INDONESIA BAWA 300 JUDUL BUKU KE LONDON
Oleh Zeynita Gibbons
London, 4/4 (Antara) - Indonesia sebagai Market Focus dalam
London Book Fair (LBF) 2019 akan membawa sekitar 300 judul buku pada pameran buku terbesar LBF ke-47 yang bakal berlangsung di gedung pameran Olympia London tanggal 10-12 April ini.
London, 4/4 (Antara) - Indonesia sebagai Market Focus dalam
London Book Fair (LBF) 2019 akan membawa sekitar 300 judul buku pada pameran buku terbesar LBF ke-47 yang bakal berlangsung di gedung pameran Olympia London tanggal 10-12 April ini.
Menyesuaikan dengan tema LBF tahun ini, "Taking Words Further Content Across Media," Indonesia menyiapkan berbagai kesempatan bagi bidang industri kreatif di luar penerbitan buku untuk ikut ditampilkan pada pameran tersebut, kata Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Pesik kepada Antara London, Rabu.
Selain menghadirkan buku-buku terpilih, Indonesia juga akan menayangkan film-film yang diangkat dari buku, di bawah kurasi Sekar Ayu Asmara, penulis, sutradara, dan produser film yang akan ikut serta ke LBF 2018 sebagai narasumber.
Dikatakannya setelah sukses menjadi Tamu Kehormatan di Frankfurt Book Fair, Indonesia akan menjadi pusat perhatian di salah satu perhelatan pameran buku London Book Fair. Melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Indonesia menandatangani nota kesepakatan dengan panitia London Book Fair untuk menjadi Market Focus pada 2019.
"Industri ekonomi kreatif di Indonesia telah mengalami pertumbuhan pesat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir," ujarnya.
Sektor kreatif Indonesia melibatkan sumber daya manusia sebesar 15,9 juta dengan kontribusi 7,3 persen bagi Gross Domestic Product (GDP) atau setara dengan 67 miliar dolar AS dan kontribusi ekspor senilai 20 miliar dolar AS. Sebagai Country Market Focus di London Book Fair 2019, Bekraf ingin mengambil peluang ini untuk membawa sektor penerbitan di Indonesia dan sektor-sektor lainnya yang berkaitan ke level selanjutnya dengan menampilkan penulis-penulis terkemuka, penerbit dan warisan literasi dan budaya Tanah Air yang kaya dengan harapan mampu menyumbangkan kesempatan besar bagi sektor kreatif Indonesia, terutama dalam sektor penerbitan, ujar Ricky Joseph Pesik.
Kehormatan untuk tampil di panggung utama LBF, menjadikan Indonesia menjadi negara Asia Tenggara pertama yang ditunjuk sebagai market focus di bursa buku internasional yang dikenal menduduki peringkat pertama dalam hal perdagangan hak cipta dan distribusi konten yang meliputi cetakan, audio, TV, film, dan saluran digital tersebut.
Ketua Harian Komite Pelaksana Indonesia Market Focus di London Book Fair, Laura Prinsloo mengatakan, sejak tahun 2015, jumlah judul buku yang laku di luar negeri meningkat pesat, sampai pada angka di atas 1.000 judul, mengalahkan negeri lain di Asia Tenggara. Ini pencapaian yang sangat baik dan menjadi sebuah indikator karya anak bangsa mampu bersaing dan diminati pasar internasional. Program-program dilaksanakan Komite Buku Nasional seperti residensi penulis, subsidi dana penerjemahan, pelatihan, saling berkesinambungan. Ini adalah sinergi yang baik antara Badan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan para profesional di luar pemerintah dalam memajukan industri perbukuan tanah air dan merupakan bagian dari diplomasi budaya Indonesia melalui buku, ujarnya.
Sementara itu Kepala Bidang Pemasaran di Komite Pelaksana Indonesia Market Focus di London Book Fair 2019, Thomas Nung Atasana, mengharapkan akan ada peningkatan target pembelian hak cipta baik di bidang penerbitan maupun non buku, dari 2018 menuju 2019. "Tahun ini, kami menargetkan 35 judul, dan pada 2019 menjadi 50 judul. Untuk bidang non buku kami akan memasarkan 20 produk nonbuku seperti film, board game, dan application buatan Indonesia pada 2019 nanti," ujarnya.
Berbagai program disiapkan menyambut kemunculan Indonesia sebagai Market Focus tahun depan. Diantaranya Seminar "Introducing Indonesia and its Creative Content" menampilkan pembicara Joshua Simanjuntak (Kepala Deputi Pemasaran Bekraf), Laura Prinsloo (Managing Director Penerbit Kesaint Blanc dan Ketua Komite Buku Nasional), John McGlynn (Pendiri Yayasan Lontar) dan dimoderatori Philip Y. Kim, penulis fiksi dan cerita pendek yang merupakan Direktur Asia Literary Review. Selain itu diadakan pula Poetry Talk dengan tema "Women Whose Names Were Erased" menghadirkan penulis, penyair, dan arsitek Avianti Armand, Maarja Kangro, penulis dan penyair dari Estonia, dan dimoderatori oleh Peggy Hughes, Direktur Program Writers' Centre Norwich. (ZG) ***4***
(T.H-ZG/B/T. Susilo/T. Susilo) 04-04-2018 05:39:32
(T.H-ZG/B/T. Susilo/T. Susilo) 04-04-2018 05:39:32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar