Aplikasi Batik digital diluncurkan pada HUT RI di Swiss
News ID: 1334862
London (ANTARA) -
Mahasiswa Indonesia yang tengah menuntut ilmu di Università della Svizzera Italiana (USI), Lugano, Swiss bekerja sama dengan UNESCO meluncurkan aplikasi iWareBatik dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI yang ke-75, untuk dokumentasi digital Batik sebagai warisan budaya tak benda.
Digitalisasi batik ini berfungsi membantu pemangku kepentingan baik dari Indonesia dan masyarakat internasional untuk mengidentifikasi berbagai tekstil Batik, filosofis di balik motif batik, asalnya, dan informasi berkaitan dengan produsen batik di daerah seperti kampung atau desa batik serta galeri batik.
Pensosbud KBRI Bern dalam keterangan kepada Antara London, Sabtu menyebutkan iWareBatik diluncurkan dalam bentuk laman iwarebatik.org dan aplikasi ponsel pintar. Tepat pada 17 Agustus, aplikasi iWareBatik bisa diunduh di ponsel tersedia di Android dan iOS.
Koordinator Riset Teknologi Komunikasi iWareBatik untuk Batik Indonesia, Puspita Ayu Permatasari, menyampaikan tidak hanya dimanjakan visual ratusan motif-motif batik Nusantara, aplikasi ini juga menjelaskan proses pembuatan batik secara detil. Mulai dari tahap menggambar pola, pewarnaan, teknis lukis, serta penjemuran kain batik dijelaskan di aplikasi ini.
Dikatakannya filosofi dibalik iWareBatik yaitu “I am aware of Batik”. “Melalui aplikasi ini, kami berharap orang-orang tidak hanya memakai batik (wear) tapi juga memahami (aware) makna batik yang sedang dipakai,” ujarnya.
Puspita saat ini tengah menekuni Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk Warisan Budaya Tak Benda dan Pariwisata sebagai fokus studi S3-nya di USI.
Fitur peta interaktif juga tersedia pada aplikasi ini, sehingga orang-orang dapat mengetahui motif batik yang khas dari masing-masing provinsi di Indonesia. “Harapannya, orang-orang yang berkunjung ke Indonesia, misalnya ke Kalimantan Selatan, Maluku atau provinsi mana saja. bisa mengetahui motif batik khas dari daerah tersebut, sebelum memutuskan untuk membeli batik dijadikan souvenir.”, ujar Puspita.
Melalui proyek ini, setiap orang dapat mengidentifikasi berbagai motif batik dari seluruh provinsi di Nusantara beserta maknanya. Lebih dari seratus motif batik berhasil dirangkum dalam aplikasi dan masih akan diperkaya lagi.
Aplikasi ini juga dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang memungkinkan para pengguna mengetahui motif batik dengan mengambil foto kain batik. Hingga saat ini, aplikasi tersebut mengidentifikasi beberapa motif batik, yaitu merak, kawung, ampiek, parang, dan akan dikembangkan lebih lanjut di masa datang.
Sementara itu Dubes RI di Bern, Muliaman D. Hadad mengatakan proyek ini juga mendapat dukungan penuh dari UNESCO Chair di USI, Prof. Lorenzo Cantoni, yang menyatakan proyek ini sejalan dengan visi, misi, dan nilai-nilai yang dijunjung UNESCO, yaitu penggunaan teknologi yang bijak reservasi budaya.
Dalam hal ini, dokumentasi digital batik dapat lebih menjangkau generasi muda dan meneruskan nilai-nilai leluhur yang terkandung dalam motif batik dimaksud.
Menurut Dubes Muliaman D. Hadad, dalam proses pengembangan aplikasi ini pun, Puspita dan tim USI melakukan konsultasi intens dengan KBRI Bern. “Ide untuk digitalisasi batik ini dapat sejalan dengan peningkatan jumlah wisatawan yang akan datang ke Indonesia untuk membeli dan menggunakan batik”, ujar Dubes Muliaman D. Hadad menambahkan oleh karena itu materi tentang pariwisata Indonesia pun dimasukkan di dalam aplikasi.
Pengembangan teknologi digital iWareBatik bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pariwisata berkelanjutan dan pelestarian properti warisan UNESCO Batik sebagai Situs Warisan Dunia/Warisan Budaya Tak Benda) di Indonesia. Program teknologi digital ini terwujud atas kolaborasi beasiswa LPDP Indonesia, Asosiasi Sobat Budaya, Laboratorium Teknologi USI eLab, Institusi USI UNESCO Chair dalam Teknologi Informasi Komunikasi (TIK).(ZG)
Mahasiswa Indonesia yang tengah menuntut ilmu di Università della Svizzera Italiana (USI), Lugano, Swiss bekerja sama dengan UNESCO meluncurkan aplikasi iWareBatik dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI yang ke-75, untuk dokumentasi digital Batik sebagai warisan budaya tak benda.
Digitalisasi batik ini berfungsi membantu pemangku kepentingan baik dari Indonesia dan masyarakat internasional untuk mengidentifikasi berbagai tekstil Batik, filosofis di balik motif batik, asalnya, dan informasi berkaitan dengan produsen batik di daerah seperti kampung atau desa batik serta galeri batik.
Pensosbud KBRI Bern dalam keterangan kepada Antara London, Sabtu menyebutkan iWareBatik diluncurkan dalam bentuk laman iwarebatik.org dan aplikasi ponsel pintar. Tepat pada 17 Agustus, aplikasi iWareBatik bisa diunduh di ponsel tersedia di Android dan iOS.
Koordinator Riset Teknologi Komunikasi iWareBatik untuk Batik Indonesia, Puspita Ayu Permatasari, menyampaikan tidak hanya dimanjakan visual ratusan motif-motif batik Nusantara, aplikasi ini juga menjelaskan proses pembuatan batik secara detil. Mulai dari tahap menggambar pola, pewarnaan, teknis lukis, serta penjemuran kain batik dijelaskan di aplikasi ini.
Dikatakannya filosofi dibalik iWareBatik yaitu “I am aware of Batik”. “Melalui aplikasi ini, kami berharap orang-orang tidak hanya memakai batik (wear) tapi juga memahami (aware) makna batik yang sedang dipakai,” ujarnya.
Puspita saat ini tengah menekuni Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk Warisan Budaya Tak Benda dan Pariwisata sebagai fokus studi S3-nya di USI.
Fitur peta interaktif juga tersedia pada aplikasi ini, sehingga orang-orang dapat mengetahui motif batik yang khas dari masing-masing provinsi di Indonesia. “Harapannya, orang-orang yang berkunjung ke Indonesia, misalnya ke Kalimantan Selatan, Maluku atau provinsi mana saja. bisa mengetahui motif batik khas dari daerah tersebut, sebelum memutuskan untuk membeli batik dijadikan souvenir.”, ujar Puspita.
Melalui proyek ini, setiap orang dapat mengidentifikasi berbagai motif batik dari seluruh provinsi di Nusantara beserta maknanya. Lebih dari seratus motif batik berhasil dirangkum dalam aplikasi dan masih akan diperkaya lagi.
Aplikasi ini juga dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang memungkinkan para pengguna mengetahui motif batik dengan mengambil foto kain batik. Hingga saat ini, aplikasi tersebut mengidentifikasi beberapa motif batik, yaitu merak, kawung, ampiek, parang, dan akan dikembangkan lebih lanjut di masa datang.
Sementara itu Dubes RI di Bern, Muliaman D. Hadad mengatakan proyek ini juga mendapat dukungan penuh dari UNESCO Chair di USI, Prof. Lorenzo Cantoni, yang menyatakan proyek ini sejalan dengan visi, misi, dan nilai-nilai yang dijunjung UNESCO, yaitu penggunaan teknologi yang bijak reservasi budaya.
Dalam hal ini, dokumentasi digital batik dapat lebih menjangkau generasi muda dan meneruskan nilai-nilai leluhur yang terkandung dalam motif batik dimaksud.
Menurut Dubes Muliaman D. Hadad, dalam proses pengembangan aplikasi ini pun, Puspita dan tim USI melakukan konsultasi intens dengan KBRI Bern. “Ide untuk digitalisasi batik ini dapat sejalan dengan peningkatan jumlah wisatawan yang akan datang ke Indonesia untuk membeli dan menggunakan batik”, ujar Dubes Muliaman D. Hadad menambahkan oleh karena itu materi tentang pariwisata Indonesia pun dimasukkan di dalam aplikasi.
Pengembangan teknologi digital iWareBatik bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pariwisata berkelanjutan dan pelestarian properti warisan UNESCO Batik sebagai Situs Warisan Dunia/Warisan Budaya Tak Benda) di Indonesia. Program teknologi digital ini terwujud atas kolaborasi beasiswa LPDP Indonesia, Asosiasi Sobat Budaya, Laboratorium Teknologi USI eLab, Institusi USI UNESCO Chair dalam Teknologi Informasi Komunikasi (TIK).(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar