Oleh Zeynita Gibbons
London, 2/11(Antara) - Duta Besar RI untuk Britania Raya dan Irlandia Utara Teuku Mohammad Hamzah Thayeb mendukung program 1.000 doktor yang dicanangkan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis).
Hal itu berkaitan dengan kehadiran Tim Diktis di Inggris yang menjajaki kerja sama dengan beberapa universitas, kata dosen senior STEI Tazkia yang juga penerima beasiswa Diktis, Kementerian Agama RI Murniati Mukhlisin kepada Antara London, Minggu.
Kepala Seksi Penjaminan Mutu Lembaga Diktis Mizan Sya'roni mengatakan bahwa Dubes Hamzah Thayeb menyatakan dukungannya terhadap program Diktis di Inggris. Dalam hal ini, Atase Pendidikan dan Kebudayaan siap membantu memperlancar proses kerja sama yang sedang dijajaki.
Dubes mengatakan hal itu seiring dengan tugas yang diemban perwakilan kenegaraan Republik Indonesia, yaitu salah satunya memfasilitasi proses kerja sama RI dan Inggris demi mendukung pengayaan SDM untuk membangun Indonesia.
Mizan Sya'roni sejak minggu lalu mengunjungi berbagai universitas di Inggris, di antaranya University of Glasgow, Huddersfield University, University of Manchester, University of Sheffield, The Markfield Institute of Higher Education, dan University of College London.
Ia mengatakan bahwa saat ini 12 mahasiswa penerima beasiswa Diktis sedang menjalankan studi lanjut S-2 dan S-3 di bidang ekonomi, hukum, dan pendidikan di berbagai universitas.
Dalam kunjungannya, telah ditandatangani nota kesepahaman di Huddersfield University, sedangkan universitas lain melakukan finalisasi isi kesepakatan mencakup pengiriman dosen PTAI untuk studi lanjut, riset bersama, dual degree, Indonesian corner, Post Doc, pertukaran mahasiswa dan dosen, serta kursus singkat.
Menurut Mizan Sya'roni, pada dasarnya kerja sama ini adalah sebagai jembatan bagi universitas, institut maupun sekolah tinggi Islam negeri dan swasta yang berada dalam pembinaan Kementerian Agama RI yang berjumlah 654 instansi.
"Kendala yang kami hadapi adalah kurangnya kesiapan dosen PTAI yang berpartisipasi dalam program 1.000 doktor ini," kata Mizan Sya'roni.
Hal itu, kata Mizan, terkait dengan kesiapan dosen meninggalkan komitmen di Indonesia selama masa studi, minimnya kemampuan bahasa Inggris, dan sulitnya mendapatkan pembimbing yang sesuai di universitas yang dituju.
***3***
D.Dj. Kliwantoro
(T.H-ZG/C/D. Kliwantoro/D. Kliwantoro) 02-11-2014 09:02:17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar