Kamis, 26 Agustus 2010

DIPLOMASI KRI DEWA RUCI

AKHIR PERJALANAN DIPLOMASI KRI DEWA RUCI


Oleh Zeynita Gibbons

London, 26/8 (ANTARA) - Hantaman ombak di Northsea membuat KRI Dewa Ruci, kapal tradisional tiang panjang yang berusia 57 tahun tidak berdaya, kapal porak poranda, pintu lepas, para 'crew' mabuk laut semalaman.

Akhirnya dengan susah payah KRI Dewa Ruci yang pertama diluncurkan pada 24 Januari 1953, sampai di kampung halaman di galangan kapal H.C. Stulchen & Sohn Hamburg, Jerman Barat.

Dubes RI untuk Republik Federal Jerman, Eddy Pratomo, Rabu, menyambut kehadiran KRI Dewa Ruci yang menjadi salah satu simbol hubungan diplomatik RI-Jerman di tanah kelahirannya di kota pelabuhan yang berjarak sekitar 60 km dari Bremen, Jerman.

Kapal berukuran 58,5 meter dan lebar 9,5 meter dari kelas Barquentine ini dibangun di H.C. Stulchen & Sohn Hamburg, Jerman dan merupakan satu-satunya kapal layar tiang tinggi produk galangan kapal itu pada 1952 yang masih laik layar dari tiga yang pernah diproduksi.

Pembuatan kapal ini dimulai pada 1932, namun terhenti karena saat Perang Dunia II galangan kapal pembuatnya rusak parah. Kapal tersebut akhirnya selesai dibuat pada 1952, dan setahun kemudian diresmikan.

KRI Dewa Ruci, pertama diluncurkan pada 24 Januari 1953, dan pada bulan Juni dilayarkan ke Indonesia oleh taruna AL dan kadet ALRI. Setelah itu KRI Dewa Ruci yang berpangkalan di Surabaya, ditugaskan sebagai kapal latih yang melayari kepulauan Indonesia dan juga ke luar negeri.

Sejak Maret lalu KRI Dewa Ruci mengikuti serangkaian Tall Ship Race 2010 mulai dari Yunani dan di berbagai negara lainnya seperti Belgia, Denmark, Norwegia, Inggris, Perancis dan Belanda dengan komandan kapal Suharto La Djide.

Komandan KRI Dewa Ruci, Letkol Laut (P) Suharto La Djide kepada koresponden Antara London, saat merapat di Hartlepool Inggris mengatakan KRI Dewa Ruci mengarungi samudera selama sembilan bulan sejak Maret lalu menempuh 24.676 mil laut atau setara 45.650 kilometer dan menyinggahi 25 negara di Eropa.

"Selama kapal berlayar mungkin sudah ada lima bayi yang lahir ditinggalkan sang ayah berlayar," ujar Suharto lagi yang menyebutkan bahwa namanya memang sama dengan mantan Presiden Suharto.

"Ibu melahirkan saya saat Soeharto dilantik menjadi Presiden RI," ujar pria kelahiran Soppeng, Sulawesi Selatan, yang mempunyai darah pelaut Bugis asli yang ditempa di Bumimoro sebagai Kadet AAL tahun 1988-1991.


Penghargaan demi penghargaan
Dalam pelayaran muhibah ke Eropa, KRI Dewa Ruci mengikuti ajang kejuaraan, di antaranya The Historical Seas Tall Ships Regatta 2010 dengan rute Yunani-Bulgaria-Istambul (Turki) dari 12 Mei hingga 4 Juni.

Kemudian dari 13 Juli hingga 7 Agustus mengikuti The Tall Ships Race 2010 dengan rute Antwerp (Belgia)-Aalborg (Denmark)-Kristiansand (Norwegia)-Hartlepool (Inggris).

Setelah itu, kapal ini pun mengikuti festival Sail Amsterdam, di Belanda dari 20 hingga 23 Agustus dan dari 25 hingga 29 Agustus mengikuti Sail Brernerhaven 2010, di Jerman serta 8- hingga 3 September mengikuti festival International Mediferraneo and Velieri, di Cagliari, Italia.

Bak pepatah makin tua makin tua keladi, ternyata KRI Dewa Ruci tidak pernah luput dari penghargaan yang diperolehnya.

Pada Tall Ships Races 2010 yang berlangsung di kota Kristiansand-Norwegia, KRI Dewa Ruci mendapat empat penghargaan yaitu sebagai kapal layar dengan formasi terbaik saat berlabuh The Most Spectacular Entrance.

KRI Dewa Ruci yang disambut Dubes RI untuk Kerajaan Norwegia, R.A Esti Andayani, juga meraih tiga penghargaan lain yaitu juara satu pertandingan olah raga cabang tenis meja, juara satu voli pantai, serta juara satu lomba 'soda party'.

Perjalanan KRI Dewa Ruci terus berlanjut menebar pesona di setiap pelabuhan yang disingahinya. Bagaikan diplomat yang melancarkan misi diplomasi ke berbagai negara.

Saat mengikuti Tall Ship Race dari Antwerp di Belgia ke Aalborg di Denmark, KRI Dewa Ruci berhasil menyabet tiga gelar sekaligus yakni kapal terbaik dalam peran parade, peserta terjauh, dan juara satu pertandingan basket internasional pelaut.

Begitupun saat singgah di Hartlepool, Inggris, para awak kapal latih TNI AL, KRI Dewa Ruci, berhasil meraih juara penampilan terbaik, "The Best Crew Parade" dalam acara kirab kota di sepanjang jalan Kota Hartlepool, sekitar lima jam perjalanan dari London.

Kirab diikuti sekitar 85 peserta perlombaan Tall Ship Races 2010 Hartlepool itu, awak KRI Dewa Ruci menampilkan berbagai kesenian Indonesia, di antaranya Reog Ponorogo, yang menarik perhatian masyarakat Kota Hartlepool yang terletak bagian timurlaut, County Durham, Inggris dengan penduduk sekitar 90.000 jiwa.

Kemenangan ini merupakan penghargaan kedelapan yang diraih KRI Dewa Ruci selama mengikuti Tall Ship Races 2010 dari Antwerp, ujar Komandan KRI Dewa Ruci Letkol Laut (P) Suharto kepada koresponden ANTARA London.

Tampaknya dewi keberuntungan terus mengikuti KRI Dewa Ruci yang juga berkunjung ke kampung halamannya di Bremenhaven, setelah dia mampir di Paris untuk mengikuti upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus yang memberikan warna tersendiri bagi KBRI Paris.

Sebelum menuju kampungnya KRI Dewa Ruci yang telah menjelajahi beberapa benua yang merupakan ajang pelatihan bagi Taruna Akademi Angkatan Laut Tentara Nasional Indonesia, juga sekaligus sebagai misi promosi budaya Indonesia ke negara-negara yang disinggahinya.

Dalam setiap penampilannya 'crew' KRI Dewaruci yang terdiri atas 15 'officer' dan satu kapten serta 83 kadet plus lima perwira dalam setiap kesempatan berlabuh menampilkan berbagai kesenian Indonesia.

Para kadet yang serba bisa itu dengan terampil mempertunjukan Tari Reog Ponorogo, Tarian Minang, Tari Saman, Tari Rampak Kendang dan Tari Perang dari Papua yang selalu mendapat sambutan meriah.

Ternyata KRI Dewa Ruci juga pernah digunakan untuk shooting film Anna and The King yang dibintangi Joddie Foster. Perwira Widarto menceritakan bahwa ia pernah menjadi figuran dalam film garapan gabungan dari Amerika Serikat, Inggris dan Thailand itu.

Selama satu bulan Widarto bersama bintang film Jodie Foster dan Chow Yun Fat itu mengikuti shooting film garapan sutradara Andy Tennant di daerah Penang dan Ipoh pada 1999. Fim ini mendominasi Academy Award pada 2000 untuk Best Art Direction dan Best Costume Design.

Logistik selama sembilan bulan
Selama perlayaran sembilan bulan, KRI Dewa Ruci ternyata membawa perbekalan cukup banyak untuk memberi makan lebih dari 100 awak serta menyelenggarakan pesta di setiap negeri kapal merapat.

Dalam acara 'coctail party', awak kapal menyediakan bakso sapi yang khusus dibuat di Surabaya. Penganan itu disimpan dalam mesin pendingin, begitupun beras yang digunakan untuk nasi goreng, tersedia cukup untuk selama sembilan bulan.

Selama perlayaran sembilan bulan, KRI Dewa Ruci ternyata membawa perbekalan cukup banyak seperti beras untuk persediaan selama sembilan bulan, ujar Warsis, perwira yang bertugas di bagian logistik.

"Kami membawa sebanyak 15 ton beras, sekitar 500 botol kecap, 150 kg cabe, plus 150 kilo cabe rawit dan dua ton gula, bumbu bumbu instan dan juga 100 kilo kluwak serta masing masing sebanyak 50 kg makanan kecil untuk acara 'coctail party' seperti keripik, dan kacang," ujar Warsis lagi.

Sementara itu untuk mengantisipasi mabok laut dan bila terjadi kecelakaan, KRI Dewa Ruci juga dilengkapi dengan seorang dokter Prabowo Herbanudan dibantu seorang paramedik.

"Untuk mengatasi mabok laut, kami memiliki persediaan antimo," ujarnya, selain berbagai vitamin dan obat obatan lainnya.

Dr Prabowo juga melengkapi peralatannya dengan perangkat untuk operasi kecil bila terjadi hal hal yang tidak diiinginkan. Namun, Alhamdullilah, hingga saat ini belum ada kejadian yang menimpa para awak kapal, ujarnya.

Agus Gunarso salah seorang perwira KRI Dewa Ruci mengakui bahwa banyak pengalaman menarik yang diperolehnya sepanjang sembilan bulan perlayaran dari Surabaya hingga ke Benua Eropa.

Pengalaman menarik kami dapat mengenal tradisi dan kebudayaan berbagai negara, dukanya selain mabok laut yang tidak bisa dihindari juga udara yang tidak menentu di lautan.

Selain itu rasa kekeluargaan pun sangat lekat di antara sesama kadet dan perwira. "Kami merasa senang bila ada di antaranya mendapat kabar istri melahirkan. Sampai saat ini ada lima bayi perempuan yang belum beruntung menyaksikan sang ayah yang tengah berlayar," ujarnya.

Dia berharap selama sembilan bulan perlayaran akan lahir sembilan anak dari anggota KRI Dewa Ruci yang membawa misi diplomasi kebudayaan di berbagai negara di dunia di usianya yang mencapai 57 tahun.
Dalam menjalankan misi sucinya itu, KRI Dewa Ruci mempunyai semboyan yang tidak pernah goyah, "Jaya Jalesveva Jayamahe. Di Laut Kita Jaya". (U-ZG)
(T.H-ZG/B/H-KWR/H-KWR) 26-08-2010 21:31:50

Tidak ada komentar: