ITPC Vancouver, Robby Handoko dan Diaspora/Pelaku Bisnis Indonesia di Kanada, David Gunawan. Keduanya saat ini sedang mengkurasi sejumlah produk Indonesia untuk dipasarkan di Amazon, platform e-commerce yang popular digunakan masyarakat Kanada.
Focus Group Discussion (FDG) diadakan Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dimoderatori Zelda Kartika, Direktur Amerika I, Kementerian Luar Negeri dan dihadiri lebih dari 100 orang peserta dari kalangan UMKM.
Hadir sejumlah narasumber lainnya seperti Kepala Pusat P2K2 Amerop Kementerian Luar Negeri, Dr. Ben Perkasa Drajat; Direktur Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Vancouver, Robby Handoko. Selain itu juga diikuti Atase Perdagangan Ottawa, Iffah Sa’iddah, Ketua Komite Indonesia-Kanada KADIN Indonesia, Millie S. Lukito, Diaspora pelaku bisnis di Kanada, David Gunawan, Wakil dari GAPMMI, Handitio Juwono dan Direktur PMPU BPOM, Dewi Prawitasari. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar