OPERA KONTEMPORER OPERA JAWA HIPNOTIS MASYARAKAT PERANCIS
Paris, 20/3 (ANTARA) - Penampilan opera kontemporer yang diinspirasikan dari Sandratari Ramayana berhasil menghipnotis sekitar 600 penonton yang memenuhi gedung Theatre Claude Levi-Strauss, Museum Musee du quai Branly, Paris, Jumat malam.
Opera kontemporer adaptasi dari film Opera Jawa, yang diproduksi Tropentheater itu disutradarai Garin Nugroho dengan iringan gamelan pimpinan Rahayu Supangga berlangsung selama dua jam tanpa jedah.
"It's Wonderful," ujar musisi Perancis Pascale Thuillier yang mengakui bahwa sendratari Opera Jawa jauh lebih hidup ketimbang film nya. "Saya sudah tiga kali menyaksikan film tapi sandratari ini jauh lebih baik," ujarnya.
Menurut Pascale Thuillier, tokoh utama dalam sendratari opera kontemporer Opera Jawa , karakter Sita yang diperankan Dwi Nurul sangat kuat dan berani.
Sendratari Opera Jawa yang diperankan penari kawakan Eko Supriyanto yang menjadi Rahwana dan Dwi Nurul Hidayah sebagai Sita dan Heru Purwanto sebagai Rama selama dua jam berhasil menghipnotis masyarakat Perancis.
Sementara itu Co director untuk Festival Paris Summer Arts Festival (Quartier d'Ete), Carole Fierz, mengatakan bahwa penampilan Opera Jawa merupakan suatu karya seni yang sangat indah.
"It's wonderful work," ujar Carole menambahkan bahwa dalam opera kontemporer itu banyak ide yang brilian seperti adanya selingan dengan penampilan Rahwana dengan gaya Michel Jackson dengan topi dan celana ketat hitam.
Menurut Carole, ia sangat menikmati penampilan Opera Jawa yang diakuinya sangat fantastis, dan memperkenalkan cuplikan Ramayana gaya baru.
"Saya pernah menyaksikan pertunjukan Ramayana di Bali 20 tahun lalu dengan gaya klasik dan hanya saja penampilan kali ini penuh dengan kejutan dan juga lucu dan juga suara penyanyi dan sinden," katanya.
Carole yang akrab berbincang bincang dengan para pemain itu berharap suatu saat juga bisa menampilkan seniman Indonesia dalam festival musim panas Festival Paris Summer Arts Festival (Quartier d'Ete), yang akan berlangsung di panggung terbuka selama musim panas.
"Sayangnya tahun ini saya tidak bisa mengajak seniman Indonesia dan saya harap tahun depan, karena wantunya juga sudah mepet," ujar Carole lagi.
Delapan kali pertunjukkan
Sendratari Opera Jawa yang tampil dalam delapan kali pertunjukan di gedung theatre yang tidak jauh dari Eiffel, Paris, selama tiga malam berturut-turut dan selalu penuh oleh penonton yang sebagian besar masyarakat Perancis.
Menurut Sekretaris Tiga KBRI Paris Gita Loka Murti kepada koresponden Antara London, biasanya dalam pertunjukan kesenian selalu ada masa jedah, namun dalam opera Jawa sepertinya masyarakat Paris terhipnotis oleh penampilan para penari.
Sementara itu Opera Jawa Garin Nugroho mengatakan bahwa penampilan sendratari opera Jawa merupakan yang ketiga kalinya sebelumnya di Amsterdam dan di kota Zurich.
Menurut Garin, penampilan kebudayaan seperti Opera Jawa sebagai suatu kesenian tidak memiliki batas dan merupakan suatu ekspresi yang dapat diterima oleh negara manapun.
Kesenian Indonesia yang sangat dihargai oleh bangsa asing khususnya di Paris dapat menjadi juru bicara suatu negara, ujar Garin Nugroho yang film Opera Jawa berhasil meraih berbagai penghargaan.
Mengenai kisah dalam Ramayana, Garin Nugroho, membuat kedua tokoh pria yaitu Rahwana dan Rama meninggal dunia itu diakuinya interpretasi bisa berbeda beda, semua bisa posesif dan ekstrim.
"Saat ini dunia kan seperti itu dalam memperebutkan sesuatu kan seperti itu," ujar Garin yang ditemui koresponden Antara usai penampilan di hari ketiga. Mempertahankan dan memperebutkan merupakan ciri dunia saat ini.
Sementara itu Eko Supriyanto mengakui bahwa ia merasa bangga bisa Ikut dalam penampilan opera kontemporer karya Garin Nugroho dan juga sebagai seniman tampil di tempat bergengsi di gedung theatre di Paris merupakan suatu kebanggaan tersendiri.
Eko yang pernah tampil dalam "Drowned World Tour"-nya penyanyi pop Madona itu, mengatakan sambutan penonton yang sangat besar membuat ia sebagai bangsa Indonesia merasa bangga apalagi bekerja dengan seniman Rahayu Supanggah yang terkenal di Paris.
"Para penari sudah bekerja keras dan sangat luar biasa serta dedikasi yang tinggi," ujar Eko yang terus terang sangat menghargai dan apresiasi dengan sambutan penonton yang sangat besar.
Menurut Eko, sayangnya karya seperti ini belum mendapat penghargaan dari bangsa sendiri. Diakuinya seorang seniman juga harus bisa berbuat dan konsisten dengan pekerjaannya.
Dalam rangkaian acara yang diadakan Museum Musee du Quai Branly, selain penampilan opera kontemporer "Opera Jawa" juga digelar berbagai kegiatan seperti gamelan kontemporer, wayang kulit dan tembang Sunda dan puisi Jawa yang berlangsung hingga 27 Maret mendatang.
(T.ZG/b)
(T.H-ZG/B/F001/F001) 20-03-2011 14:57:06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar