DINO JELASKAN PERKEMBANGAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA DEMOKRASI
London, 1/2 (ANTARA) - Duta besar RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal menjelaskan mengenai perkembangan Indonesia sebagai negara demokrasi di hadapan sekitar seratus mahasiswa dan pejabat Kedutaan Besar RI London.
Dino Patti Djalal menjelaskan hal itu dalam diskusi yang berjudul "8 Things You Need to Know to Survive the 21st Century: A View from Indonesia," yang digelar London School of Economic (LSE) IDEAS London di ruang kuliah lantai enam Clemen House, London, Senin (31/1) malam waktu setempat.
Dalam diskusi yang dipandu Tan Sri Dr Munir Majid, Kepala Program Asia Tenggara dan senior Visiting Fellow di LSE IDEAS itu hadir sekitar 100 peserta dari berbagai kalangan, baik dari mahasiswa LSE maupun anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Inggris Raya serta sejumlah pejabat KBRI London.
Dalam kesempatan itu, Dino menceritakan perkembangan yang terjadi di Indonesia yang merupakan negara demokrasi terbesar di dunia serta masuknya Indonesia dalam kelompok negara G-20 bersama negara besar lainnya.
Mantan Juru bicara juru bicara Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono yang meraih gelar doktor bidang hubungan internasional di London School for Economic and Political Science, Inggris, itu juga mengatakan, untuk bisa bertahan dalam menghadapi tantangan di abad ke-21, orang harus memiliki keahlian dan kepintaran dan generasi saat diakui merupakan generasi terbaik dan sangat potensial.
Secara rinci Dino Patti Djalal mengatakan, hal pertama yang perlu diketahui oleh masyarakat untuk bisa bertahan di abad 21 adalah bahwa saat ini merupakan abad yang paling progresif dalam sejarah hidup manusia.
Kedua, peta geopolitik dunia tidak akan berubah banyak, namun kemitraan akan menjadi lebih menonjol daripada sistem aliansi, ujar mantan Direktur Urusan Amerika Utara dan Tengah di Departemen Luar Negeri (sekarang Kementerian Luar Negeri.red) Republik Indonesia.
"Ketiga, adalah bangsa yang kuat dan terbaik akan merupakan bangsa yang paling mudah beradaptasi," ujar putra Hasyim Djalal, diplomat Indonesia yang cukup terkenal hingga mancanegara.
Menurut pria kelahiran Beograd, Yugoslavia, 10 September 1965, yang keempat adalah pemerintahan abad ke-21 adalah pemerintahan yang akan mengubah dunia.
Kelima adalah "the age of the individual", di mana individu yang memiliki ketrampilan, kepandaian, dialah yang bisa bertahan, ujar Dino yang meraih gelar Master di Universitas Simon Frazer, Kanada.
Sedangkan yang keenam, katanya, adalah teknologi yang akan menjadi pendorong utama perubahan misalnya ia memberi contoh dengan kehadiran Blackberry, yang disebutnya menjadi istri keduanya, iPad dan temuan teknologi lainnya.
"Ketujuh adalah globalisasi yang memberikan kecerdasan kepada menerimanya, dan kedelapan kita adalah generasi dengan potensial yang terbaik," katanya.
Sementara itu panitia diskusi, Ian Wirajuda mengatakan bahwa ia merasa bangga Dubes Dino Patti Djalal yang merupakan almamater LSE dapat memberikan pandangannya di hadapan para dosen dan mahasiswa .
"Bangga ada alumni LSE dari Indonesia yang menjadi dubes di Amerika Serikat, dan datang ke kampus untuk menyampaikan pandangan-pandangannya mengenai terhadap perkembangan dunia dan Indonesia," ujar putra mantan Menlu Hassan Wirajuda itu.
Dikatakannya kehadiran Dubes Dino Patti Djalal, tidak saja berguna untuk mahasiswa Indonesia yang cukup banyak belajar di LSE tetapi juga dari mahasiswa Inggris dari negara lainnya mampu melihat dirinya.
Hal ini bisa menjadi bekal dalam memasuki abad ke-21, ujar Ian Wirajuda.
Kehadiran Dubes Dino Patti Djalal yang usai mendampingi Presiden SBY di Davos, Swiss, diadakan atas kerja sama KBRI London, PPI UK dan PPI London.
Acara yang berlangsung di saat Kota London sedang musim dingin itu diwarnai dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan oleh para mahasiswa berbagai negara.
(ZG)
(T.H-ZG/B/A041/A041) 01-02-2011 09:08:48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar