YULIA ROBERTS PROMOSIKAN BALI MELALUI FILM
Oleh Zeynita Gibbons
Penampilan cewek badung yang berdiri di pinggir jalan dalam film Pretty Women, telah menemukan tuhannya di Pulau Dewata Bali dalam Film Eat Pray Love, yang diangkat dari buku terlaris karya Elizabeth M. Gilbert.
Julia Robert yang membintangi film garapan Ryan Murphy, menceritakan kisah perjalanan seorang wanita mapan Elizabeth Gilbert yang memasuki usia tiga puluh tahun mendapatkan semua yang diinginkan oleh seorang wanita Amerika modern.
Selain seorang suami dan sebuah rumah, Gilbert yang ambisius dan terpelajar juga punya karier yang cemerlang. Namun, bukannya bahagia, dia justru menjadi panik, sedih, dan bimbang menghadapi kehidupan.
Gilbert merasakan pedihnya perceraian, depresi, kegagalan cinta dan kehilangan pegangan dalam hidupnya. Untuk memulihkan dirinya, Gilbert pun mengambil langkah yang cukup ekstrem.
Dia meninggalkan pekerjaan dan orang-orang yang dikasihinya untuk melakukan petualangan seorang diri berkeliling dunia.
Bagi seorang perempuan yang berpenampilan menarik, perjalanan solo ini jelas petualangan seru. Makan, doa, dan cinta adalah catatan kejadian di bulan-bulan pencarian jati dirinya itu.
Dalam petualangannya itu, Gilbert menetapkan tujuan ke tiga tempat berbeda. Di setiap negara, ia meneliti aspek kehidupan dengan latar budayanya masing-masing.
Italia menjadi tempat tujuan pertamanya. Di negeri nan elok ini, Gilbert mempelajari seni menikmati hidup dan bahasa Italia. Tak lupa, ia juga mengumbar nafsu makannya dengan menyantap aneka masakan Italia yang enak-enak. Wajar saja jika kemudian bobot tubuhnya pun bertambah 12 kilogram.
Dari Italia, Gilbert bertolak menuju India. Di negeri ini dia mempelajari seni devosi atau penyerahan diri di sebuah Ashram atau padepokan Hindu. Ia menghabiskan waktu empat bulan untuk mengeksplorasi sisi spiritualnya.
Akhirnya, Bali menjadi tujuan terakhirnya. Di Pulau Dewata inilah wanita matang ini menemukan tujuan hidupnya, yakni kehidupan yang seimbang antara kegembiraan duniawi dan ketenangan batin.
Ia menjadi murid seorang dukun tua bernama Ketut Liyer yang juga seorang pelukis dan peramal lewat bacaan garis tangan. Gilbert juga bersahabat dengan Nyoman, penjual jamu tradisional Bali.
Dan yang terpenting, di Bali, Gilbert yang sudah apatis dan merasa tak akan pernah lagi bisa berhubungan romantis dengan lelaki mana pun, akhirnya malah menemukan kembali cinta sejati pada diri Felipe, pria separuh baya asal Brasil yang jauh lebih tua darinya.
Island of Love
Kisah mengenai Julia Robert dalam Film Eat Pray Love menghiasai koran terkemuka di Inggris, The Mail on Sunday Daily. Koran ini dalam kolom travelnya menceritakan kisah perjalanan bintang The Pelican Brief itu.
Tulisan Sarah Turner itu bercerita ketika ia ingin bertemu dengan Wayan Nuriayasih pemilik sebuah restoran di Ubud, Bali, yang dirasakannya lebih mirip dengan tempat ziarah daripada objek tujuan wisata.
Wayan, seorang wanita yang lahir di akhir 30-an mengenakan sarung dan berpayet Super Mario T-shirt, ternyata seorang dukun itu meminta Sarah untuk menyulurkan lidahnya dan sambil menatap telapak tangannya berkata. "Ada berita bagus dan berita buruk," katanya.
Wayan pun mengatakan bahwa ia akan hidup dalam waktu lama, dua orang akan meninggalkannya untuk wanita lain sebelum menemukan cinta - "dan aku tidak harus makan telur begitu banyak".
Menurut Sarah Turner, ia baru menyadari banyak wisatawan khususnya perempuan, yang membawa novel yang menjadi fenomena sebagai karya sastra dalam Eat Pray Love.
Memoar yang cukup laris manis dan bahkan menduduki peringat lima besar buku yang digemari itu diangkat ke dalam layar lebar Hollywood - oleh Elizabeth Gilbert seperti dalam buku A Year in Provence, dengan mistisisme beberapa pusar ekstrem.
Dalam bukunya, Gilbert bercerita tentang bagaimana setelah dia bercerai, dia melakukan perjalanan ke Italia di mana ia banyak makan, kemudian ke India di mana dia berdoa banyak dan akhirnya ke Bali, di mana dia jatuh cinta, tidak hanya dengan pulau tetapi dengan Felipe, importir perhiasan Brasil.
Wisatawan Inggris
Kisah perjalanan Gilbert itu menjadi artikel menarik yang ditulis Sarah Turner, dan melukiskan Bali sebagai pulau yang indah dan juga penuh dengan ketenangan tempat umat Budha menjalani ibadahnya.
Wartawan perjalanan Wendy Gomersali, menuliskan sekitar 150 ribu wisatawan Inggris berwisata ke Indonesia setiap tahun, meskipun ada 'travel warning' dari Kementerian Luar Negerinya karena dinilai sangat riskan dengan adanya isu teroris.
Sebagian besar wisatawan Inggris berlibur di Bali, meskipun ada serangan teroris pada tahun 2002 dan 2005 tidak menyurut turis Inggris untuk menikmati keindahan batu candi, persawahan, hutan penuh dengan tanaman hijau subur, gunung berapi dan tenang, dan senyuman masyarakatnya.
Disebutkannya pula bahwa terdapat sekitar 20.000 candi dan kuil-kuil, sehingga tidak mengherankan Bali disebut Pulau Dewata.
Meskipun sebagian besar penduduk Indonesia adalah Muslim, tetapi 93 persen dari penduduk Bali beragama Hindu, sebuah perpaduan antara India Hindu, Buddha dan animisme.
Hal ini merupakan perpaduan yang eksotis yang Elizabeth Gilbert menuliskan kisah menemuan rohaninya itu.
Penulis wisata Wendy Gomersall menuliskan berbagai keindahan yang dapat ditemui di Bali yang membentang sepanjang 100 mil dan 70 mil utara ke selatan.
Bali merupakan daerah wisata yang sangat santai dengan tempat tinggal berbagai ragam mulai dari B&B sampai hotel berbintang serta resort dengan kelas dunia seperti halnya Orient-Express Hotel, Jimbaran, Puri Bali dan Ubud, Hanging Gardens menawarkan tempat berlibur.
The Jimbaran yang baru diperbaharui memiliki pantai terbaik, sementara di hutan Ubud yang dapat ditempuh 90 menit berkendaraan dari Jimbaran memberikan kesempatan bagi wisatawan menyaksikan Bali dengan nyata.
Di daerah pedesaan, lahan sawah masih dibudidayakan dengan tangan dan keluarga tinggal di senyawa lengkap dengan kuil-kuil mereka tempat beribadah keluarga. (U-ZG)
(T.H-ZG/B/H-KWR/H-KWR) 24-08-2010 22:49:06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar