Senin, 10 Oktober 2016

BAHASA

PAKAR: PEMUDA KURANG BANGGA TERHADAP BAHASA INDONESIA
          Zeynita Gibbons

  London, 9/10 (Antara) -Gejala melunturnya penggunaan Bahasa Indonesia dikalangan generasi disebabkan rendahnya sikap positif para penutur bahasa nasional, yang sampai sejauh tertentu menggambarkan kurang bangganya mereka terhadap hal itu,
  Hal itu terungkap dalam Diskusi Bahasa Indonesia, yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Indonesia Kontemporer (IKON) yang diadakan di Kampus School of Oriental and African Studies (SOAS) University of London London, Sabtu.            
  Dalam diskusi yang menampilkan pembicara dosen senior Kajian Indonesia dan Melayu SOAS, Univerity of London, Dr Ben Murtagh dan  Pemilik Sekolah dan Penguji Bahasa Indonesia, Cambridge International Exam, Geoff Roberts serta Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London, Prof. E. Aminudin Aziz yang juga guru besar Linguistik.
       Moderator diskusi ini adalah Hana A Satriyo mendapat perhatian para peserta dari berbagai kalangan dan juga akademisi.
       Sebelum diskusi dalam acara IKON yang diadakan untuk keenam kalinya kerja sama  KBRI di London dan SOAS dengan Indonesian Art within the UK's Cultural Diversity (ARTi UK) itu ditampilkan telewicara dari sastrawan dan mantan pemimpin Redaksi Tempo, Gunawan Mohammad  pandangannya tentang gejala pelunturan Bahasa Indonesia.
        Dalam paparannya, Aminudin Aziz membahas lebih lanjut mengenai isu "Pemertahanan Bahasa Indonesia di Kalangan Generasi Muda" dan realitas kekinian pengunaan Bahasa Indonesia baik di media massa dan di lingkungan masyarakat awam.
   
Iklan
   Menurut Aminudin Aziz, dari survai yang dilakukannya dari judul mata acara di televisi selama sepekan September- Oktober tahun 2013 lalu mata acara lokal dengan judul berbahasa asing mencapai 80 judul.

       Begitupun banyaknya iklan di pinggir jalan yang mengunakan bahasa asing seperti pada iklan "Join now," "Good Choice" Believe to me", iklan pada pemilihan anggota dewan, seperti "The next Major," kota Bekasi atau kata Sunday Bazaar, "kita bukan berada di Oxford Street," kata Aminudin Aziz, yang kadang penulisan bahasa Inggria nya pun salah.
        Hal yang sama juga disampaikan Dr. Ben Murtagh yang membahas banyaknya pengunaan kata asing khususnya bahasa Inggris pada buku atau novel terbitan Indonesia.
       Seharusnya banyak padanan kata yang dapat digunakan, ujarnya. Namun mau tidak mau bahasa itu berkembang dan saling mempengaruhi seperti dalam konsep Lingua Franca plus seperti yang diungkapkan oleh Gunawan Muhamad.
        Sementara Pemilik Sekolah dan Penguji Bahasa Indonesia, Cambridge International Exam, Geoff Roberts mengakui gejala pelunturan Bahasa Indonesia tidak bisa dibendung tetapi kalau ada padanan kenapa tidak dipakai.
       Gejala pelunturan bahasa Indonesia tidak hanya terjadi di kota- kota besar di Indonesia, tetapi juga sudah merambah ke daerah pedesaan. Bukan hanya pada ranah bahasa lisan-informal, tetapi juga pada bahasa tulis-formal. Padahal, sejatinya Bahasa Indonesia dapat menjadi bagian dari jati diri bangsa Indonesia seperti sudah didengungkan pada Sumpah Pemuda.
       IKON 2016 merupakan acara festival promosi seni dan budaya Indonesia yang diselenggarakan sebanyak enam kali sejak tahun 2011 di SOAS London, salah satu kampus terbesar di Inggris yang memiliki kajian Indonesia dan Melayu. Tahun ini, mengusung tema "How the world is inspired by the Indonesian art and culture"  dihadiri  sekitar 2000 orang "Indonesianist" pecinta Indonesia di Inggris. ***4***

zg/b/a011
(T.H-ZG/B/A.F. Firman/A.F. Firman) 09-10-2016 15:55:50


Tidak ada komentar: