Minggu, 21 Agustus 2011

IMAM MASJID ISTIQLAL

IMAM MASJID ISTIQLAL BERIKAN TAUSIAH DI MAROKO

London, 22/8 (ANTARA) - Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya?qub, MA, memberikan tausiah Ramadhan yang bertema "Memaknai Kembali Nuzulul Quran dan Meraih Lailatul Qadar" di hadapan masyarakat Indonesia di Maroko.


Tausiah tersebut juga dihadiri Duta Besar RI di Maroko dan Ibu H. Tosari Widjaja serta seluruh staf KBRI Rabat beserta keluarga, mahasiswa serta para pekerja profesional, demikian keterangan dari KBRI Rabat yang diterima Antara London, Senin.


Kehadiran Imam Besar Masjid Istiqlal dan guru besar Ilmu Hadis IIQ Jakarta itu di Maroko untuk pertama kalinya dalam rangka memenuhi undangan khusus Raja Maroko, Mohamed VI, untuk mengikuti pengajian Ramadhan kerajaan yang dikenal dengan Durus Al-Hassaniyah.


Sebagaimana kebiasaan Raja Maroko, dalam pengajian Ramadhan khusus kerajaan setiap tahun mengundang para ulama besar, tokoh agama dan aktivis Islam dari manca negara termasuk Indonesia.


Tausiah setelah selesai buka puasa dan Shalat Maghrib dan Isya serta Taraweh itu pertama kali disenggarakan di Wisma Duta karena bertepatan dengan syukuran hari lahir Dubes RI ke-71.


Dubes RI. Tosari Widjaja mengatakan, dengan kehadiran seorang ulama yang menjadi kebanggaan, tidak saja bagi dirinya tetapi juga seluruh bangsa Indonesia, akan menambah keberkahan Ramadhan, selain membawa keberkahan baginya pribadi dalam menjalankan tugas negara dengan sisa usia yang diniatkan untuk diwakafkan bagi kemaslahatan umat Islam, demikian sambutan kalimat syukur Dubes Tosari Widjaja.


Tausiah berlangsung hangat dan sangat akrab di isi dengan sesi pertanyaan interaktif dari mahasiswa yang sedang belajar di Maroko serta beberapa pendengar radiopengajian.com dari beberapa negara yang menyimak langsung acara tausiah tersebut melalui jaringan internet.


Dalam Tausiahnya, Imam besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya'qub, menekankan pentingnya mencontoh Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari melalui hadits-haditsnya yang shohih.

Dengan kembali kepada hadits Rasulullah, banyak persoalan bangsa dan umat islam dapat diselesaikan, seperti kemiskinan salah satunya, ujarnya.


Menurut Imam, umat Islam terutama di Indonesia masih senang pergi haji berkali-kali dibandingkan menyantuni anak yatim, fakir miskin dan para janda. Orang yang hanya menyibukkan diri untuk dapat pergi haji berkali-kali dengan mengenyampingkan ibadah sosial kepada orang-orang di sekitarnya adalah "Haji Pengabdi Setan".


Dalam beberapa riwayat hadits yang shohih, Rasulullah hanya pergi haji satu kali dan berumroh dua kali, meskipun kesempatan berhaji atau pun berumroh bagi beliau sangat mudah dan mungkin.


"Memang ada hadits menyatakan, pahala haji adalah surga, namun itupun jika mabrur. Tapi bagi yang menyantuni yatim, Rasulullah menjelaskan bahwa janji surganya adalah pasti dan akan berdampingan di surga kelas VVIP bersama Rasulullah sebagaimana dalam haditsnya : Aku dan orang yang menanggung yatim adalah seperti ini di dalam surga (sambil mengisyaratkan kepada jari telunjuk dan jari tengah Nabi)", demikian Imam Besar Masjid Istiqlal itu menjelaskan.


Menjawab pertanyaan penyimak Tausiah dari Mesir dan Solo melalui radiopengajian.com, Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub menjelaskan, Ihya (meramaikan) Laylatul Qadr sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah adalah meramaikan malam 10 terakhir dengan semakin memperbanyak ibadah dan tidak mengkhususkan malam tertentu saja.


Dalam salah satu hadits riwayat Aisyah. Adapun amalan sunnah pada 10 terakhir Ramadhan sesuai tuntunan Rasulullah adalah melaksanakan i'tikaf dan banyak berdzikir serta membaca Al-Quran.
Rahasia Kesuksesan Imam Besar Masjid Istiqlal

Sesi yang cukup menarik adalah komentar sekaligus pertanyaan yang dilontarkan oleh Prof. Dr. Mariam Ait Ahmed, dosen Univ. Ibn Tofail yang juga ikut hadir dalam majlis tausiah tersebut.

Pertanyaan yang dilontarkannya dalam bahasa Arab mengungkap beberapa rahasia dibalik pribadi seorang Ali Mustafa Ya'qub sehingga menjadi seorang alim dan telah memiliki 34 karya tulis dalam 3 bahasa, Indonesia, Arab, dan Inggris.


Dengan rendah hati, Ali Mustafa Yaqub menjawab, rahasia pertama kesuksesannya adalah musibah yang membawa hikmah. Setelah ayahnya wafat dan berusaha melanjutkan studi tanpa biaya dari keluarga karena ekonomi keluarga yang tidak seberapa.


Lulus pesantren Tebu Ireng, pilihan takdir kemudian membawanya studi ke Universitas Imam Saud di Saudi Arabia yang menyediakan beasiswa hingga mengantarnya mendapat gelar Master di jurusan Tafsir dan Hadits. Selesai Master, banyak tawaran datang untuk beliau bekerja di Saudi dengan gaji ribuan dolar. Tapi beliau tidak tertarik dengan itu dan memilih berazam kembali ke Indonesia untuk berdakwah.


Dengan berbekal tabungan dari beasiswa, cita-citanya adalah membeli sebidang tanah di Timor-Timur atau Irian Jaya (Papua) untuk mendirikan masjid kecil sebagai tempat mendidik anak-anak menuju hidayah Allah, sedangkan siang hari saya mencangkul ladang di tanah tersebut.

Karena seandainya dari anak-anak di mana mayoritas lingkungannya adalah non muslim, katanya, lalu saya mendidik mereka hingga mendapat hidayah Allah dan sukses di kemudian hari, hal itu akan lebih bermanfaat untuk saya di dunia dan akhirat dibandingkan dengan mengumpulkan dollar di negara Saudi", cerita beliau mengungkap rahasia lain kesuksesannya.


"Rahasia keduanya ini berlandaskan motivasinya firman Allah SWT, "Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolong segala urusanmu, dan doa anak didiknya akan terus mengalir untuknya tanpa batas waktu", ungkap beliau.


Meski takdir kemudian menentukan beliau menetap di Jakarta setelah mendengar nasehat beberapa tokoh besar di lingkungan NU sekembalinya dari Saudi, namun hingga kini beberapa kader santrinya telah beliau kirim untuk berdakwah ke Papua dengan donasi dari beberapa pihak yang cukup untuk menghidupi kebutuhan mereka di sana baik bulanan ataupun tahunan.

"Alhamdulillah Pesantren Darussunnah milik saya di Ciputat juga akan segera memiliki cabang di Malaysia berkat rahmat dan berkah Allah SWT", ungkapnya dengan penuh syukur.


Sementara mengenai rahasia produktifitas menulisnya, adalah dimulai dari cita-cita yang terpatri setelah beliau mencermati dan menghayati bait syair di salah satu sudut perpustakaan semasa kuliahnya di Saudi yang menyatakan bahwa tubuh orang yang menulis boleh hancur menjadi debu, namun pahala dari tulisannya akan senaniasa mengalir selagi buku itu dibaca dan dimanfaatkan orang lain. Ditambah lagi duka atas wafatnya kakak laki-laki beliau dalam usia yang masih sangat muda membuat beliau berpikir akan makna anugerah sebuah usia bagi diri beliau.


Semenjak itulah Ali Mustafa Ya?qub berazam untuk giat menulis memanfaatkan seluruh usianya hingga kini karyanya berjumlah 34 buah baik dengan bahasa Indonesia, Arab dan Inggris. "Semangat ini saya coba tularkan kepada murid-murid saya dan saya berpesan kepada mereka jangan kamu mati sebelum kamu menjadi seorang penulis", ujarnya penuh semangat.


Rahasia terakhir adalah bahwa semasa studi dimanfaatkannya pergaulan dengan mahasiswa negara lain untuk belajar dan mengasah kemampuan bahasa Arab dan Inggrisnya. "Selama masa studi di Saudi, saya tinggal satu kamar dengan teman mahasiswa dari Sudan dan Hongkong. Keseharian saya dengan kawan Sudan dimanfaatkannya untuk mengasah kemampuan bahasa Arab, sementara kawan dari Hongkong dimanfaatkan untuk mengasah kemampuan saya berbahasa Inggris", cerita beliau.


Bekal pengalaman inilah kemudian Imam masjid mengakui memiliki kemampuan menulis dan berbicara dalam bahasa Arab dan Inggris. "Bahkan saya menjelaskan Islam selama 25 menit secara khusus kepada Presiden Obama saat kunjungan bersejarahnya ke Masjid Istiqlal pada tahun 2010 dan pertemuan bersejarah itu telah saya tuliskan menjadi sebuah buku", ungkapnya lagi.


Ia juga berpesan agar para mahasiswa yang mengambil berbagai jurusan studi Islam di negara-negara Arab dapat memanfaatkan lingkungan keseharian dan belajarnya guna mengasah kemampuan bahasa asing mereka.

"Kita perlu ahli agama Islam yang betul-betul mumpuni, dan kuncinya adalah menguasai bahasa Arab dengan baik", demikian Imam Besar Masjid Istiqlal, memotivasi para mahasiswa.

(T.ZG/


(T.H-ZG/B/M012/C/M012) 22-08-2011 06:17:32


Tidak ada komentar: