Jumat, 07 Oktober 2016

SWISS

KONTRIBUSI IMI MENINGKATKAN SDM PARIWISATA INDONESIA Oleh Zeynita Gibbons
          Luzern, 1/10 (Antara) - Alat musik berupa pipa panjang khas Swiss yang disebut Alphorn menyambut undangan, para alumni dari berbagai negara dan staf pengajar serta pimpinan sekolah pariwisata di Luzern yang dikenal dengan nama International Management Institute (IMI).
         Mereka akhir pekan ini melakukan perjalanan menyusuri danau Luzern, menuju IMI University Center yang berada di Kastenienbaum kota kecil di kaki Gunung Pilatus dan tidak jauh dari kota Luzern untuk merayakan ulang tahun ke 25 sekolah yang didirikan oleh para diasposa Indonesia itu.
         Perayaan HUT ke 25 IMI bagi satu perguruan tinggi yang khusus bergerak di bidang pariwisata bukanlah usia yang muda lagi apalagi Swiss dikenal dengan indusrti pariwisata yang memberikan kontribusi kepada negara.
         Pendiri sekolah IMI, Heinz Burki dalam wawancara khusus dengan Antara London, Sabtu (1/10) dalam rangka HUT ke-25 IMI mengakui bahwa perguruan tinggi tersebut bertanggung jawab dalam mengembangkan pribadi yang profesional kepada mahasiswa sehingga orang tua dengan senang hati bersama anaknya memilih IMI sebagai lanjutan pendidikan.
         Heinz Burki pendiri dan pemilik IMI adalah mantan tenaga ahli yang dikirim Pemerintah Swiss membantu membangun dan mengembangkan National Hotel Institute (NHI) di Jalan Setiabudi Kota Bandung tahun 1973 yang sekarang menjadi Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung di bawah Kementerian Pariwisata.
         IMI memang bukan satu-satunya sekolah pariwisata yang ada di Swiss tapi IMI sebagai perusahaan keluarga tetap mempertahankan  skala kecil dengan intake maksimun sekitar 200 mahasiswa per semester.
         Perayaan HUT ke-25 IMI yang diadakan dengan sederhana sehari sebelumnya mewisuda sekitar 200 mahasiswa dari berbagai negara yang dihadiri Dubes Swiss untuk Konfederasi Swiss dan Keharyapatihan Liechtenstein, Linggawaty Hakim yang mengatakan Indonesia bisa belajar dari Swiss dalam hal mengembangkan dan mengelola sektor  industri pariwisata khususnya dalam pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pariwisata.
         Bagaimana tidak Swiss terus mengembangkan dan mengelola objek wisatanya sehingga menjadi favorit wisatawan Dunia. Bukan itu saja, Swiss berhasil memberikan kesejahteraan kepada penduduknya dan juga masyarakat yang berjumlah sekitar delapan juta orang.
         Seorang diaspora Indonesia yang bermukim di Swiss, Budiman Wiriakusumah kepada Antara London mengatakan sistem pendidikan Swiss menitikberatkan kepada sekolah kejuruan dalam menyiapkan calon pekerja profesional terutama di bidang Pariwisata dan Perhotelan.    Diharapkannya pemerintah dapat berperan sebagai jembatan antara dunia pndidikan dan dunia bisnis sebagai panjamin dalam siswa melakukan praktik kerja.
         Hal ini dapat dicontoh Indonesia dalam membantu mengurangi pengangguran khususnya pendidikan vocational yang siap jadi seperti yang diharapkan Presiden Joko Widodo.
         Dekan IMI, Prof. Theodore Benetatos, mengatakan IMI terus mengembangkan kurikulum sesuai dengan perkembangan kebutuhan dunia bisnis. IMI merupakan perpaduan hospitality, bisnis dan financial. Setiap dosen harus mengenali secara pribadi setiap mahasiswa," ujar pria yang berasal dari Yunani itu.
         Dikatakannya sebagai dekan ia juga sangat akrab dengan mahasiswanya. "Saya selalu menyediakan waktu dan juga accessibility kepada setiap siswa untuk mendiskusikan mengenai segala macam permasalahan," ujarnya. Theodore mengatakan bahwa dia siap untuk membantu Indonesia dan bahkan November mendatang ia akan ke Indonesia menjadi nara sumber pada acara seminar pariwisata di Jakarta.
   
              Ajang Reuni Alumni
    Dalam perayaan HUT ke 25, IMI juga mengundang alumni dari berbagai negara tidak saja dari Indonesia juga dari Vietnam dan Kanada. IMI menyediakan sarana belajar yang sangat bersahabat untuk belajar, ujar Yenny Tanudjaja kepada Antara London.

         Diakuinya setelah 17 tahun meninggalkan IMI tidak ada yang berubah. "Everything remain beautful wonderfully preserved," ujar Yenny yang mempunyai pengalaman lebih dari 14 tahun bergerak dalam industri pariwisata. Yenny juga menyarankan kepada mahasiswa Indonesia yang tengah menuntut ilmu di IMI untuk belajar yang lebih keras karena kesempatan untuk maju terbuka luas.
          Alumni IMI dari Vietnam yang khusus datang dari Ho Chi Minh City untuk menghadiri acara HUT ke 25 IMI, adalah salah satu kisah sukses yang diraih alumni IMI di mana Vo Thuy Nath Minh yang kini menjadi dosen di Hoa Sen University setelah menyelesaikan pendidikan nya di IMI Luzern.
         Ikatan yang kuat dari alumni dan dosen IMI juga diperliatkan oleh Joe Tanti yang datang dari Malta untuk ikut merayakan HUT IMI ke-25 dan merasa bangga bisa menjadi bagian dari perjalanan sejarah IMI.
         Hal yang sama juga disampaikan Erwin Latief yang menjadi mahasiswa teladan IMI tahun 1992 dan kini menjabat sebagai manajer hotel besar di Bali. Ia menceritakan pengalaman sejak lulus IMI menjadi manajer yang berhasil. "Saya terharu dan bangga bisa kembali ke Luzern setelah 20 tahun," ujar Erwin. Diakuinya menuntut ilmu di IMI merupakan suatu kebanggaan apalagi IMI sekarang semakin maju dan jumlah mahasiswanya juga bertambah meskipun tetap menjaga suasana kekeluargaan di antara mahasiswa dan dosen serta pendiri IMI Heinz Burki. Namun Erwin juga menyarankan kepada mahasiswa IMI untuk memanfaatkan teknologi yang saat ia menuntut ilmu di Luzern belum maju seperti saat ini.
         Sementara itu perwakilan IMI di Indonesia Drs Rachmat Solahuddin mengatakan keberadaan sekolah pariwisata di Indonesia tidak lepas dari peran IMI terutama Heinz Burki yang membantu mendirikan sekolah pariwisata di Bandung. Terutama dalam pembuatan kurikulum yang saat ini sudah disanakan. Pada awalnya memang ditujukan untuk mencetak langsung tenaga kerja yang siap pakai seperti yang diharapkan oleh Presiden Joko Widodo. Pengembangan sekolah vocational yang bisa langsung terjun ke dunia kerja terutama di industri pariwisata yang saat ini digalakan dalam rangka meraih target untuk mendatangkan 20 juta wisatawan.
         Menurut Rachmat Solahuddin saat ini pemerintah Swiss juga akan membantu dalam mendirikan sekolah pariwisata di berbagai daerah untuk mempersiapkan tenaga siap pakai bagi industri pariwisata.
         Pada perayaan 25 tahun IMI ini dapat menjadi momentun dalam meningkatkan kerja sama pemerintah Swiss dengan Indonesia dan tentunya Indonesia harus banyak belajar dari Swiss dalam menjual obyek wisatanya yang tentunya tidak kalah indahnya dengan daerah lain. (ZG) ***3***
(T.H-ZG/B/T. Susilo/T. Susilo) 01-10-2016 11:05:40

Tidak ada komentar: