Dubes: Inggris beri perhatian pada Indonesia Pasca Brexit
News ID: 706436
London (ANTARA) - Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggris, merangkap Irlandia dan International Maritime Organization (IMO), yang berkedudukan di London Dr Rizal Sukma Rizal mengatakan Inggris ingin memberi perhatian yang lebih besar terhadap Indonesia Pasca Brexit.
Hal itu disampaikan Dubes Dr Rizal Sukma kepada Antara London, Senin sehubungan dengan keputusan Inggris meninggalkan Uni Eropa pada 31 Januari dan menyangkut hubungan Indonesia dan Inggris pasca Brexit.
Hal ini ujar mantan Direktur Eksekutif CSIS
dikarenakan Inggris ingin mengembangkan hubungan kerjasama ekonomi yang lebih erat dengan negara-negara di luar Eropa setelah mereka keluar dari EU nantinya.
Menurut anggota Dewan Penasehat Institute for Peace and Democracy (IPD), Indonesia merupakan emerging ekonomi yang tentunya penting bagi UK. “Mereka menyadari potensi ekonomi Indonesia yang besar sekali dalam 10-15 tahun mendatang,” ujar Dr Rizal
Sukma yang meraih gelar PhD dalam Hubungan Internasional dari London School of Economics and Political Science (LSE) pada tahun 1997.
Dikatakannya UK juga ingin mengembangkan hubungan dengan ASEAN. Lagi-lagi Indonesia adalah negara penting di ASEAN.
Dubes Rizal Sukma mengatakan saat ini,
Indonesia dan UK sedang melakukan joint trade review untuk meyusun roadmap kerjasama ekonomi pasca Brexit. Besarnya perhatian Inggris terhadap kawasan Asia Tenggara juga terlihat dari keputusan untuk mengangkat Perwakilan Tetap UK untuk ASEAN, ujarnya.
Pasca Brexit, kita harus jeli menangkap peluang-peluang kerjasama baru tersebut. Ini yang sedang kami lakukan di KBRI London.
Sehubungan dengan perkembangan hubungan Indonesia dan Inggris selama ini, Dubes Rizal Sukma mengatakan secara menyeluruh, hubungan Indonesia-UK berjalan baik. Kerjasama di berbagai bidang berjalan secara normal, meskipun Inggris sedang dihadapkan pada berbagai persoalan di dalam negeri, khususnya pasca referendum Brexit.
Di bidang ekonomi, perdagangan diantara kedua negara cenderung stabil, di sekitar USD 2,4-2,6 milyar pertahun, dengan surplus bagi Indonesia. Investasi langsung dari UK memang terlihat cenderung menurun, meskipun bisa jadi investasi UK yang masuk ke Indonesia dicatat sebagai investasi dari negara ketiga.
Sementara itu hal yang mengembirakan
jumlah turis inggris ke Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Sekarang ada sekitar 400 ribu turis Inggris yang ke Indonesia. Dengan promosi pariwisata yang konsisten, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.
Bidang politik secara umum cukup baik, meskipun masih ada masalah dukungan dari segelintir anggota parlemen UK terhadap kelompok kriminal bersenjata di Papua, ujarnya.
Kerjasama di bidang budaya semakin intensif, termasuk kerjasama di bidang Pendidikan. Saat ini, KBRI London aktif mempromosikan seni budaya Indonesia di berbagai kota di UK. Promosi seni budaya ini penting agar Indonesia semakin dikenal oleh publik Inggris secara luas.
Semua bidang masih bisa dan perlu ditingkatkan. Secara khusus, banyak peluang investasi, khususnya di bidang energi, yang menjadi minat kalangan bisnis UK. Terutama di sector energi terbarukan.
Namun, khusus sector energi terbarukan, meskipun sudah ada beberapa perusahaan yang sudah masuk, secara keseluruhan saat ini banyak dari mereka masih dalam proses penjajagan. Untuk itu KBRI London mengadakan serangkaian pertemuan bisnis setiap tahun dengan kalangan usaha di UK, ager mereka memahami betul keuntungan melakukan investasi di Indonesia.
Sektor lain yang perlu mendapat dorongan lebih besar adalah kerjasama di bidang vokasi. Ini sejalan dengan program pemerintah Indonesia yang memprioritaskan pembangunan sumberdaya manusia ke depan.
Mengenai hubungan Indonesia dan Inggris kedepan, Dubes berharap semakin berkembang. Banyak hal yang bisa dikerjasamakan. Mudah-mudahan, setelah proses Brexit ini selesai, pihak Inggris bisa lebih focus dalam membangun hubungan dengan Indonesia dan ASEAN.
Dubes Rizal mengakui nama Indonesia cukup dikenal di masyarakat Inggris maupun dikalangan pemerintahan dan swasta “saya kira tidak ada masalah. Komunikasi dengan , Kemlu UK, DFID, DIT, MoD, cukup baik. Demikian juga dengan Parlemen Inggris,” ujarnya.
Sementara dalam lingkungam bisnis masih perlu upaya-upaya yang gencar untuk semakin memperluas pengenalan terhadap Indonesia. Meski perusahaan besar seperti Jardine, Unilever, BP, Prudential, dan HSBC, Indonesia termasuk negara prioritas. Sedangkan dikalangan, masyarakat umum yang masih menjadi tantangan, dimana pengenalan terhadap Indonesia masih terbatas. (ZG)
Hal itu disampaikan Dubes Dr Rizal Sukma kepada Antara London, Senin sehubungan dengan keputusan Inggris meninggalkan Uni Eropa pada 31 Januari dan menyangkut hubungan Indonesia dan Inggris pasca Brexit.
Hal ini ujar mantan Direktur Eksekutif CSIS
dikarenakan Inggris ingin mengembangkan hubungan kerjasama ekonomi yang lebih erat dengan negara-negara di luar Eropa setelah mereka keluar dari EU nantinya.
Menurut anggota Dewan Penasehat Institute for Peace and Democracy (IPD), Indonesia merupakan emerging ekonomi yang tentunya penting bagi UK. “Mereka menyadari potensi ekonomi Indonesia yang besar sekali dalam 10-15 tahun mendatang,” ujar Dr Rizal
Sukma yang meraih gelar PhD dalam Hubungan Internasional dari London School of Economics and Political Science (LSE) pada tahun 1997.
Dikatakannya UK juga ingin mengembangkan hubungan dengan ASEAN. Lagi-lagi Indonesia adalah negara penting di ASEAN.
Dubes Rizal Sukma mengatakan saat ini,
Indonesia dan UK sedang melakukan joint trade review untuk meyusun roadmap kerjasama ekonomi pasca Brexit. Besarnya perhatian Inggris terhadap kawasan Asia Tenggara juga terlihat dari keputusan untuk mengangkat Perwakilan Tetap UK untuk ASEAN, ujarnya.
Pasca Brexit, kita harus jeli menangkap peluang-peluang kerjasama baru tersebut. Ini yang sedang kami lakukan di KBRI London.
Sehubungan dengan perkembangan hubungan Indonesia dan Inggris selama ini, Dubes Rizal Sukma mengatakan secara menyeluruh, hubungan Indonesia-UK berjalan baik. Kerjasama di berbagai bidang berjalan secara normal, meskipun Inggris sedang dihadapkan pada berbagai persoalan di dalam negeri, khususnya pasca referendum Brexit.
Di bidang ekonomi, perdagangan diantara kedua negara cenderung stabil, di sekitar USD 2,4-2,6 milyar pertahun, dengan surplus bagi Indonesia. Investasi langsung dari UK memang terlihat cenderung menurun, meskipun bisa jadi investasi UK yang masuk ke Indonesia dicatat sebagai investasi dari negara ketiga.
Sementara itu hal yang mengembirakan
jumlah turis inggris ke Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Sekarang ada sekitar 400 ribu turis Inggris yang ke Indonesia. Dengan promosi pariwisata yang konsisten, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.
Bidang politik secara umum cukup baik, meskipun masih ada masalah dukungan dari segelintir anggota parlemen UK terhadap kelompok kriminal bersenjata di Papua, ujarnya.
Kerjasama di bidang budaya semakin intensif, termasuk kerjasama di bidang Pendidikan. Saat ini, KBRI London aktif mempromosikan seni budaya Indonesia di berbagai kota di UK. Promosi seni budaya ini penting agar Indonesia semakin dikenal oleh publik Inggris secara luas.
Semua bidang masih bisa dan perlu ditingkatkan. Secara khusus, banyak peluang investasi, khususnya di bidang energi, yang menjadi minat kalangan bisnis UK. Terutama di sector energi terbarukan.
Namun, khusus sector energi terbarukan, meskipun sudah ada beberapa perusahaan yang sudah masuk, secara keseluruhan saat ini banyak dari mereka masih dalam proses penjajagan. Untuk itu KBRI London mengadakan serangkaian pertemuan bisnis setiap tahun dengan kalangan usaha di UK, ager mereka memahami betul keuntungan melakukan investasi di Indonesia.
Sektor lain yang perlu mendapat dorongan lebih besar adalah kerjasama di bidang vokasi. Ini sejalan dengan program pemerintah Indonesia yang memprioritaskan pembangunan sumberdaya manusia ke depan.
Mengenai hubungan Indonesia dan Inggris kedepan, Dubes berharap semakin berkembang. Banyak hal yang bisa dikerjasamakan. Mudah-mudahan, setelah proses Brexit ini selesai, pihak Inggris bisa lebih focus dalam membangun hubungan dengan Indonesia dan ASEAN.
Dubes Rizal mengakui nama Indonesia cukup dikenal di masyarakat Inggris maupun dikalangan pemerintahan dan swasta “saya kira tidak ada masalah. Komunikasi dengan , Kemlu UK, DFID, DIT, MoD, cukup baik. Demikian juga dengan Parlemen Inggris,” ujarnya.
Sementara dalam lingkungam bisnis masih perlu upaya-upaya yang gencar untuk semakin memperluas pengenalan terhadap Indonesia. Meski perusahaan besar seperti Jardine, Unilever, BP, Prudential, dan HSBC, Indonesia termasuk negara prioritas. Sedangkan dikalangan, masyarakat umum yang masih menjadi tantangan, dimana pengenalan terhadap Indonesia masih terbatas. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar