Selasa, 29 April 2008

DUTABUDAYA DARI TIMUR

Duta Budaya Indonesia Datang dari Eropa Timur


Oleh Zeynita Gibbons

London (ANTARA News) - Alena Ondejcikova yang mengenakan baju batik panjang warna biru trampil menceritakan alat musik angklung yang baru saja dimainkan Dharma Wanita dan staf KBRI Bratislava pada pameran tanaman Bonsai Slovakia yang digelar di kota Nitra 85 Km dari kota Bratislava dari 17- 20 April lalu.


Pameran internasional Bonsai, Suseiki dan Minuman Teh diadakan untuk ke 11 kalinya itu diselenggarakan Alena Ondejcikova bersama suami Vladimir Ondejcik dibantu putra dan putri mereka yang berangkat dewasa. Pasangan itu sejak empat tahun lalu mengandeng KBRI Bratislava untuk meramaikan acara.


Uluran tangan Alena tidak disia siakan KBRI Bratislava yang berkolaborasi dengan KBRI Budapest dan KBRI Wina yang selama empat hari pameran menampilkan kesenian Indonesia berupa tari tarian serta pertunjukkan gamelan.


Selama pertunjukkan berlangsung Alena yang menjadi pembawa acara dengan mengunakan bahasa Slowakia menjelaskan kepada penonton mengenai tari piring yang dibawakan anak anak asuhan KBRI Wina, begitu juga pada penampilan musik gamelan yang dimainkan penerima dharmasiswa dari KBRI Budapes.


Alena belum pernah ke Indonesia, namun kecintaannya akan kesenian yang mengisi acara yang diadakannya itu menjadikan Alena tak ubahnya menjadi duta budaya Indonesia, tidak saja bagi masyarakat kota Nitra, tetapi juga bagi peserta pameran yang datang dari berbagai negara seperti dari Italia, Perancis, Spanyol, Polandia, dan Hungaria.


"Saya sangat senang dengan kesenian Indonesia dan bangga bisa menampilkan seni budaya yang sangat indah ini," ujar Alena yang menyebutkan masyarakat Indonesia sangat ramah dan friendly.


Kecintaan Alena juga diperlihatkannya pada majalah "Bonsaj a Caj" yang diterbitkan bagi pecinta bonsai dengan menampilkan cover penari Indonesia pada dua terbitnya, juga pada cover belakang buku Bonsai Slovakia.


Tidak saja Alena dan suami serta putra putri mereka memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Slowakia, tetapi juga Kornel Magyar dan istrinya Virag Polgar dan Peter Szilagyi berserta rekan rekannya penerima Dharmasiswa dari Hungaria yang tampil dengan permainan alat musik gamelan.



Penerima Dharmasiswa


Kornel (32) yang pernah belajar di STSI Bandung di tahun 1999 dengan fasih berbahasa Indonesia menceritakan pengalamannya saat belajar gamelan di Bandung. "Saya belajar gamelan Sunda," ujar ayah dua anak itu yang pada acara "Gala Evening Bonsai Slovakia 2008" bersama Virag Polgar menpertunjukkan ketrampilannya dalam menari.


"Kalau di rumah istri saya selalu masak makanan Indonesia," ujar Kornel yang ikut dalam setiap pementasan gamelan yang diadakan oleh KBRI Budapes bersama penerima dharmasiswa lainnya, seperti Andras Terfy, Gabor Nemeth, Marton Szatai, Peter Szanto, gabos Gordenyi, Thomas Bernath serta Anna Lackey yang akan mengikuti program yang diperkenalkan oleh departemen luar negeri .


Kehadiran mereka dalam pameran bonsai memberikan warna tersendiri apalagi setiap kesempatan tampil di panggung mereka juga mengenakan kemeja batik.


"Musik gamelan memang berbeda dengan alat musik yang ada di Eropa," ujar Peter Szilagyi yang belajar gamelan di STSI Solo pada tahun 1997.


Dikatakannya ada keasyikan tersendiri saat memainkan gamelan, selain membutuhkan singkronisasi dengan pemain lainnya. "Hal ini menjadi tantangan tersendiri," ujar Peter yang bekerja di Pusat Informasi Perdagangan Internasional Indonesia di Budapes.


Penampilan duta-duta budaya Indonesia menjadi daya tarik tersendiri dalam acara pameran bonsai dan terlihat sangat kontras dengan wajah mereka yang putih dan berambut pirang memainkan alat musik tradisional gamelan.


"ustru informasinya akan mudah diterima bila yang menyampaikan dari kalangan mereka sendiri," ujar Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Bratislava, Firdauzie Dwiandika, yang mengatakan keikutsertaan Indonesia dalam ajang pameran bonsai ini merupakan peluang besar dalam mempromosikan keunikan dan keragaman budaya Indonesia.



Sarana promosi


Menurut Firdauzie Dwiandika, pameran bonsai tersebut menjadi salah satu sarana promosi pariwisata Indonesia bagi masyarakat Bratislava dengan menyediakan berbagai brosur mengenai berbagai daerah tujuan wisata di Indonesia.


Paviliun Indonesia berada disebelah panggung yang menampilkan patung Garuda Kencana serta Gapura Bali tampak menonjol diantara pohon pohon bonsai, apalagi digelarnya berbagai jenis batik serta demo membatik.


Setiap pengunjung dapat menjajal cara mengunkan canting dan malam pada kain putih yang bergambar bunga dengan dipandu Hendra Koswara, pengrajin batik asal Jogjakarta yang khusus diundang untuk mendemontrasikan cara membatik.


Kolaborasi KBRI Bratislava dengan KBRI Budapest dan KBRI Wina berhasil memukau pengunjung pameran Bonsai Slovakia 2008 dan mampu menyedot perhatian pengunjung.


Sekretaris I Fungsi Sosial Budaya (Sosbud) KBRI Bratislava, Wanton Saragih mengatakan bahwa pagelaran seni budaya Indonesia tersebut semakin efektif mempromosikan budaya Indonesia di Slovakia khususnya di kota Nitra karena Indonesia diberi tempat khusus untuk mengisi acara selama empat hari pameran.


Pagelaran seni budaya Indonesia silih berganti tampil menghibur penonton. Penampilan grup `"Angklung" asuhan KBRI Bratislava tampil berkolaborasi dengan musik harpa yang dimainkan Rama Widi, yang saat ini belajar musik di Vienna Konservatorium, Austria.


Kolaborasi tersebut mendapatkan applaus terutama saat lagu-lagu Slovakia dibawakan seperti Isla Marina, Na Tu Svatu dan lagu-lagu asing lainnya yang cukup populer di Slovakia seperti Besame Mucho, O Solemio, dan La Paloma.


Pameran Bonsai Slovakia 2008 dilaksanakan bersamaan dengan pameran lainnya seperti pameran perumahan, lingkungan, pertamanan dan kehutanan di Agrokomplex.


Lokasi itu adalah areal pameran terbesar di Slovakia. Paviliun Indonesia mendapatkan penghargaan tertinggi yang diberikan kepada peserta pameran berupa "Prix Beautiful Exposition". (*)


COPYRIGHT © 2008

Ketentuan Penggunaan

Tidak ada komentar: