KBRI MAROKO SOSIALISASIKAN PERKEMBANGAN DI TIMUR TENGAH
London, 16/2 (ANTARA) - KBRI Maroko menyelenggarakan sosialisasi prosedur dan langkah penanganan Warga Negara Indonesia dalam rangka mengantisipasi perkembangan situasi di Timur Tengah.
Sosialisasi dibuka Dubes RI Maroko, Tosari Widjaja, yang menyampaikan secara singkat mengenai perkembangan politik yang terjadi di Timur Tengah, demikian Sekretaris III/ Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Maroko Rahmat Azhari dalam keterangan pers yang diterima ANTARA London, Rabu.
Tosari Widjaja mengatakan sosialisasi perlu dilaksanakan agar warga Indonesia berhati-hati dan mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan jika situasi keamanan mulai tidak kondusif.
Dubes mengatakan, kegiatan tersebut dilatarbelakangi meluasnya gejolak politik dan keamanan yang terjadi di kawasan Timur Tengah dan Maghribi dimulai di Tunis, Mesir, Yaman yang kemungkinan dapat merebak ke negara lain termasuk Maroko.
Sosialisasi tersebut merupakan langkah antisipastif dalam melindungi warga Indonesia, ujar mantan Wakil Ketua DPR dan anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PPP itu.
KBRI terus memonitor perkembangan situasi politik dan keamanan di Timur Tengah dan pengaruhnya terhadap kemungkinan keadaan yang tidak kondusif bagi Maroko dan menghimbau kepada WNI untuk terus mewaspadainya.
Namun demikian KBRI mencatat keberhasilan pembangunan, khususnya kesejahteraan rakyat yang dilakukan oleh pemerintah Maroko dalam lima tahun terakhir dapat menekan kemungkinan riak kelompok masyarakat anti pemerintah.
Kegiatan dilaksanakan di Ruang Serbaguna KBRI dihadiri seluruh staf KBRI dan masyarakat Indonesia lainnya di Maroko yang sebagian besar adalah para mahasiswa.
Materi sosialisasi disampaikan Pensosbud/Konsuler dan Staf KBRI yang dalam paparannya menyampaikan secara garis besar mengenai perkembangan yang terjadi di kawasan Timur Tengah dan implikasinya terhadap Maroko.
Sedangkan mengenai langkah-langkah yang perlu diperhatikan para warga Indonesia, antara lain, menjauhi aktivitas kerumunan demonstrasi, tidak keluar dari rumah pada malam hari.
Selain itu, meminta perlindungan kepada aparat keamanan, selalu membawa identitas diri dan melakukan koordinasi dengan KBRI.
Selanjutnya disampaikan apabila keadaan mulai membahayakan dan memanas, KBRI siap mendirikan posko siaga dan melakukan penjemputan dan penampungan warga Indonesia yang berada di luar kota dan tempat-tempat yang dianggap rawan.
Menurut data terakhir jumlah warga Indonesia di Maroko tercatat sebanyak 207 orang yang terdiri dari staf KBRI, pekerja dan sebagian besar adalah mahasiswa. (ZG)
(T.H-ZG/C/S023/S023) 16-02-2011 12:21:54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar