Korma dan Susu, Menu Berbuka di London
Jumat, 27 Agustus 2010 08:52 WIB | Artikel | Spektrum | Dibaca 923 kali
Zeynita GibbonsLondon ( ANTARA News) -Berbuka puasa di mesjid Inggris jauh berbeda dengandimesjid di tanah air yang menyediakanberbagai macam hidangan mulai teh manis hangat, buah korma sampai kolak pisang.
Sementara acara berbuka puasa bersama yang diadakan di mesjid besar London, di daerah Green Park London, menu tersedia hanya berupa tiga butir korma dan susu panas yang dapat diambil di dekat tempat berwudhuk di pintu masuk mesjid.
Bersama Doktor Mutmainnah Musofa yang sedang mengikuti overseas non degree traning program I-MHERE Unismah di University of the Arts London dan Mira, tenaga kerja wanita Indonesia, mengikuti acara buka bersama di mesjid yang terletak di daerah elit Regent Park.
Ketikasampai di mesjid yang juga dikenal sebagai Islam Cultural Centre, ICC itu jemaah dari berbagai bangsa sudah memenuhi ruangan di dalam mesjid.
Begitupun tempat jemaah wanita yang berada di lantai atas sudah dipenuhi wajah wajah Asia dan Timur Tengah dengan menggunakan abaya yang umumnya berwarna hitam hitam.
Sholat mengenakan mukena di kalangan umat Islam di Kerajaan Inggris ini tampaknya tidak umum, cukup dengan abaya yang mereka kenakan dengan jilbab penutup kepala.
Lain dengan jemaah wanita yang dijumpai di mesjid mesjid di Indonesia yang umumnya mengenakan mukena yang saat ini beragam warna dan renda yang indah indah.
Selesai berwudhu sambil menunggu waktu berbuka saya pun duduk sambil membaca Al Quran di ruang atas yang khusus ditujukan untuk jemahah wanita. Seorang ibu menawarkan buah korma.
Tidak beberapa saat seorang gadis cilik menyodorkan kotak biskut, sepertinya tawaran untuk berbuka berupa buah korma terus mengalir, dari satu butir ternyata buah kurma yang ditawarkan sampai bertambah menjadi beberapa butir.
Memang beda tradisi berbuka di sini dengan di tanah air, ujar Bu Ina, demikianMutmainnah Musofa biasa disapa.
Sementara itu Tuti H Muslih dari Kediri Jawa Timur yang bekerja untuk keluarga Jerman mengakui bahwa ia bersyukur bisa ikut berbuka dan sholat magrib bersama di mesjid besar London ini.
Bekerja di London sejak beberapa tahun lalu , hidup bersama keluarga non muslim berasal dari Jerman, Tuti mengakui bahwa ia bersyukur bisa melaksanakan sholat taraweh dan berbuka di mesjid besar London ini.
"Alhamdulilha masih bisa menjalankan ibadah, sebagai seorang muslim," ujar Tuti.
Pada awalnya memang perlu perjuangan keberanian dan yakin Allah akan selalu bersama kebenaran juga selama kita menghargai dan menghormati orang lain maka mereka pun memperlakukan kita sama, ujarnya.
Tuti mengatakan, "Meskipun berbuka hanya dengan sebutir korma dan secangkir susu, baginya tidak masalah. Saya selalu berusaha untuk datang karena bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa".
Tuti yang bekerja selama tiga tahun mengakui majikannya sangat baik dan mengizinkannya untuk melaksakan ibadah puasa dan juga sholat taraweh di mesjid Central Morque London.
"Kemarin saya sampai di rumah pukul 12 malam," ujar Tuti yang sempat memberikan dorongan untuk Yoyoh, seorang pembantu rumah tangga yang mengajukan majikannya ke pengadilan di London.
"Saya belum tahu gimana hasilnya," ujar Tuti yang sering diajak berlibur oleh majikannya.
Usai menyantap sebutir korma dan seteguk susu panas, imam pun mengumandangkan azan magrib. Para jemaah mesjid London itu pun sholat berjamaah.
Usai shalat magrib berjamah, kaum wanita diminta untuk menuju ruang bawah mesjid. "Disini tidak boleh makan," teriak wanita berwajah Pakistan itu. "Semua turun kebawah," teriaknya yang diikuti ratusan kaum wanita berbagai bangsa itu.
Sampai di ruang bawa mesjid terlhiat hamparan tikar yang sudah dipenuhi wanita berwajah Timur Tengah dan Asia menyantap makanan nasi kotak.
Sekotak nasi yang dicampur kari ayam dan sayurdinikmati Tuti. "Hampir setiap hari menunya ya nasi dengan kari kadang dengan ayam atau kambing," ujarnya.
Di sisi lain sekelompok wanita membuka bekal makanan berupa nasi dan salada serta sambel yang dinikmati bersama rekan rekannya.
Selain itu ada yang menawarkan sayur terong dan buah-buahan, semua wanita berbagai bangsa itu saling berbagi dan menawarkan makanan yang dibawa mereka dari rumah.
London Central Mosque yang juga dikenal sebagai Islam Cultural Centre, ICC yang terletak dekat stasiun Marylebone, Baker Street Underground stasiun, dirancang oleh Sir Frederick Gibberd, yang pembangunanya selesai pada tahun 1978, dan memiliki kubah emas.
Aula utama bisa menahan lebih dari lima ribu jamaah dengan tempat khusus untuk jemaah wanita di balkon mesjid yang diresmikan Raja George VI pada tahun 1944 merupakan hadiah tanpa syarat untuk masyarakat Muslim Inggris, dengan imbalan situs di Kairo untuk katedral Anglikan.
(U-ZG/A024)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar