INGGRIS SEBAIKNYA TENTUKAN PERANNYA DI ASIA TIMUR |
Zeynita Gibbons
London,30/9 (Antara) - Dubes RI untuk Inggris dan Irlandia Dr Rizal Sukma menyebutkan bahwa Inggris harus segera menentukan peran apa yang ingin dimainkannya di kawasan yang saat ini menjadi pusat gravitas dunia yaitu Asia Timur.
Hal itu diungkapkan Dubes Rizal Sukma pada acara Roundtable mengenai Britain's Place in the World, yang diadakan Conservative Foreign and Commonwealth Council (CFCC), demikian Fungsi Ekonomi KBRI London Hastin Dumadi kepada Antara London, Jumat.
Roundtable mengenai Britain's Place in the World itu
diikuti lebih dari 90 anggota CFCC dan menghadirkan pembicara lainnya Dubes Yordania untuk Inggris, anggota parlemen House of Commons dan House of Lords, dari kalangan akademisi seperti Dr Brookes Newmark dari Oxford University, Dr. Mark Stanford dari King's College, dan Dr Rem Korteweg dari Centre for European Reform.
Dalam paparan Dubes Rizal Sukma menyebutkan proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan mendorong Inggris memusatkan sumber daya dan perhatiannya untuk melakukan negosiasi di banyak bidang mengingat kedekatan hubungan ekonomi Inggris dengan Uni Eropa, sementara pada saat yang bersama terdapat aspirasi upaya Inggris berperan besar di tingkat global.
"Apabila Inggris ingin berperan besar secara global, Inggris harus segera mendefinisikan tempat dan perannya di kawasan Asia Timur. Inggris juga harus membangun hubungan yang kuat dengan China dan India. Disamping itu, Inggris juga harus memperkuat hubungan dengan `The Fulcrum of East Asia' yaitu ASEAN dan Indonesia," ujarnya.
Menurut Dubes Rizal Sukma, Inggris mempunyai pengaruh yang cukup kuat di kawasan Asia dan hal ini ditunjukkan dengan pengetahuan masyarakat di negara-negara Asia seperti Indonesia yang mengenal dengan baik tim sepak bola Inggris dan group bandnya. Inggris juga tetap menjadi negara favorit bagi pelajar Indonesia yang akan melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi.
Dubes mengutip tulisan Menlu Inggris Boris Johnson yang berkunjung ke Indonesia tahun 2014 yang menyatakan Inggris mempunyai 'soft power' yang sangat besar di kawasan yang bisa terus diperkuat. Paparan Dubes mendapat sambutan dari peserta yang hadir dalam acara tersebut.
Dalam kesempatan itu, Dubes Yordan menyatakan selain Asia, Inggris juga dapat berperan lebih besar di kawasan Timur Tengah.
Sementara dari kalangan akademisi Dr. Rem Korteweg menyampaikan dengan memberlakukan pasal 50 dari Perjanjian Lisbon yang mengatur mengenai keluarnya suatu negara dari Uni Eropa, harus dipahami langkah tersebut baru merupakan langkah awal dari proses negosiasi.
Dr. Korteweg juga sependapat dengan Dubes Rizal Sukma, Inggris sebaiknya tidak hanya memfokuskan perhatiannya pada pembentukan kembali pola hubungannya dengan Uni Eropa, namun juga dapat segera membangun hubungan yang lebih erat dengan negara di berbagai kawasan termasuk Asia.
Secara terpisah, Lord Michael Jay yang juga hadir di acara CFCC itu mengatakan pasca Brexit, Inggris harus membangun hubungan bilateral secara lebih aktif dengan memperkuat kantor perwakilannya di luar negeri termasuk British Council dan BBC.
Sejak hasil referendum yang dimenangkan para pendukung Brexit secara resmi diumumkan pada tanggal 24 Juni lalu hingga kini ini Inggris belum mengaktifkan pasal 50 dari Perjanjian Lisabon tersebut. Diskursus mengenai waktu yang tepat bagi Inggris untuk mengaktifkan pasal 50 tersebut hingga kini juga terus bergulir.(ZG)***2****
(T.H-ZG/B/M.A. Iskandar/M.A. Iskandar) 30-09-2016 15:04:34
|
Blog ini berisi liputan dan berita serta artikel sekitar kejadian yang ada hubungannya diplomasi Indonesia di luar negeri khususnya wilayah Eropa yang saya kirim dan dimuat di LKBN Antara. Terima kasih untuk seluruh nara sumber diplomat yang memberikan kontribusi kepada saya sebagai koresponden LKBN Antara di Kerajaan Inggris dan juga mencakup wilayah Eropa
Jumat, 07 Oktober 2016
INGGRIS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar