PHD TALK" DI SWISS BAHAS BATIK
Oleh Zeynita Gibbons
London,16/10 (Antara) - Perhimpunan Pelajar Indonesia Swiss dan Liechtenstein menggelar "PhD Talk" yang kedua dengan tema Pelestarian dan Komunikasi Warisan Budaya Tak Benda dengan Studi Kasus Batik dalam Pariwisata dan Digital Fashion.
PhD Talk dengan pembicara Puspita Ayu Permatasari, mahasiswa doktoral dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Warisan Budaya Tak Benda dan Pariwisata di Universitas USI Università della Svizzera italiana di Lugano, Swiss, akhir pekan tadi.
Pensosbud KBRI Bern dalam keterangan yang diterima Antara, Selasa menyebutkan PhD talk merupakan program PPI
Swiss and Liechtenstein yang dilaksanakan tiap semester dalam rangka berbagi ilmu dan berdiskusi tentang topik penelitian mahasiswa doctoral yang sedang melaksanakan di Swiss.
PhD Talk dihadiri Prof. Lorenzo Cantoni dari UNESCO Chair, Rektor USI Prof. Erez Boas, dan Dubes Indonesia untuk Swiss dan Liechtenstein, Prof. Muliaman Hadad, serta diaspora Indonesia.
Diaspora yang hadir diantaranya pelajar yang sedang menuntut ilmu di ETH Zurich, Bern University of Applied Sciences (BFH), University of Basel, University of Applied Sciences HTW Chur, and USI - Università della Svizzera Italiana.
Sedangkan peserta lainnya adalah diaspora Indonesia yang bekerja di Kedutaan Indonesia yang berada di Bern, institusi internasional dan nasional di Swiss.
Acara juga dihadiri mahasiswa master internasional dibidang Media Management and Computer Science, USI - Università della Svizzera Italiana dan Ms. Isabella Kunzli Waller, perajin dan pengusaha batik dari Rancate, Swiss.
Tema PhD Talk kali ini menekankan pentingnya teknologi informasi komunikasi (TIK) dalam mempromosikan kelestarian dan menyampaikan nilai-nilai budaya Batik Indonesia yang merupakan salah satu warisan budaya tak benda dari UNESCO yang tercatat sejak tahun 2009.
Tidak hanya dilihat dari sejarah teknik pewarnaan rintang lilin, batik Indonesia mencakup nilai-nilai universal yang sangat luar biasa diantaranya filosofi dari motif batik, cara memakai batik dan implikasi dari nilai sosial budaya dalam kain batik.
Pembicara menyampaikan uraian tentang evolusi dari penggunaan teknologi komunikasi dalam bidang industri budaya batik, dari zaman kesusastraan hingga ke zaman digital.
Adopsi digitalisasi besar-besaran dalam industri budaya, pembicara menegaskan pembuatan TIK tidak dimaksudkan untuk menggantikan praktik asli warisan budaya tak benda.
Namun, TIK membantu meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan nasional dan internasional untuk menghargai nilai-nilai universal Batik yang luar biasa melalui kegiatan fesyen dan pariwisata, dan dengan mendukung komunitas produsen Batik mempertahankan praktik Batik Tulis.
Dalam acara ini, UNESCO Chair dan Dubes Indonesia dalam pidato pembukaannya menandaskan untuk meningkatkan hubungan bilateral Swiss-Indonesia dan memperkuat kolaborasi di bidang TIK, budaya dan pendidikan.
Dalam kesempatan ini, Dubes, Prof. Muliaman Hada menyampaikan dukungan untuk kegiatan USI UNESCO Summer School 2020 mendatang yang akan diadakan di Indonesia bersama universitas dalam negeri yakni Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti.
Acara ini akan mengundang maksimal 30 partisipan dari seluruh negara untuk melakukan kunjungan di tiga tempat yaitu Jakarta, Jogja, dan Bali serta melakukan diskusi dan kegiatan ilmiah untuk mempelajari situs UNESCO dan warisan budaya tak benda yang ada di Indonesia seperti Batik, gastronomi, dan spa.
Diharapkan acara ini mampu memberi manfaat dalam perekonomian dan pengembangan kepariwisataan bagi daerah destinasi yang dicakup dalam kegiatan tersebut, serta menjadi ajang untuk saling belajar diantara peserta dan penyelenggara.
***4****
(T.H-ZG/B/M. Yusuf/M. Yusuf) 16-10-2018 06:31:32
Isi Audio Download Audio
Oleh Zeynita Gibbons
London,16/10 (Antara) - Perhimpunan Pelajar Indonesia Swiss dan Liechtenstein menggelar "PhD Talk" yang kedua dengan tema Pelestarian dan Komunikasi Warisan Budaya Tak Benda dengan Studi Kasus Batik dalam Pariwisata dan Digital Fashion.
PhD Talk dengan pembicara Puspita Ayu Permatasari, mahasiswa doktoral dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Warisan Budaya Tak Benda dan Pariwisata di Universitas USI Università della Svizzera italiana di Lugano, Swiss, akhir pekan tadi.
Pensosbud KBRI Bern dalam keterangan yang diterima Antara, Selasa menyebutkan PhD talk merupakan program PPI
Swiss and Liechtenstein yang dilaksanakan tiap semester dalam rangka berbagi ilmu dan berdiskusi tentang topik penelitian mahasiswa doctoral yang sedang melaksanakan di Swiss.
PhD Talk dihadiri Prof. Lorenzo Cantoni dari UNESCO Chair, Rektor USI Prof. Erez Boas, dan Dubes Indonesia untuk Swiss dan Liechtenstein, Prof. Muliaman Hadad, serta diaspora Indonesia.
Diaspora yang hadir diantaranya pelajar yang sedang menuntut ilmu di ETH Zurich, Bern University of Applied Sciences (BFH), University of Basel, University of Applied Sciences HTW Chur, and USI - Università della Svizzera Italiana.
Sedangkan peserta lainnya adalah diaspora Indonesia yang bekerja di Kedutaan Indonesia yang berada di Bern, institusi internasional dan nasional di Swiss.
Acara juga dihadiri mahasiswa master internasional dibidang Media Management and Computer Science, USI - Università della Svizzera Italiana dan Ms. Isabella Kunzli Waller, perajin dan pengusaha batik dari Rancate, Swiss.
Tema PhD Talk kali ini menekankan pentingnya teknologi informasi komunikasi (TIK) dalam mempromosikan kelestarian dan menyampaikan nilai-nilai budaya Batik Indonesia yang merupakan salah satu warisan budaya tak benda dari UNESCO yang tercatat sejak tahun 2009.
Tidak hanya dilihat dari sejarah teknik pewarnaan rintang lilin, batik Indonesia mencakup nilai-nilai universal yang sangat luar biasa diantaranya filosofi dari motif batik, cara memakai batik dan implikasi dari nilai sosial budaya dalam kain batik.
Pembicara menyampaikan uraian tentang evolusi dari penggunaan teknologi komunikasi dalam bidang industri budaya batik, dari zaman kesusastraan hingga ke zaman digital.
Adopsi digitalisasi besar-besaran dalam industri budaya, pembicara menegaskan pembuatan TIK tidak dimaksudkan untuk menggantikan praktik asli warisan budaya tak benda.
Namun, TIK membantu meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan nasional dan internasional untuk menghargai nilai-nilai universal Batik yang luar biasa melalui kegiatan fesyen dan pariwisata, dan dengan mendukung komunitas produsen Batik mempertahankan praktik Batik Tulis.
Dalam acara ini, UNESCO Chair dan Dubes Indonesia dalam pidato pembukaannya menandaskan untuk meningkatkan hubungan bilateral Swiss-Indonesia dan memperkuat kolaborasi di bidang TIK, budaya dan pendidikan.
Dalam kesempatan ini, Dubes, Prof. Muliaman Hada menyampaikan dukungan untuk kegiatan USI UNESCO Summer School 2020 mendatang yang akan diadakan di Indonesia bersama universitas dalam negeri yakni Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti.
Acara ini akan mengundang maksimal 30 partisipan dari seluruh negara untuk melakukan kunjungan di tiga tempat yaitu Jakarta, Jogja, dan Bali serta melakukan diskusi dan kegiatan ilmiah untuk mempelajari situs UNESCO dan warisan budaya tak benda yang ada di Indonesia seperti Batik, gastronomi, dan spa.
Diharapkan acara ini mampu memberi manfaat dalam perekonomian dan pengembangan kepariwisataan bagi daerah destinasi yang dicakup dalam kegiatan tersebut, serta menjadi ajang untuk saling belajar diantara peserta dan penyelenggara.
***4****
(T.H-ZG/B/M. Yusuf/M. Yusuf) 16-10-2018 06:31:32
Isi Audio Download Audio
Tidak ada komentar:
Posting Komentar