PEMUDA INTERNASIONAL DUKUNG TORAJA SEBAGAI WARISAN BUDAYA
London, 9/12 (ANTARA) -Pertemuan pemuda internasional 2011 tentang MDGs and Cultural Heritage Preservation yang digelar IYF Committee bersama Komunitas Pemuda Toraja didukung Youth Desk-Indonesian National Commission for UNESCO mendukung Toraja agar diakui sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO.
Koordinator Youth Desk Indonesian National Commission for UNESCO k, Edwin Leo Mokodompit epada ANTARA London , Jumat mengatakan pertemuan enam hari yang dihadiri 104 orang perwakilan pemuda yang berasal dari 11 negara, diantaranya Indonesia, Amerika Serikat, Bangladeshh, Hongaria, Madagaskar, Malaysia, Nigeria, Polandia, Sudan, Suriname dan Timor Leste.
Edwin Leo Mokodompit mengatakan dalam pertemuan tersebut dibahas peran pemuda dalam mendukung pencapaian MDGs serta peran serta dalam melestarikan budaya dengan tema "Youth Action Drive Change with Local Wisdom".
Ia mengatakan pertemuan sejalan dengan tema UNESCO Youth Forum tahun ini, yang disesuaikan dengan nilai kearifan lokal dan dianggap penting dan menjadi landasan setiap gerakan pemuda menuju perubahan ke arah yang lebih baik, termasuk untuk isu MDGs dan Preserving Cultural Heritage.
Persahabatan pemuda
Dalam pertemuan itu, tokoh Komunitas Pemuda Toraja, Kristian Lambe mengemukakan kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menjalin persahabatan antarpemuda, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.
Diharapkan para peserta bersama-sama berbagi ilmu dan pengalaman atas dua agenda pembahasan di forum ini, lalu merumuskan rekomendasi dan rencana aksi nyata bersama untuk masa depan yang lebih baik, ujar tokoh muda yang juga merupakan anggota DPRD Tana Toraja itu.
Pembicara dalam pertemuan itu antara lain Yunus Arbi, dari Direktorat Tinggalan Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Stanislaus Sandarupa yang merupakan pakar sejarah dan budaya Toraja, serta Jasmine Sagita dari UNESCO Youth Desk .
Seorang penyanyi muda, Leo mengatakan bahwa dalam pertemuan itu juga digelar sesi best practices yang dipandu Ismi Novie dari Indonesian International Work Camp dan Roy Lim dari Kencana Pradipta Universitas Indonesia.
Selain sesi presentasi, para peserta juga diajak untuk mengenal dan menikmati keindahan alam, kehidupan masyarakat serta kekayaan budaya Toraja.
Beberapa situs yang dikunjungi antara lain kompleks pemakaman Londa, Lemo, Kambira dan Suaya yang merupakan tempat pemakaman para raja.
"Menyenangkan sekali karena kami juga berkesempatan melihat prosesi kematian (rambu solo) dan upacara peresmian tongkonan (rambu tuka). Sungguh Toraja adalah daerah yang kaya nilai budaya, sangat eksotis," ungkap Patrick Van Leeuwaende, peserta yang berasal dari Suriname.
Merda Mangajun selaku steering committee kegiatan mengakui para peserta mengungkapkan kekaguman dengan kompleks rumah tongkonan di kete-kesu serta kesempatan berharga untuk mempelajari tarian tradisional Tana Toraja, yaitu Pa'gellu dan Pa'tirre yang dilatih langsung pencipta tariannya B.P. Matande.
Kegiatan yang berlangsung enam hari ini kemudian menghasilkan rekomendasi pemuda atas pencapaian MDGs tahun 2015, antara lain mendesak pemerintah untuk menempatkan lebih banyak komitmen.
Memastikan tercapainya pendidikan gratis sampai tingkat dasar, dan mendesak pemerintah untuk menegakkan hukum dan memperkuat kerja sama antara negara-negara melawan perdagangan manusia.
Seluruh peserta IYF 2011 mendukung Toraja sebagai salah satu Warisan Dunia UNESCO.
Arif Supam Wijaya selaku IYF Steering Committee mengatakan para peserta menunjukkan dukungan penuhnya kepada Toraja untuk segera diajukan kembali sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO.
"Hal ini merupakan hal yang sangat menarik mengingat rekomendasi ini diajukan berdasarkan pengalaman yang dirasakan langsung oleh peserta selama mengikuti kegiatan ini," katanya. ***6***
(ZG)/c/a011
(T.H-ZG/C/A011/A011) 09-12-2011 18:01:34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar