FAO LAPORKAN HARGA BERAS DUNIA TERUS TURUN
London 10/9 (ANTARA) - Badan Pangan Sedunia (FAO) dalam laporan yang dikeluarkan September mengenai harga beras (FAO Rice Price Update) menunjukkan harga komoditas itu di tingkat dunia selama tiga bulan terakhir sejak Juni mengalami penurunan.
Atase Pertanian KBRI Roma, Erizal Sodikin, dalam keterangannya kepada koresponden Antara London, Rabu, mengatakan informasi FAO ini menunjukkan harga beras dunia selama tiga bulan terakhir sejak bulan juni mengalami penurunan.
Ekonom Senior FAO dan sekaligus sekretaris dari Intergovernmental Group on Rice pada Devisi Perdagangan dan Pasar FAO, C. Calpe, mengatakan trend penurunan harga beras dunia ini disebabkan semakin meningkatnya suplai beras ke pasar dunia.
Dibandingkan dengan bulan Mei indeks harga beras yang dikeluarkan FAO mengalami penurunan dari 322 menjadi 281 di bulan Agustus atau terjadi penurunan sekitar 12,7 persen.
Menurut Erizal Sodikin, penurunan ini terjadi untuk padi jenis Indica dan Aromatic, sementara untuk jenis Japonica indeks harganya mengalami sedikit kenaikan.
Jika mengacu kepada harga beras pada bulan Mei yang merupakan harga beras tertinggi yang pernah dicapai, maka harga beras pada Agustus ini yang mengalami penurunan tertinggi adalah beras dari Vietnam dengan variasi penurunan antara 36,7 persen, Vietnam 25 persen dan tertinggi 39,8 persen untuk jenis Vietnam 5 persen.
Beras asal Thailand juga mengalami penurunan yang berarti mulai penurunan sekitar 18,2 persen untuk jenis Thai White 100 persen second grade sampai penurunan mencapai 24,3 persen untuk jenis beras Thai 25 persen. Jenis beras Pakistan 25 persen juga mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 28,7 persen.
Hanya jenis beras Basmati Pakistan yang stabil di harga 1100 dolar AS per ton, sementara beras jenis AS California Medium Grain justru mengalami sedikit peningkatan menjadi 1053 dolar AS per ton yang di bulan Juli harganya masih 1036 dolar AS ton.
Menurutnya masih sulit memastikan apakah kecenderungan harga ini akan terus berlanjut karena masih sangat tergantung kepada tingkat produksi pada musim panen berikutnya di bulan Oktober dan Nopember nanti.
Calpe juga menambahkan adanya angin topan yang melanda Amerika Tengah nampaknya juga akan sedikit mengerem laju penurunan harga beras ini.
Di samping itu, fenomena bencana alam juga sangat mempengaruhi tingkat kebutuhan negara importir beras, seperti Philipina dan Indonesia, juga menjadi penentu sehingga fluktuasi harga ini masih labil dan sulit diprediksi.
Terus turun
Membaca trend tiga bulan terakhir, nampaknya harga beras dunia akan terus mengalami penurunan, meskipun harga yang ada ini tetap saja jauh di atas harga beras dunia di tahun 2007.
Pengamatan perlu selalu dilakukan khususnya melihat tekanan penurunan beras dari Vietnam dan Thailand yang mencapai kisaran di atas 20 persen dibandingkan bulan Mei 2008 yang lalu.
Selain itu, perlu dianalisis apakah penurunan harga ini karena negara ini melonggarkan pembatasan ekspor atau karena memang produksi mereka yang tinggi.
Pengamatan ini penting terkait dengan kesetabilan harga beras di kawasan ASEAN yang tentunya akan berimbas langsung terhadap harga beras dalam negeri.
Jika harga beras Internasional lebih rendah dari harga di dalam negeri, maka akan besar kemungkinan beras impor masuk dan pada akhirnya menekan harga beras dalam negeri.
Imbas selanjutnya tentunya akan terkena ke petani sebagai produser beras, demikian Erizal Sodikin ***8***U-ZG/(T.H-ZG/B/A027/A027) 10-09-2008 13:06:28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar