Mari Pangestu bahas strategi pembangunan di tengah perubahan iklim
News ID: 735232
London (ANTARA) -
Ekonom terkemuka Indonesia dan mantan Mendag, Mari Elka Pangestumenyampaikan komitmen politik yang kuat sangat diperlukan untuk menciptakan kerangka pembangunan yang berimbang, antara kepentingan ekonomi dengan misi konservasi lingkungan hidup.
Hal itu disampaikan Mari Elka Pangestu yang berbicara pada panel pembangunan ekonomi dalam kondisi perubahan iklim, dalam konferensi Youth & Leaders Summit yang berlangsung di Paris, Senin (20/1)
Mari Elka Pangestu dalam konferensi Youth & Leaders Summit itu bersama pakar lingkungan hidup, Duncan Austin dan CEO Enel Group, energi, Francesto Starace berbicara pada panel pembangunan ekonomi.
Dalam paparannya, Mari Pangestu menyampaikan bahwa berbagai krisis lingkungan kerap memunculkan pertanyaan, apakah kita betul-betul bisa menyatukan konservasi lingkungan hidup dengan tujuan ekonomi, kepentingan pembangunan.
Selain itu, penguatan awareness di level masyarakat untuk perubahan iklim sangatlah signifikan. “Later is Now,” demikian ditegaskan Mari Pangestu mengutip pernyataan Thomas Friedman, penulis terkemuka dan penerima penghargaan Pulitzer. Bagi Indonesia, penanganan isu ini secara komprehensif sangat relevan, antara lain karena deraan kebakaran hutan.
Saat ini, dunia tengah dihadapkan pada masifnya kebakaran di Australia, setelah sebelumnya di California serta hutan Amazon di Brasil. Apa tantangan mengatasi fenomena ini, serta bagaimana solusinya, baik untuk politik, kebijakan, dan teknologi menjadi pembahasan dalam Forum yang diadakan universitas terkemuka, Sciences Po - Paris School of International Affairs, mengangkat tema Prospering in A Climate -Impacted Society.
Dalam forum itu juga tampil Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, sebagai pembicara utama, bersama para pakar dari berbagai negara dan sektor yang berbicara di sejumlah panel.
Pensosbud KBRI Paris, Jane Runkat kepada Antara London, Rabu mengatakan selama di Paris, selain berbicara di Sciences Po, Mari Elka Pangestu juga berkesempatan melihat produk ekspor Indonesia di pameran “Maison et Objet” Paris 2020, bertemu dengan Sekjen OECD José Ángel Gurría membahas sejumlah kerja sama, serta berdialog dengan warga dan diaspora Indonesia di KBRI Paris.
Universitas Sciences Po salah satu universitas terbesar di dunia untuk jurusan International Affairs. Banyak alumni universitas ini yang menjadi pemimpin di berbagai negara, termasuk Presiden Emmanuel Macron dan PM Edouard Philippe dari Prancis, Chandrika Kumaratunga (mantan Presiden Srilangka), dan Pierre Trudeau (mantan PM Kanada). Saat ini terdapat tujuh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Sciences Po. (ZG)
Ekonom terkemuka Indonesia dan mantan Mendag, Mari Elka Pangestumenyampaikan komitmen politik yang kuat sangat diperlukan untuk menciptakan kerangka pembangunan yang berimbang, antara kepentingan ekonomi dengan misi konservasi lingkungan hidup.
Hal itu disampaikan Mari Elka Pangestu yang berbicara pada panel pembangunan ekonomi dalam kondisi perubahan iklim, dalam konferensi Youth & Leaders Summit yang berlangsung di Paris, Senin (20/1)
Mari Elka Pangestu dalam konferensi Youth & Leaders Summit itu bersama pakar lingkungan hidup, Duncan Austin dan CEO Enel Group, energi, Francesto Starace berbicara pada panel pembangunan ekonomi.
Dalam paparannya, Mari Pangestu menyampaikan bahwa berbagai krisis lingkungan kerap memunculkan pertanyaan, apakah kita betul-betul bisa menyatukan konservasi lingkungan hidup dengan tujuan ekonomi, kepentingan pembangunan.
Selain itu, penguatan awareness di level masyarakat untuk perubahan iklim sangatlah signifikan. “Later is Now,” demikian ditegaskan Mari Pangestu mengutip pernyataan Thomas Friedman, penulis terkemuka dan penerima penghargaan Pulitzer. Bagi Indonesia, penanganan isu ini secara komprehensif sangat relevan, antara lain karena deraan kebakaran hutan.
Saat ini, dunia tengah dihadapkan pada masifnya kebakaran di Australia, setelah sebelumnya di California serta hutan Amazon di Brasil. Apa tantangan mengatasi fenomena ini, serta bagaimana solusinya, baik untuk politik, kebijakan, dan teknologi menjadi pembahasan dalam Forum yang diadakan universitas terkemuka, Sciences Po - Paris School of International Affairs, mengangkat tema Prospering in A Climate -Impacted Society.
Dalam forum itu juga tampil Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, sebagai pembicara utama, bersama para pakar dari berbagai negara dan sektor yang berbicara di sejumlah panel.
Pensosbud KBRI Paris, Jane Runkat kepada Antara London, Rabu mengatakan selama di Paris, selain berbicara di Sciences Po, Mari Elka Pangestu juga berkesempatan melihat produk ekspor Indonesia di pameran “Maison et Objet” Paris 2020, bertemu dengan Sekjen OECD José Ángel Gurría membahas sejumlah kerja sama, serta berdialog dengan warga dan diaspora Indonesia di KBRI Paris.
Universitas Sciences Po salah satu universitas terbesar di dunia untuk jurusan International Affairs. Banyak alumni universitas ini yang menjadi pemimpin di berbagai negara, termasuk Presiden Emmanuel Macron dan PM Edouard Philippe dari Prancis, Chandrika Kumaratunga (mantan Presiden Srilangka), dan Pierre Trudeau (mantan PM Kanada). Saat ini terdapat tujuh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Sciences Po. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar