Senin, 08 Juli 2013

ALIH TEKNOLOGI

     INDONESIA SERUKAN ALIH TEKNOLOGI BAGI NEGARA BERKEMBANG

     Oleh Zenita Gibbon

   London, 4/7 (Antara) - Indonesia menyerukan peningkatan kerjasama internasional tidak hanya dalam bentuk bantuan teknis, dan alih teknologi, namun juga pembangunan kapasitas dan akses terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi bagi negara berkembang.

       Hal ini guna mengurangi kesenjangan pembangunan di antara negara-negara di dunia, demikian seruan Pemerintah Indonesia yang disampaikan Deputi Wakil Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional lainnya di Jenewa, kata Duta Besar Edi Yusup, dalam debat umum High-Level Segment Sidang Substantif ECOSOC, di Jenewa.

       Sekretaris Pertama PTRI Jenewa, Adi Winarso, kepada ANTARA London, Kamis mengatakan seruan Indonesia juga mendapatkan dukungan dari kelompok negara berkembang, yaitu: G-77 & China, dan G-15, India, Mesir dan Afrika Selatan. 
  Lebih lanjut Dubes Edi Yusup mengatakan ECOSOC memiliki peran penting untuk mendukung negara berkembang dalam mengatasi tantangan di bidang teknologi, sosial dan ekonomi maupun dalam membangun kemampuan sains, teknologi dan inovasi, serta infrastruktur.

       Dengan sumber daya yang dimiliki, ECOSOC perlu memberikan panduan yang lebih baik untuk pengembangan program dan kebijakan di bidang sains, inovasi dan budaya sebagai bagian dari agenda pembangunan pasca-2015, ujarnya.

       Dalam pernyataan tersebut, Indonesia tetap konsisten memperjuangkan kepentingan negara berkembang, khususnya mengenai pembangunan kapasitas dan alih teknologi, dimana negara maju cenderung menghindar dari komitmen dan berlindung pada prinsip-prinsip perlindungan HAKI.

       Partisipasi Delegasi Indonesia pada sidang substantif Dewan Ekonomi Sosial PBB (ECOSOC)  yang berlangsung dari tanggal 1 hingga 26 Juli mendatang diawali dengan High-Level Segment bertema ¿Sains, Teknologi dan Inovasi, serta Potensi Budaya bagi Pengembangan Pembangunan Berkelanjutan dan Pencapaian MDGs¿.

       Pembukaan High-Level Segment dilakukan Presiden ECOSOC, Nestor Osorio, dan dihadiri  Sekjen PBB, Ban Ki Moon, Presiden Majelis Umum PBB, Vuc Jeremic dan Presiden Konfederasi Swiss, Ueli Maurer.

       Delegasi Indonesia dipimpin Dubes Triyono Wibowo dengan alternate Ketua Delegasi, Wakil Menteri Kesehatan, Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, yang juga tampil sebagai salah satu panelis dalam pembahasan tentang Universal Health Coverage.

       Selain itu, Deputi Wakil Tetap RI Dubes Edi Yusup juga menjadi panelis dalam diskusi yang membahas peran air dalam agenda pembangunan pasca-2015.

       Selain membahas isu-isu terkait sains, teknologi, inovasi dan budaya, konferensi membahas sejumlah agenda utama lainnya, seperti agenda pembangunan pasca-2015, pendanaan pembangunan berkelanjutan, dan perburuhan.

       Dalam kesempatan itu juga dibahas program kerja dan manajemen organisasi, kemanusiaan, kerjasama regional, dampak ekonomi dan sosial bagi masyarakat di wilayah pendudukan, human trafficking, Afrika, dan negara-negara dengan tingkat pembangunan terbelakang (LDCs- Least Developed Countries). 
  ECOSOC atau Dewan Ekonomi dan Sosial PBB memiliki tugas membantu Majelis Umum mengadakan dan mempromosikan kerja sama ekonomi dan sosial antar bangsa.

       Dewan terdiri dari 54 anggota yang dipilih Majelis Umum dengan masa bakti untuk tiap anggotanya adalah tiga tahun. Indonesia saat ini merupakan anggota Dewan ECOSOC hingga tahun 2014.

       Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Ekonomi dan Sosial PBB dibantu oleh organisasi - organisasi PBB seperti: FAO, ILO, WHO, UPU, ITU, UNESCO dan UNICEF. ***4***
(ZG)
(T.H-ZG/B/E.S. Syafei/E.S. Syafei) 04-07-2013 09:29:26

              

Tidak ada komentar: