DUNIA AKUI PERAN
INDONESIA DI KANCAH INTERNASIONAL
Oleh Zeynita Gibbons
London, 1/11
(ANTARA) - Peran konstruktif dan kepemimpinan Indonesia makin diakui
dunia internasional melalui keterlibatan dalam forum global antara
lain yang berlangsung di London, Inggris, pekan ini yaitu "World
Islamic Economic Forum" (WIEF) ke 9 dan "Open Government
Partnership" (OGP).
Kehadiran
Wakil Presiden Boediono dalam dua kegiatan internasional ini
menunjukkan perhatian Indonesia yang cukup besar akan kemajuan
demokratisasi melalui pemerintahan yang baik, transparan serta
keterlibatan organisasi masyarakat sipil (CSO).
Pengakuan dunia
akan kredebilitasnya Indonesia sebagai suatu negara yang berpengaruh
terlihat dengan masuknya Indonesia dalam G20 bersama negara barat
seperti Inggris, Jerman dan Amerika Serikat.
Selain itu
meningkatnya kepercayaan internasional tidak lepas dari capaian yang
diraih Indonesia diantaranya diakui sebagai negara yang demokratis
dengan jumlah penduduk yang beragama muslim terbesar di dunia.
"World
Islamic Economic Forum" yang ke-9 diikuti oleh 128 negara
sementara dalam "Open Government Partnership" (OGP) hadir
60 negara bersama 90 CSO dunia sedangkan yang berbasis Indonesia
berjumlah sekitar 16.
Dalam World
Islamic Economic Forum ke-9 kehadiran Boediono tidak lepas dari
peranan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai anggota kehormatan
dari forum yang dibentuk atas prakasa Malaysia.
Boediono dalam
pertemuan WIEF mengharapkan melalui forum itu negara muslim dapat
memberikan kontribusi
kesejahteraan dan
perdamaian dunia dengan mengunakan bahasa yang sama.
"Melalui
WIEF, Indonesia berupaya menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah
agama yang universal dan perdamaian dengan mengedepankan Rahmatan Lil
Alamain," katanya.
Selain itu
Wapres mengharapakan forum bisa memperkuat kerjasama antara negara
muslim dan negara non anggota WIEF.
WIEF dibentuk
Maret 2006 yang diprakasai Malaysia sembilan tahun lalu dengan
dukungan Indonesia dimana SBY sebagai anggota kehormatan pertemuan
pertama diawali setahun sebelumnya 2005.
Jumlah peserta
setiap tahunnya terus meningkat dan tempat penyelenggaraannya pun
setiap tahun berbeda.
Selain di
Malaysia, Indonesia, Pakistan, Kuwait dan di Kazastan, dan untuk
pertama kalinya WIEF digelar di negara barat khususnya di Inggris.
Dukungan
Pemerintah Inggris untuk menjadi tempat penyelenggaraWIEF tahun ini
menunjukkan perhatian Inggris dalam menjembati antara dua pentingan
yaitu antara Dunia Barat dan negara muslim.
Apalagi Inggris
juga pernah menyelenggarakan pertemuan internasional dibidang
perbankan syariah.
Dukungan
Inggris dalam pertemuan para pebisnis negara negara Muslim tergambar
dalam thema WIEF yaitu
"Changing World,
New Relationships to encapsulate the emergence of new economic
linkages between nations across borders, religions and cultures in a
fast changing world".
Sementara itu
dalam OGP yang diikuti 90 negara anggota dengan 60 organisasi SCO
membahas kemajuan dan tantangan dalam mengimplementasikan
pemerintahan yang terbuka
Kepala UKP4 Kuntoro
Mangkusubroto, mengatakan OGP suatu gerakan yang bertujuan membangun
komitmen negara anggota agar lebih transparan, lebih akuntabel dalam
mendorong meningkatkan kualitas layanan publik bagi masyarakatnya.
Ia mengatakan
kehadiran Wapres dalam pertemuan itu sangat penting dan srategis
sebagai bukti bahwa Indonesia selama ini telah melakukan upaya
berbagai perbaikan untuk meningkatkan pelayanan kepada publik.
"Sebanyak
1.200 peserta dari 89 negara hadir dalam acara tahunan itu sehingga
kehadiran Indonesia akan sangat penting untuk berbagi pengalaman
dalam upaya perbaikan layanan," katanya.
Indonesia
adalah satu dari delapan negara pendiri Open Government Partnership
bersama Brazil, Meksiko, Norwegia, Filipina, Afrika Selatan, Inggris
dan Amerika.
"Keadaan
saat ini berbeda kepemimpinan yang biasanya hanya satu tahun di
perpanjang menjadi dua tahun," ujarnya.
Dikatakannya
keterlibatan dari organisasi social sangat besar khususnya sebagai
mitra dalam melakukan inovasi kesejahateraan.
Rencana aksi
Eksekutif Director
Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) Sad Dian Utomo kepada
ANTARA London mengatakan setiap negara anggota wajib menyusun rencana
aksi dan di menyampaikan laporan rencana aksi.
"Sebagai
lembaga CSO, kami diminta untuk menyampaikan pandangan tentang
pelaksanaan pemerintahan yang terbuka," ujar Sad Dian Utomo
yang bertemu dengan Wakpres bersama rekan2 lainnya dari Indonesia
dengan didampingi Maryati Abdullah dari Civil Society sterring
commitee member OGP.
Sementara itu
Siti Fatimah dari Bigs, sebuah CSO, mengatakan sebagai organisasi
yang membantu pemerintah kami belajar banyak bagaimana menjalankan
pemerintahan yang bersih.
Sebagai salah
satu CSO pemerintahan yang bersih menjadi isu tersendiri yang harus
dikerangkakan dalam kepentingan internasional guna mendukung strategi
nasional seperti penangulangan korupsi dan reformasi birokrasi.
Sehingga
kehadiran Indonesia akan dapat memberikan keuntungan langsung kepada
masyarakat seperti peningkatan pelayanan publik dan pemerintah yang
transparan dan akuntabel dan berdampak pada taraf hidup masyrakat.
Sad Dian Utomo
mengatakan bagi Indonesia bekerja di jaringan global upaya untuk
memastikan Indonesia melakukan perbaikan dalam tata pemerintahan.
"Harus
diakui bagi Indonesia tidak mudah dalam mencapai apa yang diharapkan
oleh OGP," ujar Sad Dian Utomo
Apalagi OGP
terkesan baru belum banyak diketahui berbagai pihak baik di tingkat
nasional karena Indonesia memiliki 500 kabupaten kota dengan 34
provinsi yang belum mengenal dengan isu OGP.
***1***
(L.H-ZG*A025/B/A.
Wijaya/A. Wijaya) 01-11-2013 06:34:47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar