Dubes: Kebijakan Spanyol Peluang bagi Indonesia
News ID: 744309
Madrid (ANTARA) -
Kebijakan Pemerintah Spanyol “looking east policy” untuk mencari peluang baru di Asia menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menarik investor Spanyol ke Indonesia untuk itu perlu terus mendorong kegiatan promosi investasi dan perdagangan melalui berbagai forum dan seminar bisnis yang diadakan setiap tahunnya di berbagai kota di Spanyol.
Hal itu disampaikan Dubes Indonesia untuk Kerajaan Spanyol, Hermono dalam wawancara dengan Antara London sehubungan dengan amanat Presiden Jokowi diplomasi ekonomi merupakan fokus utama Indonesia ke depan.
Dalam Rakor Kepala Perwakilan di awal Januari yang diikuti oleh seluruh perwakilan Indonesia di dunia, Presiden Jokowi menekankan pentingnya para duta besar berperan sebagai duta investasi dan duta perdagangan.
Presiden meminta agar para dubes memahami iklim investasi di Indonesia dalam kaitannya dengan diplomasi ekonomi tersebut, ujar diplomat karir yang mengawali tugas di Bogota.
Dubes mengatakan Spanyol berada di posisi 16 besar negara tujuan Ekspor Indonesia, sementara Indonesia sendiri berada di posisi 33 negara asal impor Spanyol.
Komoditi utama yang diperdagangkan adalah produk Kelapa Sawit dan Turunannya, produk Kimia, Alas Kaki, Bijih Tembaga, Karet dan produk Karet. Neraca Perdagangan Indonesia-Spanyol pada periode bulan Januari – November 2019 surplus sebesar US$ 880.630,5, namun mengalami penurunan sebesar 40,88% dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain situasi ekonomi global yang mempengaruhi pergerakan Ekspor – Impor di Spanyol, adanya aturan pembatasan Ekspor Bijih Tembaga dan Timah di Indonesia juga menjadi salah satu penyebabnya, ujar Dubes Hermono yang pernah bertugas di Malaysia.
Dikatakannya disisi perdagangan, neraca perdagangan antara RI dan Spanyol masih surplus untuk Indonesia. Namun demikian, kita terus mendorong peningkatan kerja sama Ekonomi yang saling menguntungkan bagi kedua negara.
Sementara itu mengenai hubungan diplomatik antara Indonesia Spanyol yang dimulai sejak 1958 didasari atas pentingnya hubungan politik antara kedua negara berjalan baik dan memiliki pandangan untuk saling mendukung.
Kedua negara bekerjasama dalam hal saling memberikan dukung dalam usulan pencalonan di badan-badan internasional, ujarnya menambahkan untuk itu perlu ditingkatkan adalah implementasi pertemuan Konsultasi Politik (dialog politik) antara kedua negara yang draftnya telah disepakati pada 2012 namun hingga kini belum ditandatangani.
Dikatakannya salah satu tantangan perwakilan Indonesia di Spanyol.Hingga saat ini masyarakat luas Spanyol belum banyak mengenal Indonesia. “Mereka masih berada di zona nyamannya yang fokus pada wilayah terdekatnya yaitu Eropa dan Amerika Selatan yang memiliki ikatan historis,” ujarnya.
Namun demikian cara pandang tersebut mulai berubah dengan kebijakan “looking east policy” dan saat ini masyarakat Spanyol mulai mengenal Indonesia. Dan ini menjadi salah satu tantangan bagi perwakilan untuk terus memperkenalkan Indonesia.
Kehadiran Indonesia dalam pameran pariwisata Fitur yang berlangsung di Ifema Madrid hingga 26 mendatang menjadi peluang yang sangat besar.
Pada tahun 2019 Spanyol kembali mencapai rekor wisatawan asing dengan 83,7 juta wisatawan mancanegara, meningkat 1,2% dari tahun sebelumnya dengan 82,8 juta wisatawan. Peningkatan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke Spanyol selalu tercapai setiap tahunnya sejak tahun 2009.
Keberhasilan Spanyol antara lain disebabkan keahlian mereka dalam hal pengembangan, pengelolaan dan promosi destinasi pariwisata yang dimiliki. Untuk itu Indonesia perlu belajar banyak tentang manajemen, infrastuktur, kemasan infromasi dan deskripsi lengkap mengenai tempat-tempat wisata yang ditawarkan, demikian Dubes Hermono.(ZG)
Kebijakan Pemerintah Spanyol “looking east policy” untuk mencari peluang baru di Asia menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menarik investor Spanyol ke Indonesia untuk itu perlu terus mendorong kegiatan promosi investasi dan perdagangan melalui berbagai forum dan seminar bisnis yang diadakan setiap tahunnya di berbagai kota di Spanyol.
Hal itu disampaikan Dubes Indonesia untuk Kerajaan Spanyol, Hermono dalam wawancara dengan Antara London sehubungan dengan amanat Presiden Jokowi diplomasi ekonomi merupakan fokus utama Indonesia ke depan.
Dalam Rakor Kepala Perwakilan di awal Januari yang diikuti oleh seluruh perwakilan Indonesia di dunia, Presiden Jokowi menekankan pentingnya para duta besar berperan sebagai duta investasi dan duta perdagangan.
Presiden meminta agar para dubes memahami iklim investasi di Indonesia dalam kaitannya dengan diplomasi ekonomi tersebut, ujar diplomat karir yang mengawali tugas di Bogota.
Dubes mengatakan Spanyol berada di posisi 16 besar negara tujuan Ekspor Indonesia, sementara Indonesia sendiri berada di posisi 33 negara asal impor Spanyol.
Komoditi utama yang diperdagangkan adalah produk Kelapa Sawit dan Turunannya, produk Kimia, Alas Kaki, Bijih Tembaga, Karet dan produk Karet. Neraca Perdagangan Indonesia-Spanyol pada periode bulan Januari – November 2019 surplus sebesar US$ 880.630,5, namun mengalami penurunan sebesar 40,88% dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain situasi ekonomi global yang mempengaruhi pergerakan Ekspor – Impor di Spanyol, adanya aturan pembatasan Ekspor Bijih Tembaga dan Timah di Indonesia juga menjadi salah satu penyebabnya, ujar Dubes Hermono yang pernah bertugas di Malaysia.
Dikatakannya disisi perdagangan, neraca perdagangan antara RI dan Spanyol masih surplus untuk Indonesia. Namun demikian, kita terus mendorong peningkatan kerja sama Ekonomi yang saling menguntungkan bagi kedua negara.
Sementara itu mengenai hubungan diplomatik antara Indonesia Spanyol yang dimulai sejak 1958 didasari atas pentingnya hubungan politik antara kedua negara berjalan baik dan memiliki pandangan untuk saling mendukung.
Kedua negara bekerjasama dalam hal saling memberikan dukung dalam usulan pencalonan di badan-badan internasional, ujarnya menambahkan untuk itu perlu ditingkatkan adalah implementasi pertemuan Konsultasi Politik (dialog politik) antara kedua negara yang draftnya telah disepakati pada 2012 namun hingga kini belum ditandatangani.
Dikatakannya salah satu tantangan perwakilan Indonesia di Spanyol.Hingga saat ini masyarakat luas Spanyol belum banyak mengenal Indonesia. “Mereka masih berada di zona nyamannya yang fokus pada wilayah terdekatnya yaitu Eropa dan Amerika Selatan yang memiliki ikatan historis,” ujarnya.
Namun demikian cara pandang tersebut mulai berubah dengan kebijakan “looking east policy” dan saat ini masyarakat Spanyol mulai mengenal Indonesia. Dan ini menjadi salah satu tantangan bagi perwakilan untuk terus memperkenalkan Indonesia.
Kehadiran Indonesia dalam pameran pariwisata Fitur yang berlangsung di Ifema Madrid hingga 26 mendatang menjadi peluang yang sangat besar.
Pada tahun 2019 Spanyol kembali mencapai rekor wisatawan asing dengan 83,7 juta wisatawan mancanegara, meningkat 1,2% dari tahun sebelumnya dengan 82,8 juta wisatawan. Peningkatan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke Spanyol selalu tercapai setiap tahunnya sejak tahun 2009.
Keberhasilan Spanyol antara lain disebabkan keahlian mereka dalam hal pengembangan, pengelolaan dan promosi destinasi pariwisata yang dimiliki. Untuk itu Indonesia perlu belajar banyak tentang manajemen, infrastuktur, kemasan infromasi dan deskripsi lengkap mengenai tempat-tempat wisata yang ditawarkan, demikian Dubes Hermono.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar