Indonesia berkontribusi dalam pelatihan iman di Eropa
News ID: 1646728
London (ANTARA) -
Indonesia dengan populasi muslim terbesar di dunia dikenal sebagai “wasatiah” yaitu Islam jalan tengah dipandang sebagai salah satu inspirasi dan menjadi model pengembangan Islam di Jerman dan Eropa.
Hal itu diungkapkan Direktur Politik Luar Negeri Bidang Keagamaan, Kementerian Luar Negeri Jerman, Dubes Volker Berresheim pada seminar diadakan di Frankfurt, Senin (7/12).
Pembahasan mengenai pelatihan para Imam menjadi topik utama dalam seminar yang digelar Akademie für Islam in Wissenschaft und Gesellschaft (AIWG), salah satu akademi Islam di Goethe-Unifersity Frankfurt, Jerman, demikian Pensosbud KBRI Berlin Hannan Hadi kepada Antara London, Rabu.
Seminar secara virtual itu bertajuk: Building bridges between State and Muslim communities: Domestic training of Muslim religious professionals in Europe and North America as a common issue.
Dubes Volker Berresheim mengatakan praktik yang berkembang di Indonesia menjadi referensi model dalam penyusunan kurikulum pelatihan Imam di Eropa, termasuk Jerman.
“Kita patut belajar dari Indonesia, bagaimana agama Islam dikembangkan dan diajarkan di berbagai jenjang pendidikan,” ujarnya.
Seminar dengan pembicara dari kelompok akademisi beberapa universitas di Eropa, antara lain Perancis, Denmark dan Belanda. Selain tokoh institusi yang mengadakan pelatihan bagi Imam di Eropa, di antaranya Schura berlokasi di Hamburg, Jerman, dan Al Ghazali Institute di Perancis.
Satu-satunya pembicara di luar Eropa Prof. Dr. Azyumardi Azra, yang diminta Kemlu Jerman memberikan masukan dalam program pelatihan bagi Imam di Eropa.
Dalam kesempatan itu, Prof Azra juga menceritakan pengalamannya dalam menyusun kurikulum Studi Islam di Leuven University, salah satu Universitas Katolik di Belgia.
Dikatakan kontribusinya itu diinisiasi Dubes Arif Havas Oegroseno saat menjabat Dubes RI di Brusel yang saat ini nenjadi Dubes di Berlin yang hadir pada seminar AIWG.
Indonesia dengan populasi muslim terbesar di dunia dikenal sebagai “wasatiah” yaitu Islam jalan tengah dipandang sebagai salah satu inspirasi dan menjadi model pengembangan Islam di Jerman dan Eropa.
Hal itu diungkapkan Direktur Politik Luar Negeri Bidang Keagamaan, Kementerian Luar Negeri Jerman, Dubes Volker Berresheim pada seminar diadakan di Frankfurt, Senin (7/12).
Pembahasan mengenai pelatihan para Imam menjadi topik utama dalam seminar yang digelar Akademie für Islam in Wissenschaft und Gesellschaft (AIWG), salah satu akademi Islam di Goethe-Unifersity Frankfurt, Jerman, demikian Pensosbud KBRI Berlin Hannan Hadi kepada Antara London, Rabu.
Seminar secara virtual itu bertajuk: Building bridges between State and Muslim communities: Domestic training of Muslim religious professionals in Europe and North America as a common issue.
Dubes Volker Berresheim mengatakan praktik yang berkembang di Indonesia menjadi referensi model dalam penyusunan kurikulum pelatihan Imam di Eropa, termasuk Jerman.
“Kita patut belajar dari Indonesia, bagaimana agama Islam dikembangkan dan diajarkan di berbagai jenjang pendidikan,” ujarnya.
Seminar dengan pembicara dari kelompok akademisi beberapa universitas di Eropa, antara lain Perancis, Denmark dan Belanda. Selain tokoh institusi yang mengadakan pelatihan bagi Imam di Eropa, di antaranya Schura berlokasi di Hamburg, Jerman, dan Al Ghazali Institute di Perancis.
Satu-satunya pembicara di luar Eropa Prof. Dr. Azyumardi Azra, yang diminta Kemlu Jerman memberikan masukan dalam program pelatihan bagi Imam di Eropa.
Dalam kesempatan itu, Prof Azra juga menceritakan pengalamannya dalam menyusun kurikulum Studi Islam di Leuven University, salah satu Universitas Katolik di Belgia.
Dikatakan kontribusinya itu diinisiasi Dubes Arif Havas Oegroseno saat menjabat Dubes RI di Brusel yang saat ini nenjadi Dubes di Berlin yang hadir pada seminar AIWG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar