Oleh Zenita Gibbon
London, 4/7 (Antara) - Indonesia menyerukan peningkatan kerjasama
internasional tidak hanya dalam bentuk bantuan teknis, dan alih teknologi,
namun juga pembangunan kapasitas dan akses terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi negara berkembang.
Hal ini guna mengurangi kesenjangan
pembangunan di antara negara-negara di dunia, demikian seruan Pemerintah
Indonesia yang disampaikan Deputi Wakil Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO
dan Organisasi Internasional lainnya di Jenewa, kata Duta Besar Edi Yusup,
dalam debat umum High-Level Segment Sidang Substantif ECOSOC, di Jenewa.
Sekretaris Pertama PTRI Jenewa, Adi
Winarso, kepada ANTARA London, Kamis mengatakan seruan Indonesia juga
mendapatkan dukungan dari kelompok negara berkembang, yaitu: G-77 & China,
dan G-15, India, Mesir dan Afrika Selatan.
Lebih lanjut Dubes Edi Yusup mengatakan ECOSOC memiliki peran penting
untuk mendukung negara berkembang dalam mengatasi tantangan di bidang
teknologi, sosial dan ekonomi maupun dalam membangun kemampuan sains, teknologi
dan inovasi, serta infrastruktur.
Dengan sumber daya yang dimiliki, ECOSOC
perlu memberikan panduan yang lebih baik untuk pengembangan program dan
kebijakan di bidang sains, inovasi dan budaya sebagai bagian dari agenda
pembangunan pasca-2015, ujarnya.
Dalam pernyataan tersebut, Indonesia
tetap konsisten memperjuangkan kepentingan negara berkembang, khususnya
mengenai pembangunan kapasitas dan alih teknologi, dimana negara maju cenderung
menghindar dari komitmen dan berlindung pada prinsip-prinsip perlindungan HAKI.
Partisipasi Delegasi Indonesia pada
sidang substantif Dewan Ekonomi Sosial PBB (ECOSOC) yang berlangsung dari tanggal 1 hingga 26
Juli mendatang diawali dengan High-Level Segment bertema ¿Sains, Teknologi dan
Inovasi, serta Potensi Budaya bagi Pengembangan Pembangunan Berkelanjutan dan
Pencapaian MDGs¿.
Pembukaan High-Level Segment dilakukan
Presiden ECOSOC, Nestor Osorio, dan dihadiri
Sekjen PBB, Ban Ki Moon, Presiden Majelis Umum PBB, Vuc Jeremic dan
Presiden Konfederasi Swiss, Ueli Maurer.
Delegasi Indonesia dipimpin Dubes
Triyono Wibowo dengan alternate Ketua Delegasi, Wakil Menteri Kesehatan, Prof.
Dr. Ali Ghufron Mukti, yang juga tampil sebagai salah satu panelis dalam pembahasan
tentang Universal Health Coverage.
Selain itu, Deputi Wakil Tetap RI Dubes
Edi Yusup juga menjadi panelis dalam diskusi yang membahas peran air dalam
agenda pembangunan pasca-2015.
Selain membahas isu-isu terkait sains,
teknologi, inovasi dan budaya, konferensi membahas sejumlah agenda utama
lainnya, seperti agenda pembangunan pasca-2015, pendanaan pembangunan
berkelanjutan, dan perburuhan.
Dalam kesempatan itu juga dibahas
program kerja dan manajemen organisasi, kemanusiaan, kerjasama regional, dampak
ekonomi dan sosial bagi masyarakat di wilayah pendudukan, human trafficking,
Afrika, dan negara-negara dengan tingkat pembangunan terbelakang (LDCs- Least
Developed Countries).
ECOSOC atau Dewan Ekonomi dan Sosial PBB memiliki tugas membantu Majelis
Umum mengadakan dan mempromosikan kerja sama ekonomi dan sosial antar bangsa.
Dewan terdiri dari 54 anggota yang
dipilih Majelis Umum dengan masa bakti untuk tiap anggotanya adalah tiga tahun.
Indonesia saat ini merupakan anggota Dewan ECOSOC hingga tahun 2014.
Dalam menjalankan tugasnya, Dewan
Ekonomi dan Sosial PBB dibantu oleh organisasi - organisasi PBB seperti: FAO,
ILO, WHO, UPU, ITU, UNESCO dan UNICEF. ***4***
(ZG)
(T.H-ZG/B/E.S. Syafei/E.S.
Syafei) 04-07-2013 09:29:26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar