Konsosium Ilmuwan RI–UK pererat kerja sama antar Universitas
News ID: 1348526
London (ANTARA) -
Kedutaan besar Indonesia di London bersama Universitas Nottingham, Universitas Coventry, Universitas Warwick, IPB, ITB, dan UGM meluncurkan UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS) di London, Inggris, Jumat (21/8).
Acara digelar secara digital melalui zoom dan Youtube KBRI London hadir Dirjen Dikti, Prof. Ir. Nizam, Ph.D yang menginginkan UKICIS berkontribusi dalam memajukan kerja sama antar universitas dan menghasilkan kegiatan konkrit dalam melayani publik. Turut hadir DCM Kedubes Inggris Robb Fenn, wakil Kedubes Inggris, Newton Fund dan British Council.
Counsellor Pensosbud KBRI London, Hartyo Harkomoyo kepada Antara London, Jumat mengatakan UKICIS bertujuan mempererat kerja sama antar universitas kedua negara dalam menghadapi tantangan global secara konkret, melalui community engagement dan hilirisasi hasil inovasi.
Selain itu UKICIS dapat mendorong kerja sama bilateral yang dituangkan dalam MoU Riset dan Inovasi Indonesia-Inggris ditandatangani 5 Agustus lalu.
Menristek RI/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro, dalam peluncuran UKICIS, menyampaikan inisiatif ini adalah bentuk kemajuan kedekatan kerja sama kedua negara di bidang iptek, inovasi, serta kolaborasi riset global.
Indonesia ingin berkembang dari resource driven economymenuju ke innovation driven economy untuk keluar dari middle income trap. Indonesia mendorong downstreaming output riset atau inovasi nasional menuju komersialisasi yang memerlukan kolaborasi antara sisi akademik dengan sisi industry dan pasar.
Menristek mengharapkan UKICIS dapat mengembangkan dan melibatkan stakeholders lebih luas. “Saya harapkan UKICIS dapat memfasilitasi kerja sama antar institusi riset kedua negara secara lebih luas dan mendorong ilmuwan Indonesia belajar banyak dari expertise serta sistem pendidikan dan sistem industri di Inggris,” ujar Menristek yang bergabung secara virtual dari Indonesia.
Sambutan positif disampaikan Menteri Iptek, Riset dan Inovasi Inggris, Amanda Solloway, MP, menyatakan peluncuran UKICIS ini merupakan salah satu capaian hubungan bilateral kedua negara, membangun ikatan ekonomi dan budaya yang lebih erat.
Ia berharap UKICIS dapat mendorong riset diantaranya melalui Newton Fund dan memajukan kolaborasi ilmuawan dalam penanggulangan bencana, pandemik dan bidang menjadi tantangan bersama.
Sementara itu, Kuasa Usaha Ad Interim KBRI London Adam M. Tugio, menyampaikan momentum pembentukan UKICIS sangat tepat. Pertama, sebagai kontrubusi ilmuwan dalam penanganan dampak disrupsi COVID-19 terhadap aspek ekonomi dan sosial memerlukan kerja sama internasional.
Kedua, UKICIS memberikan platform bagi ilmuwan, perguruan tinggi dan pusat riset meningkatkan kolaborasi, sebagai implementasi MoU Riset dan Inovasi Indonesia-Inggris. Ketiga, menjembatani akademik dengan implementasi di masyarakat melalui program public outreach.
“Peluncuran UKICIS sekaligus hadiah diaspora ilmuwan Indonesia bagi Ibu Pertiwi dalam merayakan HUT ke-17 Kemerdekaan,” kata Adam dalam sambutan peluncuran UKICIS, seraya menegaskan pentingnya memperluas partisipasi ilmuwan dan pergururan tinggi yang lebih luas.
Para Rektor dan Wakil Rektor dari enam perguruan tinggi pendiri UKICIS juga hadir dan menyampaikan komitmen melakukan langkah nyata pasca peluncuran UKICIS.
Hadir dalam acara Rektor IPB Prof. Arif Satria, Rektor Universitas Warwick Prof. Christine Ennew, Wakil Rektor Universitas Coventry Prof. Guy Daly, Rektor UGM Prof. Panut Mulyono, Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah dan Wakil Rektor Universitas Nottingham Prof. Robert Mokaya.
Peluncuran UKICIS ini tidak terlepas dari peran diaspora ilmuwan Indonesia yang aktif berkontribusi dalam diplomasi, Mereka adalah DR. Bagus Muljadi (Universitas Nottingham), DR. Berry Juliandi (IPB), DR. Irwanda Laory (Universitas Warwick), Made Andi Arsana, Ph.D (UGM), Prof. Benny Tjahyono (Universitas Coventry) dan DR. Rino Mukti (ITB).
UKICIS mengambil logo terinspirasi bunga Rafflesia Arnoldi. Maknanya sebagai rasa kepemilikan bersama antar sesama warga Indonesia, berkontribusi kembali kepada komunitas dan Ibu Pertiwi.(ZG)
Kedutaan besar Indonesia di London bersama Universitas Nottingham, Universitas Coventry, Universitas Warwick, IPB, ITB, dan UGM meluncurkan UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS) di London, Inggris, Jumat (21/8).
Acara digelar secara digital melalui zoom dan Youtube KBRI London hadir Dirjen Dikti, Prof. Ir. Nizam, Ph.D yang menginginkan UKICIS berkontribusi dalam memajukan kerja sama antar universitas dan menghasilkan kegiatan konkrit dalam melayani publik. Turut hadir DCM Kedubes Inggris Robb Fenn, wakil Kedubes Inggris, Newton Fund dan British Council.
Counsellor Pensosbud KBRI London, Hartyo Harkomoyo kepada Antara London, Jumat mengatakan UKICIS bertujuan mempererat kerja sama antar universitas kedua negara dalam menghadapi tantangan global secara konkret, melalui community engagement dan hilirisasi hasil inovasi.
Selain itu UKICIS dapat mendorong kerja sama bilateral yang dituangkan dalam MoU Riset dan Inovasi Indonesia-Inggris ditandatangani 5 Agustus lalu.
Menristek RI/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro, dalam peluncuran UKICIS, menyampaikan inisiatif ini adalah bentuk kemajuan kedekatan kerja sama kedua negara di bidang iptek, inovasi, serta kolaborasi riset global.
Indonesia ingin berkembang dari resource driven economymenuju ke innovation driven economy untuk keluar dari middle income trap. Indonesia mendorong downstreaming output riset atau inovasi nasional menuju komersialisasi yang memerlukan kolaborasi antara sisi akademik dengan sisi industry dan pasar.
Menristek mengharapkan UKICIS dapat mengembangkan dan melibatkan stakeholders lebih luas. “Saya harapkan UKICIS dapat memfasilitasi kerja sama antar institusi riset kedua negara secara lebih luas dan mendorong ilmuwan Indonesia belajar banyak dari expertise serta sistem pendidikan dan sistem industri di Inggris,” ujar Menristek yang bergabung secara virtual dari Indonesia.
Sambutan positif disampaikan Menteri Iptek, Riset dan Inovasi Inggris, Amanda Solloway, MP, menyatakan peluncuran UKICIS ini merupakan salah satu capaian hubungan bilateral kedua negara, membangun ikatan ekonomi dan budaya yang lebih erat.
Ia berharap UKICIS dapat mendorong riset diantaranya melalui Newton Fund dan memajukan kolaborasi ilmuawan dalam penanggulangan bencana, pandemik dan bidang menjadi tantangan bersama.
Sementara itu, Kuasa Usaha Ad Interim KBRI London Adam M. Tugio, menyampaikan momentum pembentukan UKICIS sangat tepat. Pertama, sebagai kontrubusi ilmuwan dalam penanganan dampak disrupsi COVID-19 terhadap aspek ekonomi dan sosial memerlukan kerja sama internasional.
Kedua, UKICIS memberikan platform bagi ilmuwan, perguruan tinggi dan pusat riset meningkatkan kolaborasi, sebagai implementasi MoU Riset dan Inovasi Indonesia-Inggris. Ketiga, menjembatani akademik dengan implementasi di masyarakat melalui program public outreach.
“Peluncuran UKICIS sekaligus hadiah diaspora ilmuwan Indonesia bagi Ibu Pertiwi dalam merayakan HUT ke-17 Kemerdekaan,” kata Adam dalam sambutan peluncuran UKICIS, seraya menegaskan pentingnya memperluas partisipasi ilmuwan dan pergururan tinggi yang lebih luas.
Para Rektor dan Wakil Rektor dari enam perguruan tinggi pendiri UKICIS juga hadir dan menyampaikan komitmen melakukan langkah nyata pasca peluncuran UKICIS.
Hadir dalam acara Rektor IPB Prof. Arif Satria, Rektor Universitas Warwick Prof. Christine Ennew, Wakil Rektor Universitas Coventry Prof. Guy Daly, Rektor UGM Prof. Panut Mulyono, Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah dan Wakil Rektor Universitas Nottingham Prof. Robert Mokaya.
Peluncuran UKICIS ini tidak terlepas dari peran diaspora ilmuwan Indonesia yang aktif berkontribusi dalam diplomasi, Mereka adalah DR. Bagus Muljadi (Universitas Nottingham), DR. Berry Juliandi (IPB), DR. Irwanda Laory (Universitas Warwick), Made Andi Arsana, Ph.D (UGM), Prof. Benny Tjahyono (Universitas Coventry) dan DR. Rino Mukti (ITB).
UKICIS mengambil logo terinspirasi bunga Rafflesia Arnoldi. Maknanya sebagai rasa kepemilikan bersama antar sesama warga Indonesia, berkontribusi kembali kepada komunitas dan Ibu Pertiwi.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar